Self harm adalah perbuatan menyakiti diri sendiri dengan sengaja untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Orang yang pernah melakukan self harm perlu segera mendapatkan pertolongan, baik dari segi fisik maupun mental, untuk mencegah terjadinya kondisi yang lebih parah atau perbuatan yang lebih membahayakan diri di kemudian hari.
Perbuatan self harm biasanya dilakukan seseorang dengan tujuan untuk melampiaskan amarah pada diri sendiri, menghilangkan perasaan negatif, atau sebagai pembuktian bahwa dirinya mampu menoleransi rasa sakit. Tindakan ini bisa dilakukan dengan benda tajam maupun tangan kosong.
Keinginan menyakiti diri sendiri atau self harm lebih sering terjadi pada orang yang pernah mengalami pelecehan, memiliki gangguan kesehatan mental, seperti depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD), gangguan kepribadian tertentu, atau menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol.
Beberapa contoh tindakan yang termasuk self harm adalah suka melukai tubuh, terutama bagian lengan dengan benda tajam, memukul diri sendiri dengan keras, membakar kulit dengan bekas puntung rokok yang masih panas, atau mencabut rambut.
Meskipun tidak mengarah ke percobaan bunuh diri, orang yang melakukan self harm tetap dapat melakukannya di kemudian hari bila tidak mendapat pertolongan.
Berbagai Penanganan Self Harm yang Tepat
Langkah pertama untuk mengatasi self harm adalah mendapatkan perawatan yang tepat dari profesional kesehatan mental, baik psikolog maupun psikiater.
Perawatan untuk kasus self harm didasarkan pada kondisi kesehatan mental yang pasien alami, misalnya depresi atau gangguan kecemasan. Perawatan biasanya dimulai dengan menangani cedera fisik yang pasien alami terlebih dahulu bila diperlukan.
Setelah itu, beberapa terapi jangka panjang yang biasanya direkomendasikan untuk mengelola kondisi kesehatan mental dan pemicu stres adalah:
1. Terapi perilaku kognitif
Dalam penanganan self harm, terapi perilaku kognitif menjadi salah satu psikoterapi yang diberikan oleh seorang psikolog atau psikiater. Terapi ini bisa membantu pasien menyadari akan perilaku self harm yang tidak baik dan belajar melampiaskan rasa emosi dengan cara yang positif.
Melalui terapi perilaku kognitif, pasien juga akan belajar cara untuk menangani kecemasan, mengatur emosi, dan menyelesaikan masalah dengan bijaksana tanpa melukai diri sendiri atau orang lain. Perlahan-lahan, pasien pun akan membangun kembali kepercayaan diri dan berhubungan baik dengan orang lain.
2. Terapi mindfulness
Terapi mindfulness juga biasanya termasuk dalam psikoterapi untuk penanganan self harm. Terapi ini bertujuan untuk menyadari pikiran, perasaan, dan emosi yang ada di dalam diri, serta situasi dan kondisi di luar diri.
Dalam terapi mindfulness, pasien akan berdiskusi dengan psikolog atau psikiater agar bisa lebih memahami pikiran dan perasaan yang sebenarnya, serta orang-orang di sekitarnya. Peningkatan kesadaran ini nantinya bisa membantu pasien menghindari perilaku negatif, termasuk self harm.
3. Terapi interpersonal
Self harm juga biasanya ditangani melalui terapi interpersonal. Melalui terapi ini, pasien akan mempelajari lebih dalam tentang bagaimana pikiran dan perasaan pasien memengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Berbeda dari jenis psikoterapi lain, terapi interpersonal berfokus pada hubungan dan interaksi sosial pasien, termasuk seberapa besar dukungan yang pasien peroleh dari orang lain dan bagaimana hubungan ini memengaruhi kesehatan mentalnya.
Terapi ini bisa membantu pasien menyadari bahwa perilaku self harm tidak selalu berakar dari masalah internal diri sendiri, tetapi juga bisa terkait masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
4. Obat-obatan
Jika perilaku self harm yang pasien alami karena kondisi kesehatan mental tertentu, seperti depresi atau gangguan kecemasan, psikiater biasanya meresepkan obat antidepresan. Mengonsumsi obat ini sesuai resep bisa membantu mengurangi keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
Jika pasien telah melukai diri sendiri berulang kali atau parah, psikiater mungkin akan menyarankan pasien untuk di rawat di rumah sakit. Tujuannya adalah agar pasien berada di lingkungan yang aman dan bisa mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Sebagai bagian dari penanganan self harm, pasien pun perlu melakukan cara sendiri yang bisa membantunya agar tidak mengulangi perilaku tersebut. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa diikuti:
- Menulis catatan harian atau jurnal pribadi untuk meluapkan dan mengekspresikan perasaan
- Berlatih untuk menggunakan coping mechanism yang telah dipelajari dalam sesi psikoterapi
- Mengenali situasi atau perasaan yang memicu keinginan untuk melakukan self harm dan mempersiapkan diri agar bisa mengalihkan pikiran dari tindakan tersebut
- Menjalin hubungan baik dengan orang lain yang bisa mendukung pasien agar tidak merasa sendirian
- Memastikan ada seseorang yang dipercayai, misalnya anggota keluarga atau teman dekat, yang bersedia dihubungi kapan pun saat keinginan untuk melakukan self harm muncul
- Menghindari konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang
- Melakukan segala aktivitas fisik yang disukai dan bersifat positif, misalnya berolahraga, bermain musik, berlibur ke pantai, menenangkan diri di daerah pegunungan, atau menonton konser
Dengan psikoterapi yang tepat, pasien pun bisa mengurangi kemungkinan untuk terus melakukan tindakan menyakiti diri sendiri di kemudian hari. Pasien juga bisa belajar untuk lebih menerima diri dan mencintai diri sendiri.
Mengobati perilaku self harm memerlukan waktu yang tidak sebentar, kerja keras, dan tekad yang kuat untuk pulih. Jika Anda mengalaminya, atau memiliki kerabat dengan perilaku ini, jangan tunda untuk pergi ke psikolog atau psikiater guna mendapatkan penanganan.