Sex education bertujuan untuk memberikan informasi agar seseorang lebih mudah memahami berbagai hal seputar seksualitas dan kesehatan organ reproduksi. Dengan begitu, ia akan lebih wawas diri dan bisa menjaga diri dari risiko seks bebas, penyakit menular seksual, kekerasan seksual, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa sex education adalah hal yang tabu untuk dipelajari. Padahal, pembelajaran ini penting dimulai sejak dini untuk bekal seumur hidup.
Sex education tidak hanya sebatas membahas seksualitas, tetapi juga memberikan bekal informasi seputar organ reproduksi dan cara menjaga kesehatannya, masa pubertas, alat kontrasepsi, dampak seks bebas, dan antisipasi terhadap kekerasan atau pelecehan seksual.
Topik-Topik yang Penting dalam Sex Education
Pendidikan seksual yang tepat dapat melindungi diri sendiri dari risiko kekerasan, eksploitasi, dan pelecehan seksual. Pendidikan seksual juga bisa memberikan informasi penting seputar penyakit menular seksual dan cara mencegahnya.
Topik pembahasan dalam sex education juga bisa disesuaikan dengan usia setiap orang, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Untuk lebih jelasnya, inilah berbagai topik yang penting dibahas dalam sex education:
1. Mengenalkan perbedaan lawan jenis
Sex education dianjurkan untuk dimulai sejak seseorang berusia 5 tahun. Sebagai langkah awal, anak-anak perlu diberi pemahaman mengenai perbedaan tampilan fisik antara perempuan dan laki-laki, misalnya perempuan mempunyai vagina dan laki-laki memiliki penis.
2. Memperkenalkan organ reproduksi dan fungsinya
Seiring bertambahnya usia anak, ia bisa mulai diperkenalkan dengan organ reproduksi dan fungsinya, serta bagian tubuh lain yang sensitif, seperti payudara. Mulai dari sini, anak bisa diajarkan bahwa orang lain tidak boleh melihat atau menyentuh bagian tubuh tersebut tanpa seizinnya.
Anak juga perlu diberi tahu mengenai pentingnya kebersihan dan kesehatan organ intim serta memberikan contoh cara membersihkan alat kelamin yang tepat. Sebagai contoh, anak laki-laki bisa diajarkan untuk membersihkan penis setelah buang air kecil, sedangkan anak perempuan bisa diajari tentang cara membersihkan vagina yang benar.
3. Menerangkan masa pubertas
Informasi ini sudah bisa diberikan pada anak-anak sebelum ia memasuki masa pubertas. Pengetahuan tentang perubahan yang akan terjadi di masa pubertas juga termasuk topik sex education yang bisa membantu anak untuk mempersiapkan diri terhadap segala perubahan fisik dan emosional selama pubertas.
Anak laki-laki bisa diberikan pemahaman tentang perubahan suara, bentuk tubuh, penis yang mulai ereksi, dan mimpi basah. Sementara anak perempuan bisa diberikan edukasi tentang proses menstruasi dan pemakaian pembalut. Tujuannya agar saat tiba waktunya darah menstruasi pertama keluar, ia tidak panik dan tahu langkah yang harus dilakukannya.
Informasi tentang menstruasi juga penting diberikan kepada anak laki-laki agar ia bisa memahami proses yang terjadi pada teman atau saudara perempuannya yang juga tengah menjalani pubertas.
4. Memberikan pemahaman mengenai terciptanya anak
Sah-sah saja untuk membicarakan kepada anak mengenai dari mana dirinya berasal sebagai bagian dari sex education.
Sebagai contoh, orang tua bisa mulai dari percakapan, “Kamu tuh dulu ada di dalam perut ibu selama 9 bulan sebelum lahir ke dunia ini. Dulunya, ibu juga ada di dalam perut nenek”. Dari sini, anak akan paham bahwa perut seorang perempuan yang telah menstruasi bisa mengandung bayi.
