Tidak sedikit ibu mertua yang keliru dalam bersikap dan membuat hubungan dengan menantu dan anak menjadi renggang. Oleh karena itu, jika anak Anda sudah atau akan menikah, penting bagi Anda untuk berusaha menjadi ibu mertua yang baik demi keharmonisan keluarga. Simak caranya di artikel ini.

Ketika sang anak menemukan pujaan hatinya lalu menikah, tak jarang ibu merasa bahwa dirinya sudah tidak lagi menjadi orang yang penting dalam kehidupan anak. Tanpa disadari oleh ibu, hal ini bisa memicu munculnya persaingan dan rasa kesal terhadap menantunya.

Seperti Ini, Lho, Cara Menjadi Ibu Mertua yang Baik - Alodokter

Ibu bisa saja bersikap tidak menyenangkan pada menantu dan mencampuri urusan rumah tangga anak ketika ada hal yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Misalnya, ikut mengatur urusan rumah, mengkritik setiap sikap menantu, atau bahkan mengadu domba menantu dengan sang anak.

Cara Menjadi Ibu Mertua yang Baik

Hubungan kurang baik ibu mertua dengan menantu memanglah tidak asing. Bahkan, stereotip tentang hal ini sudah ada sejak dahulu kala. Namun, bukan berarti perselisihan ibu mertua dengan menantu bisa dibenarkan, ya.

Sebagai ibu mertua, Anda perlu bersikap baik kepada menantu demi mewujudkan keluarga yang harmonis dan bahagia. Berikut adalah cara yang bisa Anda lakukan untuk menjadi ibu mertua yang baik:

1. Memberikan kepercayaan

Alih-alih selalu mengkritik, cobalah untuk percaya pada setiap keputusan yang anak dan menantu buat. Sebisa mungkin menahan diri ketika ada hal yang ingin Anda kritisi. Pasalnya, besar kemungkinan akan timbul salah tafsir jika Anda berusaha untuk ikut campur urusan mereka.

Menaruh kepercayaan penuh terhadap mereka bisa membuat mereka belajar dari kesalahan dan lebih percaya diri dalam membina rumah tangga.

2. Tidak memberi nasihat tanpa diminta

Meski Anda sudah berpengalaman dalam berumah tangga, sebaiknya hindari memberi nasihat jika tidak diminta, ya. Hindari pula menyindir perilaku atau sikap menantu yang dirasa kurang cocok dengan Anda.

Menasihati terlalu berlebihan dan menyindir justru akan membuat mereka merasa sedang dihakimi. Sebaiknya, berilah dukungan dan semangat pada setiap ide dan hal-hal yang mereka lakukan, termasuk terhadap cara mereka mendidik anak (parenting), meski mungkin tidak sesuai dengan keinginan Anda.

3. Tidak memberi bantuan dan hadiah dengan berlebihan

Memberikan bantuan dan hadiah memang tidak ada salahnya, tapi jangan sampai berlebihan. Sesekali Anda boleh, kok, menawarkan diri untuk membantu menjaga cucu ketika anak dan menantu Anda istirahat atau sedang me time.

Hindari menawarkan bantuan untuk hal-hal yang bisa mereka lakukan sendiri, misalnya membereskan rumah padahal anak dan menantu Anda tidak sedang ada kesibukan. Yang penting untuk diingat adalah jangan sampai Anda mengambil alih segala urusan rumah tangga mereka, ya.

4. Menghargai privasi keluarga anak

Tidak hanya anak yang harus menghargai orang tuanya, orang tua pun perlu melakukan hal yang sama. Jangan terpancing emosi atau berpikiran negatif ketika anak dan menantu tidak melibatkan Anda dalam suatu hal. Mereka tentu punya alasan tersendiri mengapa melakukan hal tersebut.

Menghargai privasi anak dan menantu salah satunya bisa diwujudkan dengan cara memberi kabar terlebih dahulu ketika hendak berkunjung ke rumah mereka. Jangan sampai kedatangan Anda yang tiba-tiba mengganggu istirahat mereka.

5. Menyayangi dan menerima menantu apa adanya

Cinta kasih yang tulus merupakan kunci keberhasilan segala hubungan, termasuk dalam keluarga. Setiap orang tentu mau diterima dan disayangi, tak terkecuali menantu Anda sendiri.

Meski ada beberapa hal yang kurang Anda sukai pada dirinya, cobalah untuk menerima menantu Anda apa adanya. Ingat, tidak ada manusia yang sempurna. Cobalah untuk tidak terlalu memaksakan kehendak atau malah menghina menantu karena kekurangannya.

Ketika anak sudah menemukan pasangan dan membangun keluarganya sendiri, ingatlah bahwa ini bukan kompetisi. Jangan campuri urusan rumah tangga mereka, apalagi sampai menempatkan anak pada posisi sulit, seperti memilih antara ibu atau pasangannya.

Dibandingkan dengan ayah mertua, faktanya ibu mertua memang lebih sering melakukan kontak dengan anak dan sang menantu. Inilah alasan mengapa konflik rumah tangga sering kali melibatkan ibu mertua daripada ayah mertua. Namun, bukan berarti konflik dengan ayah mertua tidak bisa terjadi.

Baik ayah atau ibu mertua, keduanya harus bersikap baik. Dengan begitu, hubungan dengan menantu bisa berlangsung harmonis. Jangan sampai dilabeli sebagai mertua yang menyebalkan, ya.

Jika Anda memiliki masalah dengan menantu dan kesulitan untuk mengatasinya sendiri, jangan ragu meminta saran ke psikolog yang memang khusus menangani masalah ini. Jika memang diperlukan, psikolog juga bisa memberikan konseling keluarga untuk memperbaiki hubungan Anda dengan anak dan menantu.