Pruritus adalah istilah medis untuk keluhan gatal di kulit yang menimbulkan keinginan menggaruk. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya. Namun, area kulit yang gatal bisa terluka atau terinfeksi jika digaruk terus-menerus.

Pruritus umumnya terjadi akibat gangguan di kulit, seperti kulit kering, eksim, atau reaksi alergi. Selain gangguan di kulit, pruritus bisa juga disebabkan oleh penyebab lain, seperti penyakit kuning, gangguan saraf, dan gangguan ginjal.

Pruritus - alodokter

Penyebab Pruritus

Pruritus terjadi ketika saraf di kulit mendapatkan rangsangan, misalnya karena iritasi atau alergi, kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke otak untuk diproses menjadi sensasi gatal. Untuk mengatasi rasa gatal, tubuh akan memberikan respon dengan cara menggaruknya.

Berdasarkan bagian tubuh yang terdampak, pruritus dapat terbagi dua, seperti yang dijelaskan berikut:

Pruritus lokal

Pruritus lokal merupakan gatal yang hanya muncul di bagian tubuh tertentu, seperti leher, selangkangan atau kaki. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh iritasi atau peradangan di area kulit tersebut.

Berikut ini adalah beberapa penyebab pruritus lokal:

1. Pruritus kulit

Beberapa penyakit kulit yang dapat menimbulkan pruritus adalah:

2. Infeksi

Infeksi di kulit yang dapat menimbulkan pruritus lokal antara lain adalah:

3. Reaksi alergi atau iritasi

Reaksi alergi atau iritasi akibat beberapa bahan berikut dapat menimbulkan pruritus lokal:

  • Bahan kimia atau pewangi pada sabun mandi, parfum, pewangi pakaian, atau deterjen
  • Bahan kosmetik, seperti pewarna rambut dan cat kuku
  • Logam pada perhiasan
  • Bahan pakaian, seperti kain wol atau nilon
  • Penggunaan obat oles
  • Bulu hewan, seperti kucing atau anjing

4. Pruritus akibat paparan

Pruritus lokal juga dapat terjadi akibat paparan berikut:

Pruritus sistemik

Pruritus sistemik bisa menjadi gejala dari kondisi di bawah ini:

  • Gagal ginjal kronis
  • Penyakit hati
  • Kelainan darah, seperti anemia defisiensi besi dan polisitemia vera
  • Gangguan kelenjar endokrin, misalnya penyakit tiroid dan diabetes
  • Reaksi alergi atau efek samping obat-obatan, seperti ACE inhibitor, aspirin, dan opioid
  • Kanker, seperti limfoma Hodgkin, leukimia, kanker paru-paru, kanker hati, dan kanker pankreas
  • Infeksi virus, seperti HIV dan hepatitis C
  • Kehamilan atau menopause
  • Gangguan autoimun, seperti lupus
  • Gangguan mental, seperti depresi, gangguan psikosomatik, gangguan cemas, atau obsessive compulsive disorder (OCD)

Faktor risiko pruritus

Pruritus lebih sering dialami oleh orang dengan kondisi berikut:

  • Berusia lanjut, karena kulit makin kering
  • Menderita alergi, eksim, atau asma
  • Memiliki daya tahan tubuh lemah, misanya akibat menderita HIV/AIDS atau kanker
  • Sedang menjalani cuci darah

Gejala Pruritus

Gejala utama pruritus adalah sensasi gatal di kulit. Gatal dapat timbul hanya di bagian tertentu, seperti kulit kepala, lengan, dan kaki, atau bahkan di seluruh tubuh.

Jika kulit yang gatal digaruk, gejala lain yang dapat timbul meliputi:

  • Ruam, bentol, atau bengkak
  • Nyeri dan panas di area kulit yang gatal
  • Luka goresan
  • Benjolan, bintik, atau lecet
  • Kulit kering atau pecah-pecah
  • Kulit menebal atau bersisik
  • Perubahan warna kulit menjadi lebih terang atau gelap
  • Benjolan kecil berisi cairan

Kapan harus ke dokter

Meskipun tidak semua pruritus berbahaya, penanganan dokter diperlukan jika gatal disertai keluhan berikut:

  • Gatal berlangsung lebih dari 2 minggu dan tidak membaik setelah diobati
  • Gatal makin parah sampai mengganggu aktivitas, terbangun dari tidur, atau sulit tidur pada malam hari
  • Gatal terjadi tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas
  • Gatal menyerang seluruh tubuh
  • Muncul gejala lain, seperti ruam, luka lepuh, atau kulit mengelupas
  • Kulit dan mata menguning

