Eklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang berbahaya. Bila langkah pencegahan tidak segera dilakukan, kondisi ini dapat membahayakan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Oleh karena itu, penting bagi setiap ibu hamil untuk mengenali lebih jauh hal-hal seputar eklamsia dan cara mencegahnya.

Eklamsia merupakan komplikasi akibat preeklamsia. Preeklamsia itu sendiri adalah gangguan kehamilan ketika ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi dan protein di dalam urinenya. Nah, eklamsia terjadi ketika tekanan darah tinggi yang dialami oleh ibu hamil menyebabkan kejang sampai penurunan kesadaran.

Eklamsia, Kenali Penyebab, Bahaya, dan Cara Mencegahnya - Alodokter

Selain tekanan darah tinggi, tanda-tanda awal preeklamsia yang perlu diwaspadai adalah pembengkakan di wajah atau tangan, sering sakit kepala, mual dan muntah, gangguan penglihatan, sulit buang air kecil, serta nyeri perut di bagian kanan atas.

Berbagai Faktor Penyebab Eklamsia

Eklamsia dapat terjadi bila preeklamsia tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan baik. Kondisi ini merupakan masalah kesehatan serius dan termasuk kasus kegawatan medis pada ibu hamil dan janin.

Apabila tidak segera ditangani, eklamsia berisiko mengancam keselamatan ibu hamil dan janin. Eklamsia biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, selama persalinan, atau setelah melahirkan.

Penyebab terjadinya eklamsia dan preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan ini, yaitu:

1. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi, baik karena riwayat hipertensi sejak sebelum hamil atau baru terjadi saat hamil, merupakan salah satu faktor risiko utama preeklamsia dan eklamsia. Hal ini dapat terjadi karena tingginya tekanan darah menyebabkan pembuluh darah di dalam tubuh ibu hamil rapuh dan mudah rusak.

Kerusakan pada pembuluh darah akan membatasi aliran darah dan bisa menimbulkan pembengkakan pada pembuluh darah di otak dan janin yang sedang berkembang. Jika ini terjadi dan fungsi otak terganggu, kejang dapat terjadi.

Oleh karena itu, darah tinggi yang tidak dikontrol dengan baik bisa meningkatkan risiko ibu hamil dengan preeklamsia untuk mengalami eklamsia.

2. Proteinuria

Proteinuria adalah kondisi ketika jumlah protein dalam urine cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan atau kerusakan pada ginjal, sehingga protein tidak mampu diserap kembali oleh tubuh dan ikut keluar bersama urine. Kondisi ini sering terjadi pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia dan eklamsia.

3. Penyakit ginjal

Beberapa jenis gangguan pada ginjal, misalnya gagal ginjal akut maupun kronis, bisa membuat ibu hamil lebih rentan terkena hipertensi. Saat mengalami gangguan fungsi ginjal, tubuh ibu hamil juga lebih sulit membuang zat beracun dan sisa hasil metabolisme dari dalam tubuh.

Hal ini membuat ibu hamil lebih rentan terkena preeklamsia. Sementara pada ibu hamil yang sudah menderita preeklamsia, penyakit ginjal juga bisa membuat risiko terjadinya eklamsia menjadi makin tinggi.

4. Gangguan autoimun

Beberapa studi menyatakan bahwa penyakit autoimun, seperti lupus, juga bisa menjadi penyebab ibu hamil menderita preeklamsia dan eklamsia. Alasan mengapa penyakit autoimun bisa membuat ibu hamil lebih rentan terkena komplikasi kehamilan tersebut masih belum diketahui secara pasti.

Namun, hal tersebut diduga berkaitan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh yang membuat tubuh ibu hamil rentan mengalami peradangan dan kerusakan jaringan tubuh, sehingga risiko terjadinya preeklamsia pun ikut meningkat.

5. Kehamilan kembar

Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, ibu yang hamil lebih dari 1 janin atau hamil kembar memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami preeklamsia dan eklamsia. Oleh karena itu, kontrol kehamilan sangatlah penting dilakukan, apalagi bagi ibu dengan riwayat hipertensi.

6. Riwayat diabetes

Ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes, baik diabtetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2, memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan, salah satunya preeklamsia. Selain itu, diabetes gestasional juga bisa membuat ibu hamil lebih rentan mengalami preeklamsia dan eklamsia.

Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa preeklamsia dan eklamsia lebih berisiko terjadi pada ibu hamil yang mengalami obesitas, memiliki riwayat eklamsia di keluarga kandungnya, menderita kurang gizi atau malnutrisi saat hamil, serta berusia terlalu muda atau terlalu tua saat hamil.

Bahaya Eklamsia pada Ibu Hamil dan Janin

Eklamsia berbahaya karena bisa memengaruhi kondisi plasenta. Plasenta merupakan organ yang mengalirkan nutrisi, oksigen, dan darah ke janin. Pada kondisi eklamsia, tekanan darah yang tinggi justru menurunkan aliran darah tersebut dan membuat plasenta tidak dapat berfungsi dengan baik.

Pada ibu hamil mengalami eklamsia, dokter biasanya menyarankan untuk menjalani persalinan prematur demi keselamatan dan kesehatan janin. Kondisi eklamsia juga dapat membuat bayi lahir dengan masalah kesehatan dan berat badan yang rendah, bahkan bayi juga bisa terlahir dalam kondisi meninggal.

Cara Mencegah Terjadinya Eklamsia

Pemeriksaan kandungan rutin merupakan langkah penting untuk mendeteksi preeklampsia sejak dini sehingga bisa mencegah terjadinya eklamsia. Selain itu, Bumil juga bisa mengurangi risiko terjadinya preeklamsia dan eklamsia dengan melakukan beberapa langkah pencegahan, seperti:

  • Mengurangi asupan garam atau natrium dalam makanan agar tidak melebihi 1 sendok teh garam per hari
  • Membatasi konsumsi makanan yang digoreng atau terlalu berlemak
  • Menurunkan berat badan bagi ibu hamil yang mengalami obesitas
  • Berolahraga dengan intensitas ringan secara rutin, misalnya jalan kaki
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan berkafein, serta berhenti merokok
  • Mengonsumsi makanan bergizi serta minum suplemen kehamilan secara rutin dan sesuai anjuran dokter

Untuk mencegah terjadinya preklamsia atau preeklamsia menjadi eklamsia, dokter juga akan memberikan obat-obatan, seperti aspirin dosis rendah. Namun, obat ini hanya bisa digunakan sesuai petunjuk dan resep dokter spesialis kandungan, ya.

Jika mengalami tanda-tanda preeklamsia, Bumil sebaiknya langsung konsultasi ke dokter yang bisa dilakukan dari mana saja melalui Chat Bersama Dokter. Nantinya, dokter akan mengarahkan tindakan selanjutnya yang perlu Bumil lakukan dan meresepkan obat untuk meredakan keluhan yang Bumil alami.