Afek pseudobulbar atau penyakit pseudobulbar affect (PBA) adalah penyakit yang membuat penderitanya tertawa atau menangis tiba-tiba tanpa ada pemicunya. Berbeda dengan orang normal, penderita PBA sering tertawa atau menangis pada situasi yang tidak lucu atau sedih.
Penyakit pseudobulbar affect digambarkan dalam film melalui sosok Arthur Fleck atau Joker. Joker dideskripsikan sebagai seseorang yang sering tertawa tanpa sebab, bahkan ketika berada dalam situasi yang tidak lucu. Dengan kata lain, suasana hati penderita PBA bisa bertolak belakang dengan ekspresi yang ditampilkan.
Penyebab Pseudobulbar Affect (PBA)
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan pseudobulbar affect. Akan tetapi, ada dugaan bahwa PBA disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengontrol emosi, serta adanya perubahan pada zat kimia otak. Hal ini karena penyakit PBA biasanya muncul pada orang-orang yang mengalami gangguan saraf sebagai berikut:
- Cedera kepala
- Stroke
- Epilepsi
- Penyakit Parkinson
- Penyakit Alzheimer
- Tumor otak
- Multiple sclerosis
- Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
Gejala Pseudobulbar Affect (PBA)
Gejala pseudobulbar affect adalah tertawa atau menangis berlebihan yang bisa terjadi kapan saja secara tiba-tiba tanpa ada pemicunya.
Tangis dan tawa penderita pseudobulbar affect memiliki karakteristik yang berbeda dengan gangguan mental lain, seperti depresi atau gangguan bipolar, yaitu:
- Tertawa dan menangis secara tidak terkendali dan berlebihan, berbeda dengan tawa dan tangis pada orang normal
- Tawa dan tangis tidak dipengaruhi oleh suasana hati sehingga penderita PBA dapat menangis atau tertawa meski tidak sedang merasa sedih atau lucu, juga dalam situasi yang menurut orang normal tidak sedih atau lucu
Selain tawa dan tangis yang berlebihan, penderita PBA juga sering kali merasa frustrasi atau marah. Rasa frustrasi atau marah tersebut bisa meledak-ledak, tetapi hanya berlangsung selama beberapa menit.
Penderita PBA tidak mengalami gangguan pola makan dan pola tidur. Penderita penyakit ini juga tidak mengalami penurunan berat badan, yang mungkin dialami oleh penderita gangguan mental lainnya.
Kapan harus ke dokter
Penderita pseudobulbar affect sering kali tidak menyadari kondisinya. Oleh karena itu, segera konsultasikan ke dokter bila Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, terutama bila terdapat faktor risiko yang mungkin memicu pseudobulbar affect.
Diagnosis Pseudobulbar Affect (PBA)
Guna menentukan apakah pasien menderita pseudobulbar affect, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien terlebih dahulu, kemudian melakukan pemeriksaan fisik.
Mengingat gejala PBA dapat menyerupai gejala gangguan mental lain, maka penting bagi pasien untuk menjelaskan dengan detail mengenai gejala yang dialami, meliputi kapan dan berapa lama gejala berlangsung.
Untuk mencari tahu adanya penyakit saraf lain yang menyertai kondisi ini, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Pemindaian dengan MRI atau CT scan, untuk melihat kemungkinan cedera otak dan stroke
- Elektroensefalografi (EEG), untuk melihat apakah penderita mengalami epilepsi
Pengobatan Pseudobulbar Affect (PBA)
Pengobatan pseudobulbar affect bertujuan untuk meredakan keparahan gejala dan mengurangi frekuensi kemunculan emosi yang meledak-ledak. Metode pengobatannya adalah dengan pemberian obat-obatan, seperti antidepresan, dextromethorphan, atau quinidine.
Untuk membantu pasien menjalani aktivitas sehari-hari dengan mandiri, dokter juga akan menyarankan terapi okupasi.
Komplikasi Pseudobulbar Affect (PBA)
Gejala pseudobulbar affect dapat menyebabkan penderitanya merasa cemas, malu, hingga mengalami depresi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan penderita PBA mengisolasi diri karena penyakit yang dideritanya sehingga aktivitas sehari-harinya menjadi terganggu.
Pencegahan Pseudobulbar Affect (PBA)
Pseudobulbar affect sulit untuk dicegah. Bagi orang yang menderita penyakit ini, pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari munculnya episode menangis dan tertawa tanpa sebab yang jelas.
Cara yang bisa dilakukan untuk menghindari kemunculan episode tersebut adalah dengan rutin mengonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter dan menjalani terapi. Dengan begitu, penderita PBA bisa beradaptasi dengan kondisinya dan dapat tetap menjalani aktivitas sehari-hari secara normal.