Salbutamol adalah obat untuk meredakan gejala penyempitan saluran napas atau bronkospasme, seperti sesak napas, mengi atau bengek, dan batuk. Salbutamol bisa digunakan dalam pengobatan asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Salbutamol bekerja melemaskan otot-otot di saluran pernapasan yang menyempit. Hasilnya, saluran pernapasan dapat melebar dan udara dapat mengalir lebih lancar ke dalam paru-paru. Dengan begitu, gejala bronkospasme segera mereda dan penderitanya bisa kembali bernapas lega.
Salbutamol termasuk dalam kelompok obat bronkodilator jenis short acting beta agonist (SABA). Efek obat ini bisa dirasakan dalam hitungan menit setelah digunakan dan bertahan selama beberapa jam.
Salbutamol dapat ditemukan dalam sediaan suntik serta obat minum yang terdiri dari tablet, kapsul, dan sirop. Selain itu, ada salbutamol inhalasi yang digunakan dengan cara dihirup melalui inhaler atau nebulizer.
Dalam mengatasi serangan asma atau PPOK, salbutamol sediaan obat minum menjadi pilihan terakhir jika tidak ada salbutamol hirup. Sebab, salbutamol yang diminum bekerja lebih lambat daripada salbutamol hirup. Penggunaan salbutamol suntik atau obat minum juga memiliki risiko efek samping yang lebih besar.
Artikel ini khusus membahas salbutamol sediaan obat minum dan suntik.
Merek dagang salbutamol suntik dan obat minum: Astharol, Glisend, Inasma, Lasal, Proast, Salbutamol Sulfate, Salbuven Expectorant, Salbron, Ventolin Inhaler
Apa Itu Salbutamol
Golongan | Bronkodilator (beta-2-agonist dengan reaksi cepat) |
Kategori | Obat resep |
Manfaat | Mengatasi sesak napas, batuk, serta mengi atau bengek, akibat serangan asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), termasuk emfisema dan bronkitis kronis |
Digunakan oleh | Dewasa dan anak usia ≥2 tahun |
Salbutamol untuk ibu hamil | Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil. |
Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. | |
Salbutamol untuk ibu menyusui | Belum diketahui apakah penggunaan salbutamol pada ibu menyusui dapat menyebabkan efek samping berbahaya pada anaknya. Namun, salbutamol inhalasi dianggap lebih aman untuk ibu menyusui. |
Jika Anda sedang dalam masa menyusui, jangan menggunakan salbutamol dalam bentuk apa pun, termasuk obat minum atau suntik, kecuali jika disarankan oleh dokter. | |
Bentuk obat | Tablet, kapsul, sirop, suntik |
Peringatan sebelum Menggunakan Salbutamol
Salbutamol tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai dengan resep dokter. Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan salbutamol:
- Informasikan kepada dokter mengenai riwayat alergi yang Anda miliki. Salbutamol tidak boleh diberikan kepada orang yang alergi terhadap obat ini atau obat golongan beta2-agonist lainnya, seperti terbutaline.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang atau pernah mengalami hipertiroidisme atau tirotoksikosis, hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, hipokalemia, kejang atau epilepsi, penyakit liver, aneurisma, atau phaeochromocytoma.
- Informasikan kepada dokter jika Anda sedang atau pernah menderita penyakit jantung, seperti aritmia, gagal jantung, angina pektoris, atau serangan jantung.
- Berkonsultasilah ke dokter sebelum menggunakan salbutamol bila Anda sedang hamil, mungkin sedang hamil, berencana hamil, atau sedang menyusui.
- Informasikan kepada dokter mengenai semua obat yang sedang Anda gunakan, termasuk suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi interaksi obat.
- Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan setelah menggunakan salbutamol. Obat ini bisa menyebabkan pusing.
- Jangan merokok selama menjalani pengobatan dengan salbutamol jenis apa pun. Hal ini karena rokok dapat menghambat kinerja obat dengan memicu iritasi pada paru-paru dan memperburuk gangguan pernapasan.
- Beri tahu dokter bahwa Anda menggunakan salbutamol jika direncanakan untuk menjalani operasi, terutama operasi dengan bius total.
- Segera lapor ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah menggunakan salbutamol.
