Tes pendengaran adalah prosedur pemeriksaan untuk mengevaluasi seberapa baik kemampuan Anda mendengar. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi dini apakah terdapat gangguan pendengaran.
Tes pendengaran dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya gangguan pendengaran dan memastikan bahwa indra pendengaran berfungsi dengan baik. Selain itu, tes pendengaran juga dapat dilakukan untuk menentukan jenis gangguan pendengaran dan seberapa parah gangguan yang terjadi.
Tes pendengaran perlu dilakukan secara rutin mengingat gangguan pendengaran bisa saja berkembang secara bertahap. Selain itu, tes pendengaran juga bisa dilakukan pada bayi bila dicurigai adanya kelainan bawaan lahir pada telinga atau dilakukan saat muncul gangguan pendengaran secara tiba-tiba.
Siapa dan Kapan Tes Pendengaran Perlu Dilakukan?
Setiap orang sebenarnya disarankan untuk menjalani tes pendengaran secara rutin. Namun, tes ini lebih dianjurkan bagi:
- Bayi atau balita, untuk memeriksa apakah terdapat masalah pendengaran yang dapat menganggu kemampuan berbicara, berkomunikasi, dan tumbuh kembangnya.
- Anak-anak dan remaja, untuk mendeteksi kemungkinan adanya masalah pendengaran. Tes pendengaran rutin pada anak-anak dapat dilakukan setiap 5 tahun.
- Orang-orang yang merasa pendengarannya memburuk, termasuk lansia dan orang yang sering terpapar suara bising. Pada orang dewasa normal, tes pendengaran rutin dapat dilakukan setiap 10 tahun sekali.
Uji tes pendengaran pada bayi sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yakni dalam waktu beberapa hari setelah bayi dilahirkan atau paling lama sebulan setelah lahir. Sementara, pada anak-anak atau orang dewasa, tes pendengaran perlu dilakukan ketika muncul keluhan atau kondisi sebagai berikut:
- Terdapat kelainan kongenital atau cacat lahir bawaan pada telinga, seperti mikrotia dan otosclerosis (kelainan pada tulang pendengaran di telinga tengah)
- Anak terlambat bicara, sulit bicara, atau bicara secara tidak jelas
- Mengalami telinga berdengung (tinnitus)
- Mengalami gangguan pendengaran, misalnya akibat infeksi telinga
- Mengalami gejala kehilangan pendengaran di salah satu atau kedua telinga, seperti bicara terlalu keras, sering meminta lawan bicara mengulang ucapan, sulit mendengar percakapan saat suasana ramai, dan selalu menonton televisi dengan suara keras
Jenis Tes Pendengaran yang Umum Digunakan
Tes pendengaran dapat dilakukan oleh dokter spesialis THT dan audiolog. Untuk mengevaluasi fungsi indra pendengaran dan mendeteksi apakah terdapat gangguan pendengaran, ada beberapa tes pendengaran yang umum dilakukan, yaitu:
1. Tes bisik
Tes bisik adalah metode tes pendengaran paling sederhana karena tidak menggunakan alat apa pun. Pada pemeriksaan yang lazimnya dilakukan di ruangan sunyi ini, dokter akan mengucapkan suara berbisik dari jarak kurang dari 1 meter di belakang pasien.
Pasien dianggap lulus tes bisik jika mampu mengulangi 50% kata-kata yang diucapkan dokter.
2. Speech perception test
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa baik Anda mendengar dan memahami percakapan sederhana. Anda akan diminta untuk mengenakan headphone, lalu mendengarkan kalimat dan mengulangi kalimat tersebut.
3. Audiometri nada murni (pure tone audiometry)
Tes pendengaran ini serupa dengan speech perception test. Namun, bunyi yang dihasilkan bukan dalam bentuk kalimat, melainkan suara-suara yang berbeda.
Pada tes pendengaran ini, pasien akan dipasangkan headphone lalu dokter atau audiolog akan meminta pasien untuk menekan tombol yang tersedia jika pasien mendengar bunyi atau suara dari headphone tersebut.
4. Tes garpu tala
Tes pendengaran ini menggunakan alat berupa garpu tala untuk mengetahui bagaimana Anda merespons suara dan getaran di sekitar telinga. Dengan tes garpu tala, dokter dapat menentukan apakah pasien mengalami gangguan pendengaran pada salah satu atau kedua telinga.
5. Evaluasi respons batang otak (brainstem response evaluation)
Tes pendengaran ini dilakukan untuk mengavaluasi kemampuan saraf pendengaran dan otak dalam menerima dan merespon suara. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menempatkan elektroda ke dalam liang telinga dan permukaan kulit kepala pasien.
Elektroda tersebut kemudian akan mengukur aktivitas listrik di otak saat merespons suara yang dikirim melalui earphone. Tes ini dapat mendeteksi apakah terdapat gangguan pendengaran atau tuli jenis sensorineural.
6. Otoacoustic Emissions (OAE)
Tes pendengaran ini dilakukan untuk mengukur gelombang suara di telinga bagian dalam. Sebuah perangkat kecil yang ditempatkan di telinga akan menghasilkan bunyi dan merekam respons telinga terhadap bunyi tersebut.
7. Timpanometri
Timpanometri berfungsi untuk mengecek telinga bagian tengah yang terdiri dari gendang telinga dan tiga tulang pendengaran yang menjadi penghubung gendang telinga dan telinga bagian dalam, di mana saraf pendengaran terletak.
Timpanometri dilakukan dengan menempatkan alat kecil ke dalam telinga untuk mengecek apakah terdapat masalah pada gendang telinga, misalnya gendang telinga bocor, dan apakah terdapat timbunan cairan atau kotoran telinga di sekitar gendang telinga.
Jika Anda mengalami keluhan gangguan pendengaran, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter di rumah sakit atau klinik yang memiliki fasilitas untuk melakukan tes pendengaran.
Dari hasil tes pendengaran, dokter akan menentukan apakah fungsi pendengaran Anda normal atau bermasalah. Jika terdapat gangguan pendengaran, dokter akan menyarankan penanganan yang sesuai dengan penyebab dan tingkat keparahannya, muai dari penggunaan alat bantu dengar hingga tindakan operasi implan koklea.