Menangis merupakan respons alami tubuh untuk mengungkapkan perasaan sedih, terharu, atau bahagia. Namun, ada juga lho orang yang menangis tanpa tahu alasannya. Kira-kira, kenapa menangis tanpa sebab bisa terjadi, ya?
Dalam situasi tertentu, misalnya saat kehilangan orang yang dicintai, menangis adalah hal yang normal dan mungkin bisa membantu kita merasa lebih baik. Akan tetapi, kalau sering menangis tanpa sebab yang jelas, kamu perlu mewaspadainya. Bisa jadi hal tersebut menjadi tanda adanya kondisi yang serius.
Penyebab Sering Menangis Tanpa Sebab
Di bawah ini adalah beberapa kemungkinan penyebab seseorang sering menangis tanpa sebab:
1. Perubahan hormon
Perubahan hormon merupakan penyebab yang paling sering membuat seseorang menangis tanpa alasan. Hal ini umum dialami oleh wanita daripada pria.
Soalnya, wanita lebih sering mengalami kondisi yang membuat kadar hormon di dalam tubuh naik dan turun, contohnya premenstrual syndrome (PMS), kehamilan, dan masa-masa setelah melahirkan anak.
2. Depresi
Depresi membuat penderitanya merasa sedih secara terus-menerus dan menangis tanpa beralasan. Bahkan, penderita depresi dapat menangisi aktivitas yang normal dan biasa dalam hidup.
Di samping itu, depresi juga bisa disertai gejala lain, seperti hilangnya minat terhadap hal-hal yang biasanya disukai, perubahan nafsu makan, sulit berkonsentrasi, gangguan tidur, dan bahkan munculnya pemikiran ingin bunuh diri.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan mental yang banyak dialami oleh orang-orang di dunia. Kondisi ini ditandai dengan rasa cemas dan takut yang berlebihan, serta terkadang disertai dengan rasa panik yang intens dan tanpa alasan yang jelas.
Gangguan kecemasan dapat membuat penderitanya merasa kewalahan dan berpotensi mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Hal ini pun membuat mereka lebih mungkin untuk menangis tanpa sebab atau menangisi hal yang tampaknya biasa-biasa saja.
4. Gangguan bipolar
Bipolar adalah gangguan mental yang membuat penderitanya merasakan perubahan suasana hati (mood) yang ekstrem. Perubahan suasana hati ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase mania dan depresif.
Pada fase mania, penderita bipolar bisa merasa sangat bersemangat, bahagia, dan penuh energi. Sementara itu, jika fase depresif tiba, mereka bisa merasa sangat sedih, terpuruk, putus asa, dan menangis tanpa alasan.
5. Pseudobulbar affect (PBA)
Menangis tanpa sebab juga bisa disebabkan oleh pseudobulbar affect atau afek pseudobulbar. Kondisi ini dapat membuat penderitanya menangis atau tertawa secara berlebihan dan tiba-tiba, tanpa bisa dikontrol.
Biasanya, PBA terjadi pada orang yang memiliki penyakit saraf yang memengaruhi cara otak mengontrol emosi. Beberapa contoh penyakitnya adalah tumor otak, demensia, penyakit Parkinson, dan stroke.
Cara Mengatasi Kondisi Sering Menangis Tanpa Sebab
Jika kamu termasuk orang yang sering menangis tanpa sebab, apalagi kalau sudah mengganggu aktivitasmu sehari-hari, sebaiknya segera konsultasikan hal tersebut ke psikolog atau psikiater.
Psikolog atau psikiater akan membantu mencari tahu hal apa yang menyebabkan kamu sering menangis tanpa sebab, sekaligus memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisimu.
Kalau disebabkan oleh gangguan mental tertentu, kamu mungkin disarankan menjalani psikoterapi atau mengonsumsi obat untuk menstabilkan emosi.
Selain itu, kamu juga bisa melakukan beberapa cara mandiri berikut ini untuk mengurangi intensitas menangis tanpa sebab:
- Ambil napas dalam-dalam melalui hidung dan keluarkan dari mulut secara perlahan setiap kamu merasa ingin menangis. Ini bisa membantu kamu merasa lebih relaks dan menghentikan aliran air mata.
- Relakskan otot-otot pada wajah dengan melakukan senam wajah.
- Pikirkan suatu hal yang positif secara berulang, misalnya lagu ceria, puisi, dan cerita yang bertema kegembiraan.
- Temukan kegiatan yang bisa membuatmu teralihkan dari keinginan untuk menangis, contohnya berjalan-jalan, berolahraga, atau bermain dengan hewan peliharaan.
Menangis tanpa sebab bukanlah suatu kelainan, tetapi bisa menjadi gejala dari kondisi atau penyakit yang serius. Jadi, kalau kamu merasa sering mengalaminya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, ya.