Ripley syndrome mungkin belum terlalu familiar di telinga kita, ya? Sebenarnya, istilah ini mengarah ke tanda dan gejala yang sering ditemukan pada seseorang dengan kepribadian antisosial yang mengalami gangguan identitas disosiatif.
Ripley syndrome diambil dari nama seorang karakter dalam novel “The Talented Mr. Ripley” pada 1955. Dalam novel tersebut, karakter atau tokoh tersebut digambarkan sebagai seseorang yang hidup dengan identitas orang lain. Tokoh ini juga melakukan kebohongan berulang dan bersikap manipulatif.
Nah, begitu pun saat mengalami Ripley Syndrome, seseorang umumnya akan menjalani hidup dalam kebohongan dan suka memanipulasi orang lain. Penderita sindrom ini juga tidak merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya.
Kenali Ciri-Ciri Ripley Syndrome
Orang yang mengalami sindrom Ripley umumnya memiliki kepribadian antisosial dengan beberapa karakteristik khusus, yaitu:
- Melakukan kebohongan dan penipuan yang berulang (mythomania)
- Bersikap manipulatif untuk mendapatkan yang diinginkan
- Memiliki sikap arogan dan merasa lebih superior daripada orang lain
- Melawan aturan dan mengintimidasi orang lain
- Melakukan tindakan kriminal
- Memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan impulsif
- Tidak memiliki empati dan tidak bisa menghargai orang lain
- Memiliki hubungan yang buruk dengan orang lain bahkan memiliki kecenderungan untuk menyakiti pasangan atau orang lain
- Umumnya tidak bertanggung jawab, berperilaku agresif, seperti mudah marah, gegabah, mengancam, memaki, atau menghina
Saat penderita mengalami gangguan disosiatif, ia juga akan menyangkal realitas, hidup pada kebohongan yang dibuat oleh dirinya sendiri, bahkan beberapa penderita akan kehilangan jati dirinya.
Nah, sesuai dengan tokoh yang digambarkan dalam novel “The Talented Mr. Ripley”, orang dengan sindrom Ripley umumnya juga akan mengalami gejala-gejala yang dijelaskan di atas.
Namun, penderita sindrom ini hidup di dalam kehidupan orang lain, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu meyakinkan orang lain tentang kebohongan yang telah dibuatnya, dan mampu menirukan orang lain dengan sangat baik.
Bila tidak mendapatkan perawatan, sindrom Ripley dapat berkembang menjadi penyakit mental lainnya, seperti hilangnya ingatan akan masa lalu, delusi, gangguan kecemasan, dan depresi.
Ini Lho Penyebab Ripley Syndrome
Sebenarnya, belum banyak penelitian terkait dengan Ripley syndrome. Namun, tanda dan gejalanya yang mengarah ke gangguan kepribadian antisosial ini umumnya bisa dipicu oleh beberapa faktor dan kondisi, seperti:
- Tuntutan yang tidak sesuai dengan kemampuan
- Trauma masa lalu, seperti pelecehan seksual, kekerasan fisik dari orang tua, atau bencana alam
- Citra diri yang buruk
- Kurang kasih sayang dari orang tua
- Riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian antisosial dan masalah kesehatan mental lainnya
Rata-rata orang dengan Ripley syndrome merasakan kebahagiaan dan kepuasaan ketika berada di “dunia”-nya. Jadi, cenderung lebih sulit bagi mereka merasa bersalah dan pulih. Jika kamu merasa orang terdekatmu mengalami kondisi ini, bawa mereka ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Rangkaian perawatan yang bisa diberikan umumnya berupa psikoterapi serta pemberian obat-obatan untuk meredakan gejala kecemasan dan depresi yang mungkin dimiliki.
Selain itu, pasien juga mungkin perlu melakukan konseling bersama anggota keluarga dan orang terdekat untuk membantu mengontrol kondisi ini.