Meski umum terjadi, penyebab sariawan sering kambuh penting untuk Anda ketahui. Penyebabnya tersebut ada yang berasal dari dalam tubuh dan ada pula dari luar tubuh. Dengan begitu, langkah pencegahan pun dapat dilakukan sehingga sariawan tidak kambuh kembali.
Sariawan merupakan luka pada bibir atau area mulut yang umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7–14 hari. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada wanita. Hal tersebut diduga karena wanita lebih sering mengalami perubahan hormon dibandingkan pria.
Luka yang ditimbulkan bisa berukuran kecil maupun besar dan terasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, sariawan dapat timbul kembali dalam waktu 3 bulan.
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab sariawan, tetapi banyak faktor yang memicu kemunculannya. Faktor pemicu tersebut bisa berasal dari dalam tubuh maupun luar tubuh.
Penyebab Sariawan dari Luar Tubuh
Setidaknya ada empat faktor dari luar tubuh yang sering menjadi penyebab sariawan, yaitu:
1. Cedera di bagian dalam mulut
Cedera merupakan penyebab utama sariawan. Cedera di bagian dalam mulut biasanya terjadi karena tergigit, cara menyikat gigi yang salah, bulu sikat gigi yang terlalu kasar, penggunaan kawat gigi atau gigi palsu, dan akibat penyuntikan obat bius sebelum operasi di daerah mulut.
2. Obat-obatan tertentu
Obat-obatan yang Anda konsumsi juga dapat memicu munculnya sariawan. Obat yang dapat memicu sariawan meliputi:
- Piroxicam
- Diclofenac
- Phenobarbital
- Captopril
Tak hanya berbagai obat di atas, obat kemoterapi dan terapi radiasi di bagian kepala atau mulut juga berisiko menyebabkan sariawan.
3. Pasta gigi dengan kandungan SLS
Penggunaan pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulfate (SLS) dapat memicu timbulnya sariawan, sebab zat ini bisa mengikis lapisan mulut. penggunaan pasta gigi yang bebas SLS dapat mengurangi risiko munculnya sariawan.
4. Makanan dan minuman tertentu
Berbagai jenis makanan dan minuman diduga dapat bereaksi dengan lapisan mulut dan memicu sariawan. Makanan dan minuman yang dimaksud meliputi:
- Cokelat
- Kacang tanah
- Kacang almond
- Sereal
- Buah stroberi
- Buah tomat
- Keju
- Tepung terigu
- Susu
- Kopi
Selain makanan dan minuman di atas, bahan pengawet dan pewarna makanan juga dapat memicu timbulnya sariawan.
Penyebab Sariawan dari Dalam Tubuh
Selain karena faktor eksternal seperti yang telah dijelaskan di atas, sariawan juga dapat disebabkan oleh sejumlah faktor dari dalam tubuh, yaitu:
1. Keturunan
Memiliki orang tua atau saudara yang sering mengalami sariawan akan meningkatkan risiko, tingkat keparahan, dan frekuensi kambuhnya sariawan. Hampir 50% orang yang sering menderita sariawan memiliki keluarga yang juga sering mengalami sariawan.
2. Kekurangan nutrisi
Ada banyak penelitian yang membuktikan bahwa kekurangan zat besi, asam folat, zinc, atau vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, dan vitamin B12 dapat menimbulkan sariawan. Penyebab dari kekurangan zat tersebut bisa karena asupannya yang tidak tercukupi atau terdapat masalah penyerapan nutrisi di usus.
3. Stres
Stres merupakan respons tubuh terhadap pengaruh lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan, termasuk memicu munculnya sariawan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa orang yang sering menderita sariawan memiliki tingkat stres lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang jarang sariawan.
Belum diketahui mengapa stres dapat memicu munculnya sariawan. Namun, diduga penyebabnya adalah kebiasaan menggigit bibir atau menggigit kuku saat stres, yang dapat menimbulkan luka di bagian dalam mulut.
4. Perubahan hormon
Khusus wanita, perubahan hormon seperti saat menstruasi, hamil, maupun menopause, juga sering menimbulkan sariawan. Selain itu, penggunaan pil KB atau KB suntik juga dapat menjadi penyebab sariawan. Namun, hal ini umumnya hanya terjadi sementara di awal penggunaan kontrasepsi.
Agar sariawan tidak sering kambuh, sebisa mungkin hindarilah faktor-faktor penyebab sariawan di atas. Bila Anda mengalami sariawan yang tidak kunjung sembuh lebih dari 2 minggu atau terasa sangat nyeri, segeralah konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan.
Ditulis oleh:
drg. Rani Handayani, SpPM
(Dokter Gigi Spesialis Penyakit Mulut)