Hernia pada bayi biasanya ditandai dengan tonjolan di sekitar pusar atau alat kelamin. Tanda dan gejala hernia pada bayi bisa berbeda, tergantung pada jenis hernianya. Jika diketahui secara dini, hernia bisa segera ditangani sebelum terjadi komplikasi.
Hernia terjadi ketika otot-otot yang menopang organ tubuh melemah atau mengalami kelainan, sehingga tidak mampu menahan organ pada posisi yang seharusnya. Kondisi ini tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa, tetapi juga oleh bayi.
Tanda dan Gejala Hernia pada Bayi Berdasarkan Jenisnya
Jenis hernia pada bayi yang paling sering dijumpai adalah hernia umbikalis dan hernia inguinalis. Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda hernia pada bayi berdasarkan jenisnya:
Hernia umbilikalis pada bayi
Hernia umbilikalis ditandai dengan munculnya benjolan lunak di pusar atau sekitar pusar. Kondisi ini dapat terjadi ketika lubang tali pusar tidak tertutup sempurna setelah bayi lahir.
Hernia umbikalis paling sering terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi yang terlahir prematur, maupun bayi yang mengalami hipotiroidisme. Benjolan yang muncul biasanya akan membesar saat bayi batuk, tertawa, dan menangis, tetapi akan mengempis kembali saat ia diam atau berbaring.
Hernia umbikalis pada bayi umumnya tidak menimbulkan rasa sakit atau gejala lainnya dan akan hilang dengan sendirinya setelah anak berusia 4–5 tahun.
Namun, bila hernia tetap muncul saat anak berusia lebih dari 5 tahun atau menimbulkan gejala yang mengganggu, seperti benjolan membesar dan berubah warna atau bayi terlihat rewel dan kesakitan di 1–2 tahun pertama kehidupannya, pemeriksaan dan penanganan langsung oleh dokter sangatlah penting dilakukan.
Hernia inguinalis pada bayi
Hernia inguinalis pada bayi bisa disebabkan oleh kelainan atau cacat pada dinding perut, sehingga sebagian usus masuk ke rongga perut bawah dan mencuat ke selangkangan.
Kondisi ini dapat terjadi pada bayi laki-laki maupun perempuan. Namun, kasus hernia inguinalis lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki, terutama yang terlahir prematur. Selain itu, bayi yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat hernia inguinalis sebelumnya juga lebih rentan mengalaminya kondisi ini.
Hernia inguinalis pada bayi dapat dideteksi dengan memperhatikan area sekitar alat kelamin. Jika terdapat benjolan pada selangkangan atau buah zakar bayi, terutama ketika sedang menangis atau aktif bergerak dan kempis saat berbaring, bayi kemungkinan menderita hernia inguinalis.
Sementara itu, hernia inguinalis pada bayi perempuan dapat berupa benjolan berbentuk lonjong di selangkangan atau labia (bibir kemaluan). Selain munculnya benjolan di sekitar alat kelamin, hernia inguinalis juga dapat menyebabkan bayi lebih rewel dan nafsu makannya menurun.
Penanganan Hernia pada Bayi
Telah disebutkan sebelumnya bahwa sebagian besar bayi yang menderita hernia umbikalis dapat sembuh dengan sendirinya setelah berusia 4–5 tahun.
Namun, jika benjolan yang muncul terasa sakit, menyumbat usus, atau tidak mengecil hingga anak berusia lebih dari 5 tahun, dokter akan merekomendasikan untuk dilakukan operasi. Tindakan operasi juga mungkin akan dilakukan bila gejala-gejala tersebut muncul di 1–2 tahun pertama kehidupannya.
Sementara itu, bayi yang mengalami hernia inguinalis hanya dapat ditangani dengan langkah operasi. Prosedur ini dilakukan guna menghindari komplikasi yang lebih serius, seperti hernia tersangkut yang kemudian menyebabkan kematian jaringan tubuh secara permanen.
Hal lain yang juga perlu Anda perhatikan adalah hindari memijat, mengurut, atau menekan tonjolan yang muncul karena tindakan ini dapat memperburuk kondisi hernia pada bayi.
Hernia pada bayi yang dikenali dan ditangani lebih awal akan lebih baik untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Untuk itu, Anda sebaiknya memerhatikan kondisi Si Kecil dengan seksama setiap kali Anda memandikannya atau mengganti pakaiannya. Jika Anda menemukan benjolan di area pusar atau perut bagian bawah, sebaiknya segera periksakan ke dokter.