Dosis dan Aturan Pakai Salbutamol
Berikut adalah dosis salbutamol berdasarkan bentuk obatnya:
Salbutamol tablet, kapsul, atau sirop
Tujuan: Mengatasi atau mencegah kekambuhan gejala bronkospasme pada penderita asma atau penyakit paru obstruktif kronis yang tidak bisa menggunakan obat hirup
- Dewasa dan anak usia >12 tahun: 2–4 mg, 3–4 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 8 mg, 3–4 kali sehari.
- Anak usia 7–12 tahun: 2 mg, 3–4 kali sehari.
- Anak usia 2–6 tahun: 1–2 mg, 3–4 kali sehari.
Salbutamol suntik
Salbutamol suntik digunakan untuk mengatasi bronkospasme berat pada orang dewasa dan anak usia ≥12 tahun. Dosis dan lama pengobatan akan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala yang dialami pasien dan jenis suntikan yang digunakan.
Cara Menggunakan Salbutamol dengan Benar
Gunakan salbutamol tablet, kapsul, atau sirop, sesuai anjuran dokter dan petunjuk pada kemasan obat. Jangan menambah atau mengurangi dosis atau menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter.
Berikut adalah cara yang benar dalam menggunakan salbutamol sediaan obat minum:
- Salbutamol tablet, kapsul, atau sirop bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.
- Untuk salbutamol tablet atau kapsul, telan obat secara utuh dengan air putih.
- Jika hendak mengonsumsi salbutamol sirop, kocok botol sebelum obat diminum. Gunakan alat takar yang disertakan dalam kemasan agar dosisnya tepat.
- Bila Anda lupa mengonsumsi salbutamol, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, jika jadwal penggunaan berikutnya sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
- Bila Anda mengonsumsi salbutamol secara rutin, periksalah tekanan darah Anda menggunakan tensimeter. Laporkan kepada dokter jika tekanan darah meningkat. Penggunaan salbutamol dapat meningkatkan tekanan darah.
- Patuhi jadwal kontrol yang diberikan oleh dokter selama menjalani terapi dengan salbutamol. Anda mungkin perlu melakukan pemeriksaan kesehatan, seperti tes fungsi paru-paru dan jantung. Tujuannya adalah agar dokter dapat memantau kondisi pasien dan hasil terapi, serta mendeteksi efek samping.
- Simpan salbutamol tablet, kapsul, atau sirop, di tempat yang kering dan sejuk. Jangan menyimpannya di tempat yang lembap atau panas. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
- Jangan mengonsumsi salbutamol jika sudah melewati tanggal kedaluwarsa. Salbutamol sediaan sirop tidak boleh digunakan lebih dari 14 hari setelah kemasan dibuka.
Salbutamol sediaan suntik akan diberikan langsung oleh dokter atau tenaga medis di bawah pengawasan dokter. Obat ini disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena, otot, atau ke bawah kulit. Ikuti instruksi dokter selama pengobatan.
Interaksi Salbutamol dengan Obat Lain
Penggunaan salbutamol bersama dengan obat tertentu dapat menimbulkan efek interaksi berupa:
- Peningkatan risiko terjadinya jantung berdebar, nyeri dada, dan tekanan darah tinggi, bila digunakan bersama antidepresan golongan trisiklik, seperti amitriptyline
- Penurunan efektivitas salbutamol dan peningkatan risiko sesak napas yang parah, bila digunakan bersama dengan obat golongan beta-blocker, seperti propranolol
- Peningkatan risiko terjadinya hipokalemia (kekurangan kalium), bila digunakan bersama obat kortikosteroid; teofilin; atau obat diuretik jenis thiazide atau diuretik loop, seperti furosemide
- Penurunan efektivitas dari obat digoxin
Agar terhindar dari efek interaksi yang tidak diinginkan, selalu beri tahu dokter jika hendak menggunakan obat lain bersama salbutamol.
Efek Samping dan Bahaya Salbutamol
Efek samping yang bisa timbul akibat penggunaan salbutamol adalah:
- Pusing
- Sakit kepala
- Gelisah
- Tangan dan kaki gemetar
- Kram otot
- Kantuk atau justru insomnia
Temui dokter jika efek samping yang muncul tidak membaik atau justru bertambah berat. Segera lapor dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang serius, seperti:
- Detak jantung terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat, atau tidak teratur (aritmia)
- Dada terasa tertekan atau nyeri dada
- Sesak napas atau mengi yang malah memburuk