Sering bohong bisa menjadi salah satu ciri gangguan psikologis jika sulit dihentikan. Tak hanya itu, berbohong juga dapat meningkatkan risiko munculnya berbagai masalah kesehatan, seperti stres berlebihan dan tekanan darah tinggi.
Ada beberapa alasan seseorang sering bohong, mulai dari menghindari perasaan tidak enak, ingin merasa lebih dihargai, hingga membuat orang lain merasa kagum. Ada kalanya, sering bohong juga mungkin dilakukan demi kebaikan (white lies).
Kebiasaan terlalu sering bohong dapat menjadi tanda adanya gangguan psikologis pada diri sendiri, seperti gangguan kepribadian ambang dan gangguan kepribadian antisosial. Tak hanya itu, beberapa kondisi tertentu, seperti gangguan pada otak karena cedera fisik atau kelainan hormon di otak, juga diduga dapat menyebabkan seseorang menjadi sering bohong.
Tanda-Tanda Orang yang Sering Bohong
Sering bohong dapat menguras energi dan pikiran dan biasanya akan membuat gelagat atau raut wajah seseorang berubah. Oleh karena itu, orang yang sering bohong dapat dikenali melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka.
Berikut ini adalah beberapa tanda untuk mengenali seseorang yang sering bohong:
- Menghindari kontak mata secara langsung dengan lawan bicara
- Terlihat gelisah saat berbicara, seperti menggigit bibir dan memainkan sesuatu di tangan
- Nada atau volume suara yang tidak konsisten saat bercerita
- Ekspresi wajah tidak selaras dengan yang dikatakan, seperti menggelengkan kepala ketika sedang menjawab “ya”
- Memberikan banyak detail cerita yang terkadang tidak terlalu penting
- Mengalami kesulitan saat bercerita, seperti tiba-tiba gagap atau sering berdeham
- Berusaha mengalihkan atau mengganti topik pembicaraan
Meski dapat dijadikan petunjuk, beberapa tingkah laku dan bahasa tubuh di atas tidak dapat menjadi indikator yang pasti untuk membuktikan seseorang sering bohong atau tidak. Pasalnya, kebiasaan orang saat berbohong bisa berbeda.
Dampak Sering Bohong terhadap Kesehatan
Tak hanya berdampak buruk pada hubungan dengan orang sekitar, kebiasaan sering bohong juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Kalau dilakukan secara terus-menerus, kebiasaan bohong bisa saja tanda dari gangguan mental yang disebut mythomania.
Hal ini karena seseorang akan merasa terbebani secara fisik dan emosional saat berbohong, terlebih jika suatu kebohongan diikuti dengan kebohongan lainnya. Dalam jangka panjang, kondisi ini akan menyebabkan stres.
Penelitian membuktikan bahwa stres yang dialami seseorang yang berbohong dapat memicu terjadinya berbagai masalah kesehatan, antara lain:
1. Tekanan darah tinggi
Stres akibat sering bohong dapat memicu peningkatan detak jantung dan sistem saraf simpatik, sehingga membuat tekanan darah menjadi tinggi. Selain itu, stres juga bisa meningkatkan produksi hormon kortisol, yaitu hormon yang berperan dalam mempengaruhi respons tubuh terhadap stres. Kenaikan kadar hormon ini bisa meningkatkan tekanan darah dalam tubuh.
2. Obesitas
Sering bohong yang dipicu oleh stres berlebihan dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon kortisol secara berlebih dan tubuh akan mengalami berbagai efek, salah satunya adalah peningkatan nafsu makan.
Tidak hanya itu, stres juga bisa menyebabkan penumpukan lemak di perut melalui kebiasaan pola makan yang tidak sehat.
3. Gangguan kecemasan
Kebiasaan sering bohong juga bisa menimbulkan terjadinya stres dalam jangka waktu yang panjang, sehingga menyebabkan penderitanya mengalami gangguan kecemasan.
4. Depresi
Seseorang yang berbohong secara terus-menerus dapat memicu terjadinya stres kronis atau berkepanjangan. Jika kondisi ini dibiarkan saja tanpa penanganan, hal ini tentunya dapat menimbulkan berbagai gangguan mental, termasuk depresi.
5. Pembohong patologis
Seseorang bisa menjadi pembohong patologis jika kebiasaan berbohong sudah sulit untuk dikendalikan. Ada beberapa kondisi kesehatan mental yang dapat menyebabkan seseorang menjadi pembohong patologis, seperti gangguan kepribadian antisosial, borderline personality order (BPD), dan narcissistic personality disorder.
6. Kanker
Penelitian menunjukkan bahwa stres kronis dan tidak terkendali dapat meningkatkan risiko terjadinya beberapa penyakit kronis, salah satunya kanker. Bahkan, stres juga menjadi salah satu penyebab sekitar satu juta kasus kanker yang terjadi setiap tahunnya pada orang berusia 20–39 tahun.
Sementara itu, studi lainnya menunjukkan bahwa orang yang berkata jujur cenderung memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang di sekitarnya dan memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena penyakit daripada orang yang sering berbohong.
Meski terkadang sulit, kebiasaan sering bohong dapat dihentikan dengan tekad dan kemauan yang kuat.
Jika Anda merasa sering bohong dan ingin menghentikannya, coba cari tahu dan kenali faktor atau situasi yang membuat Anda sering berbohong. Setelah itu, pikirkan apakah ada cara untuk menghindari situasi tersebut atau tetap menghadapinya, tetapi berusaha untuk jujur.
Sebagai contoh, jika Anda harus berada di kantor pada pukul 8 pagi, sebaiknya perkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan diri dan berjalan ke kantor. Jangan bersiap-siap dan berangkat terlalu dekat dengan jam masuk kantor. Hal ini dapat membuat Anda terlambat sehingga akhirnya berbohong pada atasan dengan berbagai alasan.
Selain itu, singkirkan juga pikiran buruk mengenai hal yang mungkin terjadi saat Anda berusaha jujur. Meski terkadang tidak terasa menyenangkan, berusaha jujur dan belajar menerima kenyataan akan membantu Anda belajar serta berproses untuk menjadi lebih baik.
Namun, jika kebiasaan sering bohong tetap sulit dihentikan meski telah mencoba menerapkan beberapa cara di atas, Anda disarankan berkonsultasi ke psikolog atau psikiater untuk mencari tahu lebih lanjut penyebab kebiasaan bohong dan cara menghentikannya sesuai dengan kondisi Anda.