Proktitis adalah peradangan pada dinding usus besar bagian akhir (rektum). Peradangan ini membuat penderita proktitis merasa perut mulas, sakit perut dan dubur, diare, serta BAB berdarah dan berlendir.
Proktitis dapat disebabkan oleh penyakit radang usus, seperti Crohn’s disease dan kolitis ulseratif, serta penyakit menular seksual akibat hubungan seks anal tanpa kondom.
Proktitis dapat dicegah dengan tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
Penyebab Proktitis
Proktitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari penyakit, penggunaan obat-obatan, sampai gaya hidup yang tidak sehat. Berikut ini adalah penjelasannya lebih lanjut:
1. Penyakit menular seksual
Gonore, sifilis, herpes, atau chlamydia merupakan penyakit menular seksual yang paling sering menyebabkan proktitis. Kondisi ini bsia terjadi pada orang-orang yang sering melakukan seks anal.
2. Infeksi bakteri
Bakteri yang berasal dari makanan dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan, seperti tifus, sehingga memicu peradangan pada rektum.
3. Radang usus
Sebagian penderita penyakit radang usus, yaitu penyakit Crohn atau kolitis ulseratif, juga mengalami peradangan pada rektum.
4. Penggunaan antibiotik tanpa pengawasan dokter
Tidak hanya membunuh bakteri penyebab infeksi, antibiotik juga dapat membunuh bakteri baik yang berfungsi menjaga kesehatan saluran cerna. Akibatnya, berbagai bakteri berbahaya, seperti Clostridium difficile, dapat tumbuh dan berkembang biak di rektum.
5. Radioterapi
Terapi radiasi atau radioterapi untuk menangani kanker yang berada di sekitar rektum, seperti kanker prostat atau ovarium, dapat menyebabkan peradangan pada rektum.
6. Efek samping operasi
Proktitis dapat terjadi pada penderita yang menjalani operasi usus besar dan pembuatan stoma (lubang buatan baru di perut untuk BAB). Rektum yang tidak dilewati makanan justru berisiko mengalami peradangan.
7. Reaksi terhadap protein dari makanan
Bayi yang minum susu sapi atau susu kedelai lebih berisiko terkena proktitis. Hal ini karena protein tertentu yang terdapat dalam susu atau makanan dapat menimbulkan peradangan saluran cerna pada sebagian orang.
Gejala Proktitis
Proktitis ditandai dengan perut mulas atau rasa ingin buang air besar (BAB) terus-menerus. Gejala ini bisa berlangsung sementara atau berkepanjangan (kronis) hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Selain itu, ada sejumlah gejala lain yang menandakan terjadinya proktitis, yaitu:
- Sakit perut bagian kiri, terutama ketika BAB
- Dubur terasa sakit
- Diare
- Rasa tidak tuntas setelah BAB
- BAB berdarah atau berlendir
Kapan harus ke dokter
Lakukan kontrol rutin ke dokter bila sering bergonta-ganti pasangan seksual. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual atau mendeteksinya lebih dini.
Anda juga perlu pergi ke dokter jika mengalami gejala proktitis, seperti perut mulas, sakit pada dubur, serta BAB berdarah atau berlendir.
Diagnosis Proktitis
Gejala proktitis mirip dengan gejala gangguan pencernaan lain. Oleh sebab itu, pemeriksaan dokter sangat penting dilakukan untuk mengetahui penyebab dari gejala yang dialami penderita.
Pada tahap awal, dokter akan menanyakan gejala dan penyakit yang pernah atau sedang diderita pasien. Jika pasien diduga mengalami proktitis, dokter akan melakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui apakah proktitis disebabkan oleh bakteri.
Dokter gastroenterologi juga dapat melakukan kolonoskopi untuk memeriksa dinding usus bagian bawah dan rektum. Saat prosedur ini dilakukan, dokter akan mengambil sebagian kecil jaringan rektum untuk diperiksa di laboratorium (biopsi rektum).
Selain pemeriksaan di atas, tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis proktitis adalah:
- Tes darah, untuk memeriksa kemungkinan terjadinya infeksi.
- Pemeriksaan sampel lendir dari rektum, untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit menular seksual atau tidak.
Hasil-hasil pemeriksaan tersebut akan membantu dokter dalam menentukan jenis pengobatan yang tepat bagi pasien.
Pengobatan Proktitis
Pengobatan proktitis bertujuan untuk mengurangi peradangan, meredakan rasa sakit, dan menyembuhkan infeksi. Jenis pengobatan yang diberikan oleh dokter tergantung pada penyebab dari proktitis, antara lain:
- Obat antibiotik, jika proktitis disebabkan oleh infeksi bakteri
- Obat antivirus, jika proktitis disebabkan oleh infeksi akibat virus, seperti herpes
- Obat pelunak tinja dan prosedur pelebaran rektum atau ablasi, jika proktitis disebabkan oleh efek samping radioterapi
- Obat antiperadangan dan obat imunosupresif, jika proktitis disebabkan oleh radang usus
Apabila gejala yang dialami pasien tidak kunjung hilang, dokter dapat melakukan operasi pengangkatan jaringan yang rusak untuk mengatasi proktitis.
Selain penanganan medis, peradangan dan nyeri ringan dapat diredakan dengan cara-cara sederhana, seperti:
- Menghindari kebiasaan makan sesaat sebelum tidur, agar sistem pencernaan dapat beristirahat
- Merendam bokong dan selangkangan dengan air hangat selama beberapa menit
- Mengonsumsi obat pereda sakit yang dijual bebas di pasaran
- Menghindari konsumsi makanan pedas, asam, atau berlemak
- Menghindari konsumsi minuman yang mengandung soda, kafein, dan susu
- Minum banyak air putih
Komplikasi Proktitis
Proktitis yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi berupa:
- Anemia akibat pendarahan berkelanjutan
- Infeksi bernanah (abses) pada are yang terinfeksi
- Borok di dalam dinding rektum
- Fistula ani, yaitu saluran abnormal yang terbentuk antara usus dengan kulit di sekitar dubur
- Fistula rektovagina, yaitu saluran abnormal yang terbentuk antara rektum dan vagina sehingga feses dapat keluar ke vagina
Pencegahan Proktitis
Untuk mengurangi risiko terkena proktitis, hindari melakukan hubungan seks yang berisiko, seperti bergonta-ganti pasangan dan tanpa menggunakan kondom. Selain itu, cara yang dapat dilakukan untuk mencegah proktitis adalah:
- Tidak melakukan hubungan seks terlebih dahulu jika pasangan Anda memiliki luka di sekitar organ kelamin
- Tidak menggunakan NAPZA dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol