Sindrom Asherman adalah kondisi ketika jaringan parut terbentuk di dalam rahim. Kondisi yang juga dikenal sebagai perlengketan rahim ini tergolong kasus yang langka dan paling sering dialami oleh wanita yang baru menjalani operasi pada rahim, misalnya kuret.
Pada dasarnya, jaringan parut merupakan jaringan yang terbentuk ketika terjadi proses penyembuhan luka. Jaringan parut dapat terbentuk pada semua jenis luka, termasuk luka bakar maupun luka bekas operasi.
Pada sindrom Asherman, jaringan parut terbentuk di dalam rahim dan menebal. Hal ini membuat sisi dalam dinding rahim saling menempel. Akibatnya, ukuran rongga rahim jadi mengecil. Pada kondisi yang berat, perlengketan rahim bisa terjadi pada lebih dari dua pertiga bagian rongga rahim.
Penyebab Sindrom Asherman
Pada sebagian besar kasus, sindrom Asherman terjadi setelah prosedur kuret yang biasanya dilakukan setelah keguguran atau bila plasentanya tertahan di dalam rahim (retensi plasenta). Risiko terjadinya sindrom Asherman akan meