Parosmia merupakan salah satu gangguan saraf penciuman yang dikeluhkan sebagian orang setelah sembuh dari COVID-19. Meski terlihat ringan, kondisi ini kerap membuat penderitanya tidak nyaman dan tidak nafsu makan. Oleh karena itu, langkah penanganan tetap perlu dilakukan.
Gangguan saraf penciuman berupa parosmia dapat terjadi pada kondisi long haul COVID-19, yaitu kondisi ketika gejala infeksi virus Corona masih dirasakan setelah seseorang dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Parosmia memang tidak berbahaya, tetapi kondisi ini bisa membuat penderitanya merasa kebingungan untuk menentukan aroma dari sumber bau tertentu serta cita rasa dari makanan dan minuman.
Penjelasan Mengenai Parosmia dan Kaitan dengan COVID-19
Parosmia merupakan kondisi yang membuat indra penciuman keliru dalam mendeteksi atau mengartikan bau atau aroma tertentu. Contohnya, bunga atau wewangian yang berbau harum bisa tercium menjadi bau busuk oleh penderita parosmia.
Penyebab terjadinya parosmia pada seseorang yang telah sembuh dari COVID-19 masih belum diketahui secara pasti. Namun, hal ini diduga terjadi akibat rusaknya sel-sel saraf indra penciuman di hidung karena peradangan yang dipicu oleh infeksi virus Corona.
Parosmia bisa terjadi secara bertahap, tetapi ada pula yang terjadi secara mendadak. Selain itu, ada studi yang menyebutkan bahwa kondisi ini lebih banyak dialami oleh wanita berusia di atas 30 tahun, tetapi para pria juga bisa mengalaminya.
Parosmia memang bukan gangguan kesehatan yang serius, tapi juga tidak bisa disepelekan. Pasalnya, parosmia bisa membuat makanan yang sebelumnya terasa nikmat dan menggugah selera bisa saja menjadi terasa tidak enak. Hal ini bisa membuat penderita gangguan penciuman ini menjadi kurang nafsu makan.
Jika tidak ditangani dengan tepat, hal ini bisa membuat penderita parosmia mengalami dehidrasi dan malnutrisi atau kekurangan gizi karena susah makan.
Cara Mengatasi Parosmia
Gangguan penciuman parosmia akibat COVID-19 biasanya dapat pulih dengan sendirinya seiring waktu, sehingga tidak memerlukan penanganan khusus.
Namun, lamanya proses pemulihan bisa berbeda-beda pada setiap penderitanya. Ada yang bisa sembuh hanya dalam waktu beberapa minggu, tetapi ada pula yang baru pulih setelah berbulan-bulan.
Berbagai studi menyebutkan bahwa rata-rata penderita COVID-19 dengan parosmia dapat pulih dalam kurun waktu 3 bulan. Nah, bila Anda mengalaminya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendukung pemulihan dan memperbaiki fungsi indra penciuman yang terganggu akibat parosmia. Berikut ini adalah caranya:
Latihan penciuman
Salah satu cara efektif untuk mengatasi parosmia adalah dengan melatih indra penciuman. Latihan ini bertujuan untuk membantu indra penciuman agar bisa kembali berfungsi dengan baik dalam mengenal sumber aroma.
Anda bisa melakukan latihan indra penciuman sebanyak 2–3 kali sehari selama 15–20 detik. Lakukan secara rutin selama kurang lebih 3 bulan atau hingga penciuman kembali seperti semula.
Anda pun juga bisa menggunakan bantuan bahan-bahan alami untuk melatih indra penciuman, misalnya bunga, lemon, cengkeh, kayu putih, kopi, parfum, atau rempah-rempah.
Penggunaan obat-obatan
Pada kasus tertentu, parosmia akibat COVID-19 juga bisa ditangani dengan pemberian obat-obatan kortikosteroid dari dokter. Obat ini berfungsi untuk mengurangi peradangan di hidung, sehingga sel-sel saraf penciuman bisa kembali berfungsi.
Selain itu, Anda juga bisa membersihkan rongga hidung dengan larutan saline atau air garam steril yang dijual bebas di apotek untuk mengembalikan penciuman akibat parosmia.
Saat mengalami parosmia, penting bagi Anda untuk selalu mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi tubuh dengan minum air putih yang cukup dan makan secara teratur. Jika makanan tertentu membuat Anda merasa mual, cobalah untuk mengonsumsi makanan lain yang aromanya tidak terasa mengganggu.
Walau tidak berbahaya, parosmia yang Anda alami setelah sembuh dari COVID-19 tetap perlu diobati. Oleh karena itu, jika Anda merasakan gejala parosmia atau gangguan penciuman lain akibat COVID-19, seperti anosmia atau phantosmia, sebaiknya periksakan diri ke dokter, ya.