Prolaps rektum adalah kondisi ketika bagian terbawah dari usus besar (rektum) menonjol keluar dari anus. Kondisi ini terjadi akibat melemahnya otot dan jaringan di sekitar rektum sehingga tidak mampu menyangga rektum.
Rektum berfungsi untuk menyimpan feses hingga tiba saatnya dikeluarkan melalui anus. Prolaps rektum ditandai dengan rektum yang turun dan menonjol keluar dari anus. Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya otot dan jaringan penyangga rektum di dalam panggul. Otot anus yang lemah juga bisa menyebabkan prolaps rektum.
Otot dan jaringan penyangga rektum dapat melemah akibat diare kronis, cystic fibrosis, atau penuaan. Selain itu, tekanan yang kuat, misalnya ketika mengejan, persalinan normal, atau batuk kronis, dapat mendorong rektum keluar dari anus.
Prolaps rektum dapat ditangani dengan operasi pemotongan rektum atau metode selain operasi, tergantung pada usia penderitanya.
Penyebab dan Faktor Risiko Prolaps Rektum
Prolaps rektum bisa terjadi akibat melemahnya otot dan jaringan penyangga rektum di panggul, kerusakan saraf yang mengontrol otot di bagian rektum dan anus, katup anus (sfingter anus) yang melemah, dan tekanan tubuh yang terlalu kuat.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
- Bertambahnya usia (penuaan)
- Melahirkan secara normal
- Menderita gangguan saraf, misalnya akibat cedera di saraf tulang belakang bagian bawah
- Menderita diare parah, seperti disentri, atau sembelit yang kronis
- Sering mengejan terlalu kuat ketika buang air besar
- Menderita cystic fibrosis
- Mengalami batuk rejan
- Pernah menjalani operasi panggul
- Mengalami hernia atau turun peranakan (prolaps uteri)
Gejala Prolaps Rektum
Prolaps rektum ditandai dengan benjolan berwarna kemerahan yang menonjol di anus, terutama ketika mengejan. Benjolan tersebut bisa masuk kembali atau tetap berada di luar anus.
Gejala prolaps rektum tersebut secara umum mirip dengan gejala wasir (hemoroid). Perbedaannya, benjolan pada prolaps rektum merupakan bagian terbawah usus besar (rektum) yang keluar dari anus. Sementara benjolan pada wasir merupakan pembuluh darah di rektum dan anus yang membesar atau membengkak.
Selain benjolan, prolaps rektum dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:
- Tidak dapat mengontrol BAB (inkontinensia tinja)
- Sembelit atau justru diare
- Keluar darah, feses, atau lendir dari anus
- Sering merasa BAB tidak tuntas
- Nyeri atau gatal di anus
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas. Pemeriksaan dan penanganan medis perlu segera dilakukan agar tidak terjadi komplikasi.
Segera cari pertolongan medis ke IGD jika gejala makin memburuk, yang ditandai dengan perdarahan hebat dari anus, nyeri hebat di perut dan anus, serta benjolan tidak bisa didorong masuk ke dalam anus. Hal ini bisa menandakan rektum yang keluar terpelintir atau terjepit.
Diagnosis Prolaps Rektum
Diagnosis prolaps rektum dilakukan dengan tanya jawab seputar gejala yang dialami pasien dan riwayat kesehatannya, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dengan cara memasukkan jari ke dalam anus pasien.
Selanjutnya, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut untuk menetapkan diagnosis:
- Tes barium enema, untuk melihat kondisi saluran pencernaan bagian bawah, dengan memasukkan cairan barium ke dalam usus pasien melalui anus, lalu mengambil gambar bagian dalam perut pasien dengan foto Rontgen
- Kolonoskopi, untuk melihat kondisi usus besar dengan menggunakan selang berkamera yang dimasukkan melalui anus
- Defecografi, untuk mengamati kerja organ dan otot-otot saluran pencernaan ketika buang air besar menggunakan alat Rontgen atau MRI
- Progtosigmoidoskopi, untuk memeriksa bagian dalam anus dan rektum menggunakan alat berbentuk selang berkamera (sigmoidoskop) yang dimasukkan melalui anus
- Manometri anorektal, untuk mengukur kekuatan sfingter anus
Pada anak-anak, cystic fibrosis merupakan kondisi yang paling sering menyebabkan prolaps rektum. Oleh sebab itu, pemeriksaan kadar klorida di dalam keringat (sweat chloride test) dan tes feses diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Pengobatan Prolaps Rektum
Prolaps rektum dapat ditangani dengan atau tanpa operasi. Operasi biasanya dilakukan untuk menangani prolaps rektum pada orang dewasa. Jenis-jenis operasi tersebut antara lain:
-
Teknik bedah Altemeier
Bedah ini dilakukan dengan membuat sayatan dari selangkangan (perineum). Rektum akan ditarik keluar, kemudian dipotong. Selanjutnya, rektum yang tersisa atau usus besar bagian bawah akan disambungkan dengan anus.
-
Prosedur Delorme
Prosedur Delorme dapat dilakukan pada prolaps yang pendek. Dokter hanya akan memotong lapisan mukosa rektum. Setelah itu, rektum yang prolaps akan dilipat dan dijahit kembali ke dalam anus.
-
Rektopexy
Rektopexy dilakukan dengan membedah perut menggunakan teknik lubang kunci (laparoskopi), atau bedah terbuka (laparotomi). Pada operasi ini, dokter akan mengembalikan rektum ke posisi normalnya di dalam panggul, kemudian menjahit rektum agar tidak turun kembali.
Sementara pada pasien anak-anak, dokter akan menangani prolaps rektum sesuai penyebab yang mendasarinya. Dokter juga dapat mendorong bagian rektum yang keluar dengan jari hingga ke dalam anus. Sebelum mendorong bagian rektum ke dalam anus, dokter akan memberikan obat bius spinal atau total.
Jika penanganan tanpa operasi tersebut tidak efektif mengatasi prolaps rektum pada anak-anak, dokter dapat melakukan tindakan operasi.
Komplikasi Prolaps Rektum
Jika tidak tertangani, prolaps rektum dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti:
- Inkontinensia tinja atau tidak dapat menahan BAB dan buang angin, yang bisa diiringi dengan sembelit
- Tukak atau luka di rektum, yang dapat menyebabkan perdarahan dan anemia
Komplikasi gawat darurat pada prolaps rektum adalah inkarserasi, yaitu rektum yang keluar terjepit sehingga aliran darah ke rektum menjadi terhambat. Komplikasi ini dapat menyebabkan kematian jaringan dan gangrene pada rektum.
Kondisi tersebut berbahaya karena bisa menjadi infeksi berat yang menyebar dan menimbulkan peritonitis, sepsis, atau gangrene, pada usus besar.
Pencegahan Prolaps Rektum
Cara utama untuk mencegah terjadinya prolaps rektum adalah dengan menghindari faktor risikonya. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan memperkuat otot panggul.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mencegah terjadinya sembelit sehingga tidak mengejan terlalu kuat saat BAB. Cara yang dapat dilakukan adalah:
- Minum air putih yang cukup, minimal 8 gelas per hari
- Memperbanyak konsumsi makanan berserat dari sayur, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian
- Berolahraga secara rutin
- Tidak menahan buang air besar
- Menjaga berat badan agar tetap ideal dan menurunkan berat badan jika menderita obesitas
- Tidak mengangkat benda yang berat agar tidak memberi tekanan di perut
Sementara untuk memperkuat otot panggul, Anda dapat melakukan senam Kegel.