Diagnosis Pruritus

Untuk mendiagnosis pruritus, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala yang muncul dan riwayat kesehatan pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Dokter dapat menegakkan diagnosis dengan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes alergi, untuk menentukan apakah gatal disebabkan oleh reaksi alergi
  • Tes darah, untuk mendeteksi penyakit liver, penyakit ginjal, atau gangguan tiroid
  • Foto Rontgen, untuk mendeteksi kelainan pada organ di dalam tubuh
  • USG perut, untuk melihat kondisi hati dan ginjal
  • Biopsi kulit dengan mengambil sampel jaringan kulit yang gatal untuk diperiksa di bawah mikroskop

Pengobatan Pruritus

Pengobatan pruritus tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Untuk pruritus ringan, ada beberapa upaya mandiri yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Mengoleskan krim atau losion yang mengandung calamine, untuk meredakan gatal dan mencegah kulit kering
  • Menggunakan sampo antiketombe, untuk meredakan gatal di kulit kepala
  • Mengoleskan pelembap tanpa kandungan pewangi dan berlabel hipoalergenik
  • Menggunakan tabir surya dan pakaian tertutup ketika beraktivitas di bawah terik sinar matahari
  • Memakai sabun mandi atau deterjen tanpa pewangi, untuk mencegah iritasi pada kulit
  • Menggunakan bedak gatal untuk pruritus yang disebabkan oleh biang keringat
  • Mandi dengan air hangat
  • Tidak mengenakan pakaian berbahan tertentu, seperti wol atau nilon
  • Menghindari berada di tempat yang terlalu panas atau dingin
  • Menggunakan pendingin ruangan
  • Meletakkan kompres dingin di area kulit yang gatal
  • Mencegah goresan karena tidak sengaja menggaruk kulit saat tidur
  • Beristirahat dan tidur yang cukup
  • Mengelola stres dengan baik

Jika penanganan mandiri tidak efektif mengobati pruritus, Anda sebaiknya berkonsultasi ke dokter agar penyebab rasa gatal tersebut dapat diketahui. Untuk mengobati pruritus, dokter akan memastikan penyebabnya dan mengobatinya dengan meresepkan obat-obatan berikut:

  • Krim kortikosteroid, untuk meredakan dermatitis
  • Obat antijamur, untuk mengatasi pruritus akibat infeksi jamur
  • Obat antivirus, untuk mengobati herpes dan cacar air
  • Obat antihistamin, untuk mengatasi pruritus yang disebabkan oleh reaksi alergi
  • Obat antidepresan golongan trisiklik, seperti doxepine, untuk mengatasi pruritus yang terjadi dalam jangka panjang

Selain itu, dokter juga bisa memberikan terapi khusus, seperti terapi sinar atau fototerapi untuk meredakan rasa gatal. Sementara untuk kasus pruritus yang disebabkan oleh gangguan mental, dokter dapat menyarankan terapi perilaku kognitif.

Jika pruritus diduga disebabkan oleh gagal ginjal, dokter akan menyarankan tindakan cuci darah. Sementara untuk pasien diabetes yang mengalami gatal-gatal, dokter akan meresepkan obat antidiabetes.

Komplikasi Pruritus

Jika tidak ditangani, pruritus bisa mengganggu aktivitas penderitanya. Selain itu, pruritus dapat menimbulkan komplikasi berikut:

  • Sulit tidur
  • Kulit terluka
  • Infeksi kulit
  • Penebalan kulit (likenifikasi)
  • Prurigo
  • Bekas luka yang menghitam

Pencegahan Pruritus

Pruritus akibat reaksi alergi dapat dicegah dengan menghindari hal-hal yang memicu gejala atau mengonsumsi obat alergi secara rutin. Sementara pada penderita diabetes, menjaga kadar gula darah tetap terkontrol dapat mencegah pruritus.

Beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena pruritus adalah:

  • Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir agar terhindar dari infeksi
  • Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
  • Minum air yang cukup agar tubuh tidak kekurangan cairan
  • Mengoleskan pelembap secara rutin agar kulit tidak kering
  • Menggunakan air hangat saat mandi
  • Mengoleskan tabir surya
  • Mengenakan pakaian berbahan lembut dan dapat menyerap keringat
  • Membersihkan rumah secara rutin agar terhindar dari paparan debu dan tungau