Sarkoidosis adalah kondisi ketika sel-sel imun tubuh membentuk gumpalan peradangan. Kondisi ini umumnya menyerang paru-paru dan kelenjar getah bening, tetapi bisa juga terjadi di mata, kulit, atau jantung.
Sarkoidosis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang zat-zat asing secara berlebihan. Kondisi ini membuat sel-sel tubuh membentuk gumpalan berisi sel darah putih atau granuloma. Seiring waktu, granuloma dapat membentuk jaringan parut (fibrosis).
Pada beberapa kasus, sarkoidosis ringan dapat sembuh dengan sendirinya dalam hitungan bulan atau tahun. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan organ, bahkan kematian.
Penyebab Sarkoidosis
Hingga saat ini, penyebab terjadinya sarkoidosis masih belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terkait dengan faktor-faktor berikut:
- Berusia 20–65 tahun
- Memiliki anggota keluarga yang juga mengalami sarkoidosis
- Terpapar debu, logam, silika, atau zat kimia seperti pestisida dalam jangka panjang
- Terserang infeksi dari virus, bakteri, atau jamur
- Memiliki riwayat penyakit limfoma
- Menderita obesitas
Gejala Sarkoidosis
Gejala sarkoidosis dapat muncul secara bertahap dengan pola yang berbeda-beda, tergantung pada organ tubuh yang terkena. Pada beberapa kasus, ada gejala yang hanya muncul sesaat, kemudian menghilang. Ada juga gejala yang muncul hingga bertahun-tahun (kronis), atau justru tidak menampakkan gejala sama sekali.
Sarkoidosis yang muncul secara mendadak akan menimbulkan serangkaian gejala khas bernama sindrom Lofgren, berupa demam, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri dan pembengkakan pada sendi, serta benjolan kemerahan di kulit (eritema nodosum).
Umumnya, sarkoidosis akan ditunjukkan dengan gejala berikut:
- Nyeri sendi
- Mudah lelah
- Nyeri atau lemah otot
- Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
- Berkeringat pada malam hari
- Mati rasa di tangan atau kaki
Tergantung pada organ yang terkena sarkoidosis, keluhan lain yang dapat muncul meliputi:
-
Paru-paru
Sarkoidosis paru umumnya ditandai dengan sesak napas yang disertai mengi, batuk kering dan nyeri dada. Pada kasus yang jarang terjadi, penderita juga bisa mengalami batuk berdarah.
-
Mata
Mata yang mengalami sarkoidosis akan terasa kering, gatal, rasa seperti terbakar, dan sensitif terhadap cahaya. Selain itu, sarkoidosis mata dapat ditunjukkan dengan uveitis, yaitu mata merah dan pandangan kabur.
-
Kulit
Sarkoidosis pada kulit ditandai dengan benjolan, bengkak, serta ruam atau bercak merah keunguan (eritema) yang terasa nyeri bila disentuh. Tanda sarkoidosis kulit biasanya muncul di wajah, leher, lengan, kaki, serta kulit yang memiliki bekas luka, tato, maupun tindik.
-
Jantung
Penderita sarkoidosis di jantung dapat mengalami mudah lelah, nyeri dada, sesak napas, gangguan irama jantung (aritmia), jantung berdebar, gagal jantung, pembengkakan tubuh karena kelebihan cairan (edema), dan pingsan.
-
Sistem saraf
Sarkoidosis yang menyerang sistem saraf dapat mengakibatkan mati rasa, kesemutan, kejang, lumpuh, serta gangguan psikologis, seperti demensia, depresi, atau psikosis.
-
Hati dan limpa
Sarkoidosis pada hati dan limpa dapat menyebabkan nyeri perut, kulit gatal, demam, berat badan menurun, dan penyakit kuning.
Kapan harus ke dokter
Konsultasikan ke dokter melalui Chat bersama Dokter saat muncul gejala umum sarkoidosis karena gejala tersebut belum tentu disebabkan oleh sarkoidosis. Konsultasi online dapat membantu dokter memperkirakan penyebab keluhan dan menentukan pemeriksaan lanjut apa yang perlu dilakukan.
Namun, segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala yang mengganggu atau tidak kunjung sembuh. Penanganan yang lebih dini dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan.