Orang tua juga bisa memberikan pemahaman bahwa anak laki-laki remaja sudah bisa ereksi dan ejakulasi. Hal ini menandakan bahwa ia sudah bisa membuat perempuan hamil ketika berhubungan intim.
5. Usia yang ideal untuk hamil
Pada remaja, membicarakan mengenai usia yang tepat untuk hamil juga bagian dari sex education. Meski telah mengalami menstruasi pertama, bukan berarti tubuh perempuan sudah mampu dan siap untuk mengandung bayi.
Usia 20-an adalah usia yang dianggap ideal bagi perempuan untuk hamil. Pada usia ini, tingkat kesuburan dinilai paling tinggi dan kualitas sel telur pun lebih baik. Sementara itu, hamil sebelum usia 20 dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan, seperti preeklamsia dan persalinan prematur.
6. Memberikan bekal tentang hubungan seks yang aman
Hubungan seks yang aman dan bersifat konsensual (mau sama mau) juga merupakan topik dalam sex education yang penting untuk dipelajari, terutama bagi para remaja menuju dewasa. Edukasi ini bukan berarti mendorong seseorang untuk melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, ya.
Seks yang aman mengacu pada tindakan pencegahan yang perlu dilakukan selama aktivitas seksual untuk meminimalkan risiko bahaya, penyakit menular seksual, dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Penerapan seks yang aman lebih ditujukan untuk orang yang aktif secara seksual, terlebih bila pasangan seksualnya belum diketahui dengan jelas riwayat seksualnya.
Dalam praktiknya, seks yang aman artinya melakukan aktivitas seksual tanpa terjadi pertukaran cairan tubuh, seperti air mani, cairan vagina, atau darah. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan seks yang aman, salah satu yang paling efektif dengan penggunaan kondom.
7. Menjelaskan mengenai dampak seks bebas
Banyak orang yang menganggap bahwa sex education dapat mendorong orang untuk melakukan seks bebas. Padahal, adanya pembekalan sex education justru dapat membangun kesadaran terhadap penyakit menular seksual akibat seks bebas dan mencegah orang untuk melakukan tindakan yang berisiko tersebut.
Kebalikan dari penerapan seks yang aman, seks yang bebas berarti melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, memiliki banyak pasangan seksual, dan melakukan seks anal. Semua perilaku seks ini dapat meningkatkan risiko penularan virus, bakteri, dan jamur penyebab penyakit kelamin.
8. Penggunaan alat kontrasepsi
Informasi ini juga penting diberikan sebagai bagian dari sex education guna mencegah penyakit menular seksual serta kehamilan, terutama kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.
Topik seks edukasi ini bisa memaparkan dengan beragam jenis alat kontrasepsi, seperti kondom, pil KB, KB suntik, KB spiral atau intrauterine device (IUD), KB susuk, dan pil kontrasepsi darurat (morning-after pill).
Sebagai catatan, alat kontrasepsi yang bisa mencegah kehamilan sekaligus penyakit menular seksual hanyalah kondom. Sementara metode kontrasepsi lain hanya bisa mencegah kehamilan dan tidak memberikan proteksi terhadap penyakit tersebut.
Sebagai penutup, sex education tidak hanya mengajarkan hal-hal seputar seksualitas, melainkan menanamkan pemahaman setiap orang memiliki hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mengatakan “tidak” pada aktivitas seksual yang tidak diinginkan.
Melalui pendidikan ini, setiap orang juga diharapkan bisa mengambil langkah terbaik bagi dirinya dan orang lain untuk tidak berpartisipasi dalam perilaku seks berisiko yang bisa menyebabkan penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak direncanakan, atau bahkan kekerasan seksual.
Cara penyampaian mengenai sex education juga haruslah tepat agar bisa diterima dan dipahami dengan baik. Bila Anda ingin mendapatkan konseling dari profesional mengenai sex education, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau dokter melalui Chat Bersama Dokter.