Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak pada suasana hati, pola pikir, serta tingkah laku secara umum. Kondisi ini terjadi secara perlahan dan bisa memburuk bila tidak segera ditangani. Meski sering tidak disadari, sakit jiwa bisa memunculkan beberapa gejala yang perlu diwaspadai.
Sakit jiwa dapat mengganggu aktivitas sehari-hari karena bisa membuat seseorang merasa stres, tertekan, bahkan tidak nyaman bersosialisasi dengan orang lain. Istilah sakit jiwa sering kali dianggap sesuatu yang tabu sehingga seseorang yang merasakan gejala dan tanda gangguan jiwa merasa malu untuk konsultasi ke psikolog.
Padahal, sama seperti sakit fisik, sakit jiwa juga perlu mendapatkan penanganan medis agar kondisi tersebut tidak makin memburuk.
Gejala Orang yang Mengalami Sakit Jiwa
Ciri-ciri orang yang mengalami sakit jiwa bisa berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Namun, pada umumnya, orang yang mengalami gangguan jiwa dapat merasakan beberapa gejala berikut:
- Mengalami perubahan mood yang sangat drastis, misalnya dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya dalam waktu singkat
- Memiliki rasa takut yang berlebihan
- Menarik diri dari kehidupan sosial
- Merasa emosional, amarahnya tidak terkendali, dan suka melakukan kekerasan
- Mengalami delusi
Terkadang, beberapa gejala tersebut juga disertai oleh gangguan fisik, seperti sakit kepala, nyeri punggung, sakit perut, atau nyeri lain yang tidak diketahui sebabnya.
Beragam Penyebab Sakit Jiwa
Sakit jiwa sering kali tidak diketahui penyebabnya. Namun, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor genetik, faktor lingkungan sekitar, maupun perpaduan dari keduanya. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
- Riwayat sakit jiwa dalam keluarga, baik yang dialami oleh orang tua maupun saudara
- Paparan virus, racun, minuman keras, dan obat-obatan saat berada dalam kandungan
- Pengalaman traumatis, seperti pernah mengalami pemerkosaan, , perceraian, atau kehilangan seseorang yang dicintai
- Pernah menjadi korban bullying
- Masa kecil yang mengalami kekerasan atau diabaikan
- Penggunaan obat-obatan terlarang
- Penyakit kronis, seperti kanker
- Kerusakan otak, misalnya cedera akibat kecelakaan
- Selalu merasa sendiri akibat hubungan yang tidak sehat dengan orang lain
- Pernah mengalami sakit jiwa sebelumnya
Macam-Macam Sakit Jiwa
Ada banyak kondisi kesehatan yang dapat dikategorikan sebagai sakit jiwa. Setiap kelompok dapat terbagi lagi menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik. Berikut ini adalah beberapa jenisnya:
1. Gangguan kecemasan
Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan merespons objek atau situasi tertentu dengan perasaan takut dan panik hingga jantungnya berdetak lebih cepat.
Gangguan kecemasan dapat dikatakan sebagai kondisi sakit jiwa jika rasa takut dan panik berlebihan tidak dapat dikendalikan dan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Gangguan kecemasan juga dapat berupa fobia terhadap situasi tertentu, gangguan kecemasan sosial, atau gangguan panik.
2. Gangguan kepribadian
Orang dengan gangguan kepribadian umumnya memiliki karakter yang kaku. Akibatnya, mereka sering kali membangun hubungan buruk dengan orang lain. Contoh kondisi yang termasuk dalam gangguan kepribadian adalah paranoid.
3. Gangguan afektif atau mood
Orang yang mengalami gangguan mood mengalami episode suasana hati yang berubah-ubah secara ekstrem. Mereka bisa sangat sedih, kemudian sangat ceria dalam waktu singkat dan terjadi secara berulang. Kondisi paling umum dari gangguan mood adalah gangguan bipolar dan depresi.
4. Gangguan ketidakmampuan mengontrol keinginan
Orang yang mengalami sakit jiwa juga bisa merasa tidak dapat menolak dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan hal yang bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Gangguan jiwa yang termasuk dalam kelompok ini adalah kleptomania atau dorongan untuk mencuri barang-barang kecil, piromania atau dorongan kuat untuk menyulut api, serta kecanduan minuman keras dan obat-obatan terlarang.
5. Gangguan psikotik
Gangguan psikotik termasuk jenis sakit jiwa yang mengacaukan pikiran dan kesadaran. Halusinasi dan delusi adalah dua bentuk gejala yang paling umum dari kondisi gangguan psikotik.
Orang yang mengalami halusinasi merasa dirinya melihat atau mendengar suara yang sebenarnya tidak nyata. Sementara itu, delusi adalah hal tidak benar yang dipercaya oleh penderitanya sebagai sesuatu yang benar. Misalnya, delusi kejar, yaitu kondisi ketika penderitanya merasa diikuti seseorang. Kondisi ini cukup sering dialami oleh pasien skizofrenia.
