Purpura adalah ruam kulit berwarna ungu yang sekilas terlihat seperti memar. Bercak yang timbul karena pembuluh darah pecah ini umumnya tidak berbahaya. Namun, purpura bisa menjadi tanda dari kondisi medis yang membutuhkan penanganan dari dokter.
Purpura sebenarnya bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit. Purpura bisa dialami oleh siapa saja, tetapi paling sering dialami oleh orang dewasa.
Bercak keunguan ini terjadi karena kerusakan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga darah berkumpul di bawah kulit. Purpura biasanya muncul di kulit anggota gerak, seperti lengan, tangan, maupun kaki.
Penyebab Purpura Berdasarkan Jenisnya
Purpura dapat dibedakan menjadi dua jenis. yakni thrombocytopenic dan nonthrombocytopenic. Hal tersebut berdasarkan jumlah trombosit yang terlibat dalam pembekuan darah pada penderita purpura.
Pada penderita purpura thrombocytopenic, jumlah trombositnya kurang dari batas normal sekitar 150.000–450.000 per mikroliter darah. Sementara itu, pada penderita purpura nonthrombocytopenic, bercak ungu bisa muncul walaupun kadar trombosit dalam darah normal.
Purpura thrombocytopenic bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
- Menggunakan obat yang menurunkan jumlah trombosit
- Menderita purpura idiopatik trombositopenik (ITP)
- Menderita sepsis atau infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh
- Menderita HIV, hepatitis C, atau rubella
- Menderita lupus
- Memiliki penyakit sumsum tulang
Sementara itu, penyebab umum purpura nonthrombocytopenic antara lain adalah:
- Efek samping penggunaan obat, termasuk obat kortikosteroid, yang memengaruhi proses pembekuan darah
- Gangguan pembekuan darah
- Peradangan pembuluh darah (vaskulitis)
- Pembuluh darah yang melemah karena faktor usia atau paparan sinar matahari
- Kondisi bawaan, termasuk karena infeksi cytomegalovirus (CMV) dan telangiektasis
- Kekurangan vitamin C
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya purpura, yaitu gangguan pembekuan darah, kelainan bawaan yang memengaruhi jaringan ikat, serta kanker dan penyakit tertentu pada sumsum tulang.
Gejala Purpura
Seperti disebutkan sebelumnya, purpura ditandai dengan munculnya ruam atau bercak merah keunguan di bawah permukaan kulit. Ruam tersebut sekilas terlihat seperti memar.
Ruam purpura memiliki diameter 4–10 milimeter (mm). Ruam yang berdiameter kurang dari 4 mm disebut sebagai petechiae. Sementara ruam yang berdiameter lebih dari 10 mm dikenal dengan ekimosis atau memar.
Purpura biasanya tidak disertai dengan gatal atau nyeri. Namun, beberapa penderitanya mungkin akan mengeluhkan kulitnya menjadi lebih sensitif atau terasa nyeri ketika disentuh.
Penanganan Purpura
Penanganan purpura perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Beberapa pengobatan yang biasanya dilakukan oleh dokter untuk mengatasi purpura antara lain adalah:
1. Kortikosteroid
Pemberian obat kortikosteroid dilakukan untuk membantu meningkatkan jumlah trombosit dengan cara menekan aktivitas dan kerja sistem kekebalan tubuh. Umumnya, diperlakukan waktu sekitar 2–6 minggu agar jumlah trombosit dalam darah kembali normal.
Ketika trombosit sudah mencapai kadar normal, dokter akan menghentikan pemberian kortikosteroid secara bertahap untuk menghindari terjadinya efek samping.
Obat ini tidak disarankan untuk dikonsumsi tanpa pengawasan dokter. Konsumsi kortikosteroid dalam jangka panjang dan dosis yang tidak sesuai dapat berdampak buruk untuk kesehatan.
2. Imunoglobulin intravena
Jika purpura sampai menyebabkan perdarahan hebat, dokter dapat memberikan terapi menggunakan imunoglobulin intravena (IVIG). Pengobatan ini dilakukan dokter jika jumlah trombosit pasien perlu ditingkatkan dengan cepat.
3. Eltrombopag
Apabila purpura disebabkan purpura idiopatik trombositopenik (ITP), dokter bisa memberikan eltrombopag. Obat ini berfungsi untuk meningkatkan kadar trombosit dalam tubuh yang terlalu rendah.
Eltrombopag bisa membantu sumsum tulang menghasilkan lebih banyak trombosit, serta mengurangi risiko terjadinya memar dan perdarahan.
4. Splenektomi
Jika sejumlah pengobatan di atas masih tidak efektif dalam mengatasi penyebab yang mendasari purpura, dokter dapat merekomendasikan splenektomi atau operasi pengangkatan limpa.
Limpa diangkat karena organ tersebut merupakan tempat dihancurkannya trombosit. Dengan melakukan operasi pengangkatan limpa, jumlah trombosit dapat ditingkatkan dengan lebih cepat.
Perlu diingat bahwa setiap pengobatan di atas memiliki efek samping tertentu. Jadi, pastikan Anda menjalani pengobatan sesuai dengan arahan dokter. Setiap terapi yang disarankan dokter sudah disesuaikan manfaat dan risikonya untuk Anda.
Ruam purpura sering kali tidak hilang, bahkan bertambah banyak karena penggunaan obat-obatan atau aktivitas tertentu. Untuk mencegah purpura muncul atau menjadi makin parah, hindari konsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi jumlah trombosit, seperti aspirin dan ibuprofen tanpa pengawasan dokter, terutama jika Anda memiliki riwayat purpura sebelumnya.
Selain itu, hindari juga melakukan aktivitas yang berisiko meningkatkan cedera, memar, atau perdarahan, seperti sepak bola atau bela diri.
Meskipun umumnya tidak berbahaya, purpura juga bisa menjadi tanda dari penyakit serius, seperti kelainan pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat membahayakan nyawa jika tidak segera ditangani.
Apabila Anda melihat ada bercak purpura pada kulit yang tak kunjung hilang atau bertambah banyak, tidak ada salahnya memeriksakan kondisi tersebut ke dokter. Dengan melakukan pemeriksaan, dokter dapat menentukan penyebab dan tingkat keparahannya, serta memberikan penanganan yang sesuai.