Sifilis pada ibu hamil adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat menular ke janin. Hal ini bisa berdampak pada tumbuh kembang janin, bahkan meningkatkan risikonya untuk mengalami cacat bawaan lahir. Oleh sebab itu, penyakit ini perlu terdeteksi dan ditangani sedini mungkin pada ibu hamil, agar risiko terjadinya gangguan pada kehamilan dan janin bisa berkurang.

Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang juga dikenal sebagai raja singa. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Penularan penyakit sifilis bisa terjadi melalui hubungan seksual, baik oral seks maupun seks penetratif lewat vagina atau anus. Penyakit ini juga bisa menular melalui transfusi darah, tetapi tergolong lebih jarang terjadi.

Sifilis pada Ibu Hamil, Begini Gejala dan Cara Mencegahnya - Alodokter

Sifilis bisa terjadi pada siapa saja yang sudah aktif berhubungan seksual, termasuk ibu hamil. Nah, sifilis pada ibu hamil perlu diwaspadai karena bisa berdampak buruk pada kehamilan. Penyakit ini diketahui bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur, keguguran, bayi meninggal dalam kandungan, atau cacat pada bayi. 

Gejala Sifilis pada Ibu Hamil

Sifilis pada ibu hamil bisa saja tidak menimbulkan gejala dan baru bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium, terlebih untuk sifilis yang sudah memasuki fase laten. Oleh sebab itu, ibu hamil kerap disarankan untuk melakukan pemeriksaan sifilis sejak usia kehamilan trimester pertama. Pemeriksaan ini bahkan dianjurkan untuk dilakukan sebelum pernikahan, yakni sebagai bagian dari premarital check up.

Nah, infeksi penyakit yang satu ini dibagi menjadi 4 tahap dengan gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah gejala sifilis berdasarkan tahap infeksinya pada ibu hamil:

Sifilis primer

Setelah 1090 hari terpapar bakteri penyebab sifilis, seseorang bisa mengalami gejala sifilis pada tahap awal atau disebut juga sifilis primer. Gejala ini diawali dengan munculnya luka (chancre) yang tidak terasa di sekitar alat kelamin, dubur, atau mulut. Karena tak terasa sakit, gejala ini sering kali tidak disadari. 

Luka tersebut umumnya hilang sendiri setelah 3–6 minggu. Namun, bukan berarti penderita benar-benar sembuh dari sifilis, karena penderita tetap bisa menularkan penyakit ini. 

Bahkan, pulihnya luka akibat sifilis menandakan kondisi ini sudah berkembang ke tahap selanjutnya. Jika tidak diobati, sifilis primer pada ibu hamil bisa berisiko tinggi menular ke janin, serta bisa berkembang dan makin sulit untuk disembuhkan. 

Sifilis sekunder

Dalam waktu sekitar 2–12 minggu setelah luka hilang, sifilis akan memasuki tahap kedua. Nah, ibu hamil yang mengalami sifilis pada tahap ini akan mengalami gejala berupa:

Seperti halnya pada tahap primer, gejala sifilis pada tahap ini juga bisa sembuh sendiri tanpa diobati, tetapi bukan berarti bakteri penyebab sifilis pada ibu hamil sudah hilang, ya. Jika tidak diobati, sifilis di tahap ini juga berisiko tinggi menular ke janin dan bisa menimbulkan kecacatan atau bahkan meninggalnya janin.

Sifilis laten

Sifilis yang tidak tertangani akan mencapai tahap laten. Ibu hamil yang mengalami sifilis tahap ini mungkin tidak merasakan gejala meskipun infeksi telah terjadi selama bertahun-tahun. 

Memasuki tahap ini, sifilis sudah makin sulit untuk diobati. Namun, pada ibu hamil, dokter akan berusaha memberikan penanganan sebaik mungkin agar bakteri penyebab sifilis melemah, sehingga tidak berdampak banyak pada tumbuh kembang janin. Pada tahap ini, risiko penularan sifilis dari ibu hamil ke janin juga lebih kecil, tetapi masih bisa terjadi.

Sifilis tersier

Ini adalah tahap infeksi sifilis yang paling berbahaya. Umumnya, tahap ini terjadi dalam waktu 10–30 tahun setelah seseorang terpapar bakteri penyebab sifilis. Pada tahap tersier, sifilis dapat menyebabkan kerusakan organ yang fatal dan bersifat permanen pada tubuh penderitanya, misalnya pada otak, saraf, jantung, serta pembuluh darah.

Penting untuk diketahui bahwa pada ibu hamil, sifilis tahap apa pun dapat menular ke janin. Hal ini dapat mengganggu proses perkembangan janin sehingga bisa berujung pada kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, cacat lahir, serta bayi lahir mati. 

Cara Mencegah Sifilis pada Ibu Hamil

Untuk mencegah infeksi sifilis pada ibu hamil, penting untuk menerapkan hubungan seksual yang sehat dan aman, yakni menggunakan kondom, tidak berganti pasangan, dan memastikan pasangan seksual tidak menderita sifilis maupun infeksi menular seksual lainnya. 

Oleh karena itu, pemeriksaan sifilis pada ibu hamil sebaiknya dilakukan sedini mungkin, bahkan sebelum merencanakan kehamilan. Selain itu, ibu hamil juga perlu memeriksakan kehamilan secara rutin dan memberi tahu dokter jika memiliki riwayat seks berisiko yang bisa berpotensi menjadi sumber penularan sifilis pada ibu hamil.

Jika ibu hamil atau pasangan memiliki riwayat hubungan seksual yang berisiko, sebaiknya lakukan pemeriksaan premarital, khususnya tes VDRL, untuk mendeteksi sifilis. Hal ini berlaku terutama jika ibu hamil atau pasangan mengalami gejala sifilis yang telah disebutkan di atas, ya. 

Jika ibu hamil didiagnosis mengalami sifilis, penanganan perlu segera diberikan. Untuk mengatasi kondisi ini, dokter bisa memberikan obat antibiotik guna membasmi kuman penyebab sifilis pada ibu hamil. 

Pengobatan ini penting untuk dilakukan sedini mungkin, idealnya ketika sifilis masih dalam tahap awal. Dengan begitu, risiko penularan sifilis dari ibu hamil ke janinnya bisa dikurangi. Pengobatan ini juga perlu diberikan pada pasangan seksual ibu hamil yang terdiagnosis sifilis.

Selama menjalani pengobatan, ibu hamil dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan untuk mencegah penularan maupun infeksi berulang. 

Usai pengobatan berakhir, ibu hamil yang mengalami sifilis tetap perlu melakukan tes darah secara berkala demi memastikan bahwa infeksi telah sembuh total. Selain itu, tumbuh kembang janin juga perlu terus dipantau melalui pemeriksaan rutin selama kehamilan.

Dengan mencegah penularan sifilis, ibu hamil turut melindungi janinnya dari sifilis kongenital yang bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya. Oleh sebab itu, jangan lewatkan skrining dengan dokter maupun pemeriksaan rutin saat hamil, ya. 

Bumil juga sebaiknya tidak menyepelekan keluhan sekecil apa pun yang muncul selama hamil. Untuk mengetahui penyebab maupun penanganannya, Bumi bisa berkonsultasi dengan dokter melalui Chat Bersama Dokter untuk mendapatkan jawaban yang cepat.