Radang vagina adalah kondisi ketika vagina mengalami peradangan akibat infeksi, iritasi, atau cedera. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gejala, termasuk keputihan, gatal-gatal, maupun nyeri pada vagina.
Radang vagina atau vaginitis bukanlah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit. Umumnya, radang vagina disebabkan oleh infeksi akibat kesalahan dalam merawat kebersihan vagina. Namun, selain itu, radang vagina juga dapat terjadi akibat infeksi menular seksual atau kondisi non-infeksi, seperti alergi atau iritasi.
Radang vagina dapat dialami oleh perempuan dewasa maupun anak-anak dan remaja. Kondisi ini bisa diatasi dengan mudah. Namun, jika tidak segera ditangani, radang vagina bisa berkembang menjadi gejala yang lebih berat dan berbahaya.
Penyebab Radang Vagina
Radang vagina dapat disebabkan oleh infeksi maupun noninfeksi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai penyebab radang vagina:
Infeksi
Jenis radang vagina akibat infeksi yang paling sering terjadi adalah vaginosis bakterialis. Kondisi ini terjadi ketika jumlah bakteri baik (Lactobacilli) di vagina berkurang akibat perubahan pH vagina yang seharusnya asam menjadi lebih basa. Dengan berkurangnya jumlah bakteri baik, bakteri jahat jadi mendominasi dan menyebabkan radang vagina.
Selain itu, ada beberapa infeksi lain yang dapat menyebabkan radang vagina:
- Infeksi jamur Candida
- Klamidia
- Trikomoniasis
- Gonore
- Human papilloma virus (HPV)
- Herpes simplex virus (HSV)
Faktor risiko radang vagina akibat infeksi
Faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya radang vagina antara lain:
- Berusia 2ꟷ6 tahun dan belum paham mengenai kebersihan vagina
- Telah mengalami menopause
- Membersihkan area vagina setelah membersihkan anus
- Membersihkan bagian dalam vagina menggunakan sabun atau melakukan gurah vagina
- Area kelamin sering dalam keadaan lembap, misalnya karena sering menggunakan pakaian yang terlalu ketat
- Tidak mengganti pembalut menstruasi setiap 4 jam
- Tidak mengeringkan area kelamin sebelum memakai pakaian dalam
- Menggunakan antibiotik atau kortikosteroid
- Menderita diabetes dan tidak menjalani pengobatan dengan teratur
- Memiliki gangguan sistem pertahanan tubuh (imun), seperti HIV/AIDS dan transplantasi organ
- Memiliki penyakit tiroid atau gangguan hormonal
- Aktif secara seksual
- Sering berganti pasangan seksual
- Merokok
Noninfeksi
Radang vagina akibat kondisi noninfeksi dapat terjadi akibat iritasi atau atrofi vagina. Iritasi vagina dapat disebabkan oleh penggunaan produk vagina dengan bahan yang keras, misalnya spermisida, pengharum, atau pewangi. Sementara itu, atrofi vagina terjadi karena perubahan hormon yang dialami setelah menopause.
Faktor risiko radang vagina noninfeksi
Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya radang vagina noninfeksi antara lain:
- Telah mengalami menopause
- Menggunakan alat kontrasepsi atau pelumas vagina yang mengandung spermisida
- Memakai produk vagina, seperti spray atau sabun, yang mengandung zat kimia seperti pewangi, pengharum, atau deterjen
- Membersihkan bagian dalam vagina (gurah) atau melakukan ratus
- Baru saja menjalani persalinan atau sedang menyusui
- Menggunakan obat yang dapat menurunkan kadar estrogen
Gejala Radang Vagina
Gejala radang vagina dapat berbeda, tergantung pada penyebabnya. Meski begitu, bisa saja ada gejala yang sama. Berikut adalah gejala radang vagina berdasarkan jenisnya:
Vaginosis bakterialis
Beberapa gejala radang vagina akibat vaginosis bakterialis adalah:
- Bau amis dari vagina, terutama saat menstruasi atau berhubungan seksual
- Vagina gatal atau iritasi
- Rasa terbakar ketika buang air kecil
- Cairan vagina berwarna keabu-abuan atau kehijauan
Infeksi jamur candida
Gejala radang vagina pada infeksi jamur candida antara lain:
- Keputihan dengan tekstur yang padat dan seperti gumpalan keju
- Keputihan yang lebih cair dan tidak berbau
- Vagina dan bibir kemaluan (labia) terasa gatal, kemerahan, panas, atau bengkak
- Timbul luka-luka kecil di sekitar vagina karena kulit sensitif
- Nyeri atau panas saat buang air kecil
Trikomoniasis
Gejala radang vagina akibat trikomoniasis termasuk:
- Keputihan yang berbusa, dengan warna kuning kehijauan dan bau busuk
- Gatal dan nyeri di sekitar vagina
- Nyeri dan panas ketika buang air kecil
- Rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah dan nyeri pada vagina saat berhubungan seksual, yang dapat memburuk setelah menstruasi.
Klamidia
Gejala radang vagina akibat klamidia bisa berupa:
- Keputihan (tidak selalu ada)
- Perdarahan ringan setelah berhubungan intim akibat leher rahim yang sensitif karena peradangan
- Nyeri pada bagian bawah perut dan panggul
Gonore
Gejala radang vagina akibat gonore meliputi:
- Perdarahan diantara periode menstruasi
- Keputihan yang lebih banyak dari biasanya
- Nyeri perut
- Nyeri ketika berhubungan seksual
Herpes simplex virus (HSV)
Gejala utama radang vagina akibat herpes adalah luka seperti sariawan yang terasa nyeri. Lokasi luka biasanya dapat terlihat di sekitar vagina. Namun, luka juga dapat terjadi di dalam vagina dan baru bisa terlihat setelah diperiksa oleh dokter.