Jika Anda sudah menjalani pengobatan untuk sarkoidosis, lakukan pemeriksaan ke dokter secara berkala atau saat mengalami keluhan baru yang serius, seperti:
- Sesak napas
- Jantung berdebar-debar
- Gangguan penglihatan
- Nyeri mata
- Mata sensitif terhadap cahaya
- Mati rasa atau kebas pada wajah
Diagnosis Sarkoidosis
Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada organ yang terkena sarkoidosis, misalnya dengan melihat kondisi kulit, atau memeriksa pembengkakan di jantung, paru-paru, atau kelenjar getah bening.
Untuk lebih memastikan diagnosis sarkoidosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, untuk menghitung sel darah, kadar hormon, serta memeriksa fungsi hati dan ginjal
- Foto Rontgen dada, untuk mendeteksi granuloma atau jaringan parut di paru-paru dan jantung, serta pembesaran kelenjar getah bening
- Tes fungsi paru, untuk mengukur volume dan kapasitas paru-paru
- Pemindaian dengan CT scan, MRI, atau PET scan, untuk melihat kondisi organ secara lebih mendetail
- Bronkoskopi, untuk melihat kondisi saluran pernapasan melalui tabung kecil yang dimasukkan melalui tenggorokan
- Biopsi, dengan mengambil sebagian kecil jaringan yang dicurigai sebagai granuloma, untuk diteliti di bawah mikroskop
Pengobatan Sarkoidosis
Kebanyakan kasus sarkoidosis dapat sembuh dengan sendirinya. Beberapa pasien tidak memerlukan penanganan khusus jika tidak mengalami gejala yang signifikan. Namun, dokter akan terus memantau perkembangan kondisi pasien.
Penanganan sarkoidosis akan diberikan jika gejala yang dialami turut mengganggu atau mengancam fungsi organ tubuh lain, terutama mata, jantung, paru-paru, atau sistem saraf.
Metode penanganan sarkoidosis meliputi:
- Pemberian obat kortikosteroid, bisa dengan cara diminum, dioleskan secara langsung ke kulit, atau diteteskan pada mata
- Pemberian obat imunosupresif, untuk menekan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi gejala peradangan
- Pemberian hydroxychloroquine, untuk membantu mengatasi keluhan akibat sarkoidosis di kulit
- Transplantasi organ, untuk mengganti organ yang rusak akibat sarkoidosis
Komplikasi Sarkoidosis
Seperti dijelaskan di atas, sarkoidosis umumnya bisa sembuh dengan sendirinya. Meski demikian, sebagian kasus sarkoidosis dapat terjadi dalam jangka panjang (kronis). Bila tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berikut:
- Gangguan penglihatan, contohnya katarak atau glaukoma, yang dapat menyebabkan kebutaan
- Gangguan darah, seperti anemia atau jumlah sel darah putih yang rendah (leukopenia)
- Gangguan hormon, seperti diabetes insipidus atau mandul (infertilitas)
- Masalah pada ginjal, antara lain batu ginjal atau gagal ginjal
- Gangguan paru-paru, misalnya fibrosis paru atau hipertensi pulmonal
- Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia), kardiomiopati, gagal jantung, perikarditis, atau serangan jantung mendadak
- Gangguan pada sistem saraf, seperti radang otak (ensefalitis), tumor otak, kelumpuhan, nyeri saraf, atau masalah kejiwaan
- Gangguan organ hati, seperti sirosis
- Masalah psikologis, misalnya depresi dan kecemasan
Pencegahan Sarkoidosis
Karena penyebabnya tidak diketahui secara pasti, sarkoidosis sulit untuk dicegah. Namun, risiko terjadinya kondisi ini dapat diturunkan dengan mengendalikan faktor risikonya. Hal ini bisa dilakukan dengan menjalani gaya hidup sehat, seperti:
- Menghindari paparan debu dan zat kimia, misalnya dengan menggunakan alat pelindung diri atau masker
- Berhenti merokok
- Mengonsumsi makanan sehat bergizi dan seimbang yang direkomendasikan dokter
- Minum air putih dalam jumlah yang cukup
- Memenuhi kebutuhan tidur selama 6–8 jam setiap malam dan beristirahat yang cukup
- Menjaga berat badan ideal
- Berolahraga secara rutin