Retinopati hipertensi adalah kerusakan retina mata akibat tekanan darah yang terlalu tinggi dalam jangka panjang. Kondisi ini biasanya dialami oleh orang yang menderita hipertensi menahun. Bila tidak ditangani dengan tepat, retinopati hipertensi dapat menyebabkan kebutaan.
Retinopati hipertensi disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke retina dalam waktu yang lama. Berkurangnya suplai darah ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah tinggi yang berlangsung dalam waktu lama.
Retina merupakan bagian dari mata yang berperan penting dalam proses melihat. Oleh karena itu, kerusakan pada bagian ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang berat. Meski begitu, gejala retinopati hipertensi biasanya tidak muncul pada tahap awal penyakit, tetapi setelah kerusakan retina sudah parah.
Penyebab Retinopati Hipertensi
Retinopati hipertensi merupakan komplikasi dari penyakit darah tinggi. Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah berada di atas batas normal.
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa membuat pembuluh darah di seluruh bagian tubuh menegang. Bila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, pembuluh darah bisa rusak, termasuk yang berada di retina mata. Rusaknya pembuluh darah dapat menghambat proses suplai darah ke retina sehingga merusak retina.
Selain hipertensi menahun, ada pula beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami retinopati hipertensi, yaitu:
- Penyempitan pembuluh darah arteri di leher (arteri karotid) akibat aterosklerosis
- Penyakit jantung koroner
- Kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Diabetes, prediabetes, atau kadar gula darah tinggi (hiperglikemia)
- Gangguan ginjal, sehingga kadar kreatinin di darah tinggi
- Albuminuria (protein albumin di darah bocor ke urine)
- Konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak secara berlebihan
Gejala Retinopati Hipertensi
Pada umumnya, retinopati hipertensi tahap awal tidak menimbulkan gejala. Namun, seiring berjalannya waktu, ada gejala yang bisa muncul, antara lain:
- Pandangan berkurang atau buram
- Penglihatan ganda disertai sakit kepala
- Mata merah akibat pembuluh darah pecah di permukaan mata
Kapan harus ke dokter
Jika Anda menderita hipertensi, lakukan pemeriksakan mata ke dokter secara rutin. Hal ini untuk memastikan penglihatan Anda tidak bermasalah. Anda juga perlu memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala retinopati hipertensi seperti yang telah disebutkan di atas.
Diagnosis Retinopati Hipertensi
Untuk mendiagnosis retinopati hipertensi, dokter akan melakukan tanya jawab kepada pasien mengenai hal-hal berikut:
- Keluhan yang dialami
- Penyakit yang pernah atau sedang diderita
- Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan mata secara menyeluruh, dari bagian luar hingga bagian dalam mata, dengan alat ophthalmoscope. Melalui pemeriksaan ini, dokter akan mencari tanda-tanda retinopati hipertensi, seperti:
- Penyempitan pembuluh darah
- Bintik-bintik atau perbedaan warna yang menunjukkan kerusakan retina
- Pembengkakan di retina dan pembengkakan pada saraf penglihatan
- Perdarahan di bagian belakang mata
Bila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan berupa:
1. Optical coherence tomography (OCT)
Melalui pemeriksaan optical coherence tomography, dokter dapat melihat dengan lebih jelas lapisan-lapisan retina. Dengan begitu, dokter bisa mengetahui di mana tepatnya kerusakan terjadi.
Optical coherence tomography dilakukan dengan menggunakan mesin khusus yang dapat mengambil gambar bagian retina secara detail.
2. Fluorescein angiography
Fluorescein angiography dilakukan untuk melihat sumbatan atau kebocoran pada pembuluh darah di retina. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan pewarna ke pembuluh darah di lengan pasien. Ketika cairan tadi melewati pembuluh darah di mata, dokter akan mengambil gambar pembuluh darah dengan kamera khusus.
Pengobatan Retinopati Hipertensi
Pengobatan utama retinopati hipertensi adalah dengan menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi dan menjaganya tetap dalam batas normal.
Jika tekanan darah terjaga, kerusakan pada pembuluh darah di retina dan jaringan retina bisa membaik. Dengan begitu, gejala retinopati hipertensi juga bisa membaik. Namun, jika terlambat diobati, kerusakan pada retina bisa permanen.
Kontrol tekanan darah bisa dilakukan dengan menggunakan obat medis dan menjalani gaya hidup sehat. Obat-obatan yang diresepkan dokter antara lain:
- ACE inhibitor, misalnya captopril
- Diuretik, seperti furosemide
- Penghambat beta, contohnya bisoprolol
Sementara itu, beberapa gaya hidup sehat yang bisa diterapkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi adalah:
- Memperbanyak konsumsi sayur dan buah
- Mengurangi asupan garam
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol atau berkafein, seperti kopi dan teh
- Berhenti merokok
- Menurunkan berat badan yang berlebih
- Berolahraga dengan rutin, minimal 150 menit per minggu
Komplikasi Retinopati Hipertensi
Bila tidak ditangani dengan tepat, retinopati hipertensi dapat menimbulkan komplikasi, di antaranya:
- Penglihatan makin lama makin memburuk
- Pembengkakan di makula, yaitu bagian retina yang paling penting dalam proses melihat
- Penyumbatan aliran darah ke retina
- Kerusakan pada saraf penglihatan
- Ablasi retina atau lepasnya retina dari bagian belakang bola mata
- Kebutaan
Selain menyebabkan retinopati hipertensi, tekanan darah tinggi juga dapat memperburuk kerusakan mata pada pasien yang juga mengalami diabetes. Kerusakan mata ini disebut retinopati diabetik.
Pencegahan Retinopati Hipertensi
Retinopati hipertensi disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang berkepanjangan. Maka dari itu, cara pencegahannya adalah dengan menjaga tekanan darah tetap normal.
Agar tekanan darah selalu terpantau, Anda perlu rutin menjalani pemeriksaan kesehatan. Rutin memeriksakan kesehatan juga berguna untuk mendeteksi dan menangani bila ada kerusakan pada retina sedini mungkin.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan agar tekanan darah tetap berada dalam batas normal, yaitu:
- Minum obat darah tinggi secara teratur
- Mengonsumsi makanan rendah garam dan bergizi seimbang
- Memperbanyak aktivitas fisik, bahkan sekadar berjalan kaki selama 1 jam
- Berolahraga rutin
- Mempertahankan berat badan ideal
- Menurunkan berat badan jika berlebih atau obesitas