Human papillomavirus (HPV)
Gejala radang vagina akibat human papillomavirus adalah kutil kelamin berwarna putih atau abu-abu pada vagina. Meski begitu, kutil tidak selalu bisa dilihat secara langsung. Terkadang kutil baru bisa terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
Vaginitis noninfeksi
Beberapa gejala vaginitis noninfeksi antara lain:
- Vagina yang terasa gatal, panas, atau iritasi
- Keputihan yang tebal, berbentuk seperti lendir, dan berwarna hijau atau kuning
Vaginitis atrofi
Gejala vaginitis atrofi meliputi:
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Vagina terasa gatal dan panas
- Frekuensi buang air kecil yang meningkat
Kapan harus ke dokter
Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas, terutama bila disertai:
- Demam
- Menggigil
- Nyeri panggul
- Kebiasaan berganti pasangan seksual
- Pernah terkena infeksi vagina sebelumnya
Diagnosis Radang Vagina
Untuk mendiagnosis radang vagina, pertama-tama dokter akan menanyakan beberapa hal berikut ini kepada pasien:
- Gejala yang dialami
- Aktivitas seksual
- Penyakit yang pernah diderita
- Obat yang sedang dikonsumsi
Informasi di atas dibutuhkan dokter untuk menentukan pemeriksaan yang sesuai dan tepat sasaran untuk kondisi Anda. Dengan begitu, pengobatan yang dilakukan juga tepat dan efektif.
Selanjutnya, dokter dapat melakukan pemeriksaan panggul untuk melihat kondisi peradangan dan keputihan secara langsung. Pemeriksaan lanjutan yang mungkin dilakukan antara lain:
- Uji sampel cairan vagina atau serviks, untuk melihat tanda peradangan atau menentukan jenis infeksi
- Tes kadar asam-basa (pH) pada dinding vagina
- Tes urine
Pengobatan Radang Vagina
Pengobatan radang vagina tergantung pada penyebabnya. Tindakan untuk menangani radang vagina dapat dilakukan secara mandiri, maupun dengan minum obat yang diresepkan oleh dokter.
Penanganan mandiri
Penanganan mandiri dapat dilakukan untuk meredakan gatal-gatal dan sakit pada vagina. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan adalah:
- Menempelkan es yang telah dibungkus kain atau handuk pada area sekitar vagina
- Melakukan sitz bath (merendam area kelamin) dengan air dingin untuk mengurangi gatal
- Membilas vagina dengan semprotan air hangat kuku
- Menghindari penggunaan produk vagina yang mengandung deterjen atau pewangi tambahan
- Mencuci pakaian dalam dengan deterjen berbahan lembut
- Mengeringkan area kelamin sebelum memakai pakaian dalam
- Mengganti pakaian dalam setiap kali terasa lembap
- Mengonsumsi obat golongan antihistamin, seperti chlorpheniramine atau cetirizine
Pemberian obat-obatan
Jenis obat-obatan yang dapat diberikan dokter guna mengatasi radang vagina antara lain:
- Antibiotik, seperti metronidazole atau clindamycin, untuk membunuh bakteri penyebab infeksi
- Antijamur, seperti miconazole, clotrimazole, atau tioconazole, untuk mengatasi infeksi jamur
- Estrogen, untuk mengatasi vaginitis atrofi
Komplikasi Radang Vagina
Tergantung pada jenis radang vagina yang dialami, komplikasi yang mungkin muncul akibat penyakit ini bisa dibagi menjadi:
Komplikasi radang vagina non-infeksi
- Peningkatan risiko terjadinya infeksi vagina, termasuk infeksi menular seksual
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Risiko terjadinya infeksi saluran kemih makin besar
- Gangguan berkemih (tidak dapat menahan kencing)
Komplikasi radang vagina akibat infeksi
- Peningkatan risiko terjadinya infeksi HIV dan infeksi menular seksual lainnya
- Nyeri panggul kronis (terus-menerus)
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Keharmonisan dengan pasangan menurun
- Penyebaran peradangan ke panggul atau bahkan organ dalam lain, termasuk otak
- Gangguan kesuburan atau mandul
- Risiko kanker pada sistem reproduksi makin tinggi
Komplikasi radang vagina akibat infeksi pada kehamilan
- Risiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat
- Peningkatan risiko terjadinya kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah
- Penularan infeksi ke bayi
Pencegahan Radang Vagina
Tidak semua radang vagina dapat dicegah. Meski begitu, Anda dapat menurunkan risiko terjadinya radang vagina dengan cara-cara berikut:
- Pastikan vagina bersih dan kering sebelum memakai pakaian dalam.
- Bersihkan area kelamin dengan urutan bibir vagina dan vagina terlebih dahulu, lalu terakhir anus, baik setelah buang air kecil maupun buang air besar.
- Hindari pembalut, panty liner, atau celana menstruasi yang mengandung pewangi tambahan.
- Hindari penggunaan segala produk khusus pengharum vagina.
- Jangan terlalu sering berendam dengan sabun busa, karena dapat mengubah pH vagina.
- Gunakan pakaian dalam yang berbahan katun dan tidak gampang lembap.
- Ganti pakaian dalam setidaknya 1 kali sehari atau setiap pakaian dalam lembap maupun basah, misalnya setelah berolahraga.
- Segera ganti pakaian basah setelah berenang.
- Gunakan deterjen yang dibuat khusus untuk kulit sensitif atau tidak memiliki pewangi tambahan.
- Jangan berganti-ganti pasangan seksual.
- Gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.