Beras shirataki dan beras porang saat ini tengah naik daun karena dinilai lebih sehat dibandingkan dengan jenis beras lainnya. Namun, di sisi lain, masih banyak orang yang salah kaprah dan menganggap kalau kedua beras ini sama. Padahal, keduanya terbuat dari tanaman yang berbeda, lho.
Shirataki bisa ditemui dalam beragam bentuk, mulai dari beras, mie, tahu, makanan ringan, hingga obat-obatan tradisional. Tidak jauh berbeda, porang yang dikatakan mirip dengan shirataki ini juga bisa ditemui dalam bentuk beras, tepung, dan keripik.
Perbedaan Beras Shirataki dan Beras Porang
Sekilas, beras shirataki dan beras porang memang terlihat sama. Keduanya memiliki warna yang cenderung putih bening dengan tekstur kenyal setelah direbus dan rasa yang agak tawar. Kendati nampak sama, beras shirataki dan beras porang terbuat dari tumbuhan yang berbeda.
Beras shirataki diolah dari akar tanaman konjac atau konnyaku dengan nama latin Amorphophallus konjac. Konjac merupakan tanaman asli dari Jepang yang saat ini juga telah banyak tumbuh di negara lain, seperti China dan beberapa negara di Asia Tenggara.
Sedangkan, beras porang dibuat dari akar tanaman porang yang memiliki nama latin Amorphophallus muelleri blume. Tanaman ini merupakan asli dari Indonesia dan banyak tumbuh di hutan-hutan pulau Jawa.
Tanaman konjac dan porang merupakan tanaman umbi-umbian. Keduanya tergolong dalam spesies tanaman yang sama, yaitu Amorphophallus, dan masih masuk ke dalam famili Aracea.
Jadi, kesimpulannya, beras shirataki dan beras porang terbuat dari tanaman dengan famili yang sama, tetapi spesiesnya berbeda.
Manfaat Beras Shirataki dan Beras Porang
Beras shirataki dan beras porang memiliki manfaat yang tidak jauh berbeda. Keduanya sama-sama dinilai lebih sehat dibandingkan dengan jenis beras lainnya dan sering diandalkan untuk membantu menurunkan berat badan.
Beras shirataki maupun beras porang mengandung glukomanan yang tinggi, yaitu serat alami yang dapat terdapat pada akar tanaman. Pada tanaman porang, kadar glukomanan tergolong sangat tinggi, yakni mencapai 65%. Sedangkan, tanaman konjac hanya mengandung 44% glukomanan.
Selain kandungan serat yang tinggi, kedua jenis beras ini rendah kalori dan kolesterol. Glukomanan juga dapat menurunkan kadar hormon ghrelin yang bertugas mengatur rasa lapar.
Penurunan kadar hormon tersebut dapat membuat nafsu makan berkurang. Berkat nutrisinya inilah beras shirataki dan beras porang cocok dikonsumsi oleh seseorang yang ingin menurunkan berat badan.
Kedua beras ini pun menjadi pilihan yang baik untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi karena tidak memiliki efek samping yang dapat memperburuk penyakit.
Di samping itu, manfaat lain yang bisa didapat dari mengonsumsi beras shirataki dan beras porang adalah bisa membantu mengatasi sembelit dan dipercaya bisa mempercepat penyembuhan luka bahkan menurunkan risiko terjadinya kanker.
Kini, kamu sudah tahu perbedaan beras shirataki dan beras porang, kan? Dua-duanya sama-sama punya nilai gizi yang baik kok, jadi aman dikonsumsi setiap hari sebagai makanan pengganti nasi.
Agar lebih sehat, pastikan juga dalam setiap menu makananmu terkandung nutrisi penting lainnya, termasuk protein, vitamin, dan mineral.
Apabila kamu kebingungan memilih jenis beras yang ingin dikonsumsi, terlebih bila memiliki kondisi kesehatan tertentu, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.