Retail therapy atau terapi belanja merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan suasana hati. Terapi ini bahkan dianggap baik untuk menjaga kesehatan mental. Namun, retail therapy juga bisa merugikan jika keinginan berbelanja tidak terkontrol.
Berbeda dengan kegiatan belanja bulanan, retail therapy merupakan aktivitas berbelanja yang dilakukan khusus untuk melepas stres dan meningkatkan suasana hati. Bagi sebagian orang, hal ini sering dianggap sebagai ‘hadiah’ atas usaha atau kerja keras yang telah dilakukan.
Manfaat Retail Therapy
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa retail therapy memiliki efek psikologis dan terapeutik yang bisa mendukung perubahan suasana hati menjadi lebih baik dan positif, baik rasa bahagia, kagum, bangga, maupun rasa syukur. Selain itu, terapi ini juga bisa memberikan manfaat lain, seperti:
1. Memicu pelepasan hormon bahagia
Proses melihat, memilih, hingga akhirnya memutuskan untuk membeli suatu barang saat melakukan retail therapy dapat memicu pelepasan hormon endorfin dan dopamin, yaitu hormon yang menghilangkan rasa sakit dan memunculkan perasaan bahagia.
Sebenarnya, Anda tidak harus selalu membeli barang untuk mendapatkan efek tersebut. Bagi sebagian orang, melihat-lihat barang di etalase saja mungkin sudah bisa memperbaiki suasana hatinya.
2. Mengalihkan pikiran dari hal negatif
Melihat banyaknya pilihan produk yang terpampang di etalase toko secara langsung maupun online dipercaya mampu mengalihkan hal-hal negatif yang mengganggu pikiran dan membuat seseorang fokus terhadap kesenangan yang ada di depan matanya.
3. Mengembalikan rasa kendali atas hidupnya
Saat merasa sedih atau stres, seseorang cenderung merasa tidak berdaya dan hanya bisa menerima apa yang terjadi dalam hidupnya. Kabar baiknya, retail therapy mampu mengembalikan rasa kendali yang hilang tersebut. Rasa kendali ini hadir saat seseorang memutuskan untuk memilih dan membeli sesuatu.
4. Menumbuhkan rasa puas
Kepuasan retail therapy akan muncul saat membeli barang menggunakan uang yang telah ditabung sejak lama. Keinginan untuk membeli sesuatu hingga akhirnya mendapatkan barang impian, membuat diri sendiri seolah mendapatkan ‘hadiah’ atas usaha dan penantian.
Proses ini mampu meningkatkan jumlah hormon dopamin dalam tubuh, sehingga memicu rasa bahagia dan puas.
5. Menciptakan interaksi sosial
Meski terapi belanja dilakukan sendiri di mall atau toko, Anda tetap akan berinteraksi dengan pegawai toko maupun pengunjung lain. Interaksi sosial yang baik, misalnya sikap dan ekspresi positif dari orang lain atau perbincangan berisi pujian, bisa menunjang kesenangan dan perasaan dihargai.
Risiko dan Tips Melakukan Retail Therapy
Selain bermanfaat, retail therapy juga memiliki risiko yang harus Anda waspadai. Alih-alih meningkatkan suasana hati, belanja yang berlebihan dan tidak terkontrol justru bisa memperburuk suasana hati akibat munculnya masalah keuangan.
Agar hal tersebut tidak terjadi, ada beberapa tips retail therapy yang bisa Anda terapkan, yaitu:
- Catat nominal pemasukan dan pengeluaran.
- Tetapkan anggaran belanja, baik untuk belanja bulanan maupun retail therapy.
- Belilah barang yang dibutuhkan, bukan sekadar diinginkan.
- Cari cara lain selain retail therapy untuk meningkatkan suasana hati, misalnya melakukan hobi.
- Jaga suasana hati tetap stabil dengan menjalani pola hidup sehat, yaitu olahraga secara rutin, makan makanan bergizi, dan tidur yang cukup.
Pada dasarnya, retail therapy boleh saja dilakukan sesekali karena memang mengasyikkan dan memberikan manfaat bagi kesehatan mental. Namun, pastikan aktivitas berbelanja dan keuangan Anda tetap terkontrol dengan baik.
Jika retail therapy yang Anda lakukan cenderung berlebihan dan mengarah ke tanda-tanda kecanduan belanja, sebaiknya konsultasikan ke psikolog mengenai masalah tersebut. Pasalnya, hal ini bisa menjadi tanda dari suatu gangguan mental.