Ruam kulit HIV cukup umum terjadi dan dialami oleh sekitar 90% penderita HIV. Beberapa jenis ruam kulit bersifat ringan dan tidak berbahaya, tetapi sebagian lainnya dapat berbahaya. Salah satunya adalah ruam yang disebabkan oleh alergi terhadap obat anti-HIV.
Ruam kulit HIV adalah kondisi yang umumnya terjadi pada dua bulan pertama setelah seseorang terinfeksi virus HIV. Ruam kulit HIV bisa menyebabkan kulit terasa gatal dan membentuk area datar berwarna merah dengan benjolan kecil yang melingkar di sekelilingnya. Namun pada orang berkulit gelap, ruam cenderung berwarna ungu. Ruam kulit HIV bisa muncul di seluruh tubuh.
Penyebab Ruam Kulit HIV
Pada masa awal infeksi HIV, ruam dapat disertai gejala lain, seperti sakit tenggorokan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, diare, demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Ruam dan gejala awal ini umumnya akan mereda dalam dua minggu.
Selain merupakan gejala awal, ruam kulit pada penderita HIV dapat dipicu oleh efek samping pengobatan. Beberapa obat HIV yang dapat menyebabkan timbulnya ruam adalah:
- Protease inhibitors (PIs), seperti amprenavir dan tipranavir.
- Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI), seperti abacavir.
- Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs), seperti nevirapine.
Beberapa jenis ruam kulit HIV bersifat ringan dan tidak berbahaya. Tetapi jika ruam disebabkan karena reaksi alergi akibat penggunaan obat anti-HIV, kondisinya dapat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera. Reaksi alergi saat mengonsumsi obat anti-HIV dapat menyebabkan sindrom Stevens-Johnson, bahkan necrolysis epidermal toxic.
Penanganan Ruam Kulit HIV
Penderita HIV disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami ruam kulit yang disertai pembengkakan pada wajah dan lidah, kulit terasa sakit, atau muncul luka melepuh di sekitar mata, mulut, hidung, atau area kulit lainnya.
Dokter akan memeriksa ruam kulit yang dialami oleh penderita HIV dan memberikan pengobatan yang sesuai. Penanganan yang umum diberikan oleh dokter untuk mengatasi ruam tersebut antara lain:
Pemberian obat
Beberapa jenis obat, seperti golongan antihistamin dan krim hydrocortisone, bisa digunakan untuk mengatasi ruam yang sifatnya ringan. Namun jika ruam cukup luas, terlebih jika disertai gejala dan keluhan lain, mungkin akan diperlukan pengobatan dan penanganan khusus.
Perubahan gaya hidup
Tidak hanya pemberian obat, perubahan gaya hidup juga perlu dilakukan untuk mencegah munculnya ruam. Penderita HIV disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari langsung, karena dapat meningkatkan risiko munculnya ruam. Selain paparan sinar matahari langsung, hindari pula mandi dengan air hangat.
Waspadai alergi atau infeksi sebagai pemicu ruam
Ruam kulit pada penderita HIV dapat disebabkan oleh alergi, molluscum contagiosum, dan sarkoma Kaposi. Waspadai ruam yang disebabkan oleh hal-hal tersebut karena berbahaya.
Selalu konsultasikan dengan dokter bila muncul ruam saat Anda menjalani pengobatan HIV, dan jangan menghentikan konsumsi obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu. Diskusikan juga dengan dokter jika Anda ingin menggunakan obat bebas, seperti hidrokortison dan antihistamin, untuk mengatasi ruam kulit HIV.