Puber kedua kerap dialami oleh sebagian orang paruh baya saat usianya memasuki 40 tahun. Kondisi ini dapat ditandai dengan adanya rasa tidak puas dengan hidup hingga penurunan atau peningkatan hasrat seksual.
Pubertas merupakan periode ketika tubuh mulai berkembang secara seksual akibat perubahan hormon. Periode ini umumnya berlangsung pada usia 8–14 tahun yang ditandai dengan pertumbuhan payudara dan menstruasi pada anak perempuan atau suara berat dan munculnya rambut wajah pada anak laki-laki.
Pada orang dewasa, masa pubertas tidak lagi terjadi. Bahkan, sebenarnya tidak ada istilah puber kedua dalam dunia medis. Periode puber yang kerap disematkan pada orang paruh baya biasanya dikenal dengan istilah midlife crisis. Kondisi ini umumnya terjadi pada usia 40–65 tahun.
Penyebab Puber Kedua
Krisis paruh baya atau midlife crisis yang dialami setiap orang umumnya berbeda-beda. Ada yang merasa cemas, depresi, dan tidak percaya diri karena menyadari hidupnya makin dekat dengan kematian.
Namun, ada pula yang justru merasa dirinya kembali muda dan merasa ingin selalu menjaga penampilan. Kondisi inilah yang membuat krisis paruh baya kerap disebut sebagai puber kedua.
Puber kedua dapat terjadi secara alami atau disebabkan oleh perubahan signifikan dalam hidup, seperti perceraian, kematian orang tua, dan kehilangan pekerjaan. Selain itu, kondisi tersebut juga bisa dipicu oleh penurunan kemampuan fisik karena menderita penyakit tertentu.
Periode puber ini juga dapat disebabkan oleh perubahan drastis pada hormon reproduksi yang memengaruhi kesehatan dan produktivitas kerja. Pada wanita, penurunan kadar estrogen dan progesteron akibat perimenopause atau menopause juga dapat menyebabkan puber kedua.
Tanda-Tanda Puber Kedua
Saat mengalami puber kedua, Anda akan merasakan banyak keraguan yang muncul dalam hidup. Keraguan inilah yang mendorong orang paruh baya untuk mencari makna dan tujuan hidup.
Nah, selain muncul keraguan dalam hidup, ada beberapa hal lain yang dapat menjadi tanda puber kedua atau midlife crisis, di antaranya:
- Penurunan kebahagiaan dan kepuasan hidup
- Tidak puas dan bosan akan hubungan, karier, atau kehidupan secara umum
- Perubahan suasana hati, termasuk mudah marah dan sedih
- Gelisah dan ingin melakukan hal-hal baru
- Ragu atau selalu mempertanyakan keputusan yang telah dibuat bertahun-tahun sebelumnya
- Sering melamun
- Bingung tentang diri sendiri atau arah dan tujuan hidup
- Asupan makanan dan konsumsi minuman beralkohol meningkat
- Penurunan atau peningkatan hasrat seksual yang signifikan
- Berpikir untuk melakukan perselingkuhan dengan seseorang yang usianya jauh lebih muda
- Lebih berambisi dalam mencapai suatu hal atau justru tidak memiliki ambisi sama sekali
Namun, tak selamanya puber kedua ditandai dengan hal-hal negatif. Puber kedua juga memiliki pengaruh positif karena bisa membuat Anda menjadi lebih penasaran atau ingin tahu mengenai diri sendiri dan lingkungan sekitar. Hal ini tentunya bisa menambah wawasan dan keterbukaan terhadap ide-ide baru.
Jika Anda merasa sedang mengalami puber kedua, tak perlu bingung untuk menghadapinya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi puber kedua atau midlife crisis ini, yaitu:
- Terima perasaan yang muncul dan bagikan kepada orang yang Anda percaya
- Renungkan hal-hal yang terjadi dalam hidup
- Luangkan waktu ekstra dengan pasangan atau anak-anak
- Tetapkan tujuan baru dalam hidup
- Lakukan hobi yang Anda sukai, misalnya berkebun atau bepergian
Jika puber kedua yang Anda alami dirasa mengganggu aktivitas sehari-hari atau bahkan sampai memengaruhi hubungan dengan pasangan, pertemanan. dan pekerjaan, sebaiknya konsultasikan ke psikiater atau psikolog untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.