6. Gangguan pola makan
Jenis sakit jiwa berupa gangguan pola makan dapat mengubah perilaku, kebiasaan, dan emosi, yang berkaitan dengan berat badan dan makanan. Contoh paling umum dari gangguan ini adalah anoreksia nervosa, yang ditandai dengan kondisi tidak mau makan dan memiliki ketakutan abnormal terhadap kenaikan berat badan.
Contoh lain adalah bulimia nervosa, yaitu perilaku makan berlebihan, kemudian memuntahkannya secara sengaja. Ada juga kondisi binge eating disorder atau kondisi saat seseorang makan terus-menerus dalam jumlah banyak dan merasa tidak bisa berhenti, tetapi tidak disertai memuntahkan makanan kembali.
7. Gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder atau OCD)
Seorang penderita OCD memiliki pola pikir yang terus-menerus dipenuhi oleh ketakutan atau pikiran mengganggu yang disebut dengan obsesif. Kondisi ini membuat mereka melakukan suatu hal secara berulang-ulang yang disebut kompulsif.
Contohnya adalah orang yang terus-menerus mencuci tangan karena adanya rasa takut secara berlebihan terhadap kuman.
8. Gangguan pascatrauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD)
Gangguan pascatrauma adalah jenis sakit jiwa yang terjadi setelah seseorang mengalami kejadian traumatis, misalnya kematian anggota keluarga secara tiba-tiba, mengalami pelecehan seksual, atau menjadi korban bencana alam.
Orang dengan PTSD dapat merasa sangat cemas, terutama ketika mengalami kembali atau mengingat kejadian traumatis yang dialaminya. Oleh karena itu, mereka cenderung menghindari pemicu yang membuatnya teringat tentang trauma.
9. Sindrom respons stres atau gangguan penyesuaian
Gangguan penyesuaian terjadi ketika seseorang menjadi emosional dan mengalami perubahan perilaku setelah berada pada kondisi di bawah tekanan atau krisis, seperti perceraian, bencana alam, atau kehilangan pekerjaan.
10. Gangguan disosiatif
Gangguan disoasiatif adalah kondisi ketika penderitanya mengalami gangguan parah pada identitas, ingatan, dan kesadaran akan diri sendiri dan lingkungan tempat ia berada. Umumnya, gangguan disosiatif dipicu oleh stres berat atau kejadian traumatis. Gangguan ini juga kerap dikenal dengan sebutan kepribadian ganda.
11. Gangguan seksual dan gender
Gangguan seksual termasuk jenis sakit jiwa yang diketahui bisa berdampak pada gairah dan perilaku seksual seseorang. Gangguan seksual bisa terjadi akibat gangguan fungsi otak, stres berat, atau trauma setelah mengalami kekerasan seksual.
Bentuk gangguan seksual bisa berupa parafilia, yaitu perilaku seksual atau merasa terangsang pada hal yang umumnya tidak memberikan rangsangan pada orang lain.
12. Gangguan somatik
Gangguan somatik adalah jenis sakit jiwa yang ditandai dengan adanya sakit fisik, seperti nyeri pada anggota tubuh. Pada beberapa kasus, orang dengan gangguan somatik sebenarnya tidak memiliki masalah medis apa pun pada tubuhnya ketika memeriksakan diri ke dokter.
Selain beberapa jenis sakit jiwa di atas, beberapa kondisi lain, seperti penyakit Alzheimer dan gangguan tidur, juga dikelompokkan sebagai sakit jiwa karena melibatkan gangguan di otak.
Penanganan untuk Sakit Jiwa
Berbagai kondisi sakit jiwa di atas tidak dapat membaik dengan sendirinya, bahkan dapat memburuk jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan langsung dari psikiater sesuai dengan jenis, penyebab, dan tingkat keparahan gangguan jiwa yang dialami.
Penanganan kondisi sakit jiwa umumnya dilakukan dengan psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Jenis pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis sakit jiwa yang dialami pasien dan tingkat keparahannya.
Selain perawatan medis, orang dengan sakit jiwa juga perlu dukungan keluarga atau kerabat dan kondisi lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu, penting untuk merangkul dan tidak menghakimi orang yang mengalami gejala gangguan mental. Jadi, mereka merasa diterima dan tidak sendirian selama proses penyembuhan.
Penting untuk tidak langsung menentukan kondisi sakit jiwa dari gejala-gejala di atas secara mandiri. Bila Anda atau keluarga Anda mengalami gejala gangguan mental, konsultasikan dengan psikiater untuk memastikan penyebabnya. Makin cepat dideteksi, makin cepat pula kondisi sakit jiwa dapat ditangani dengan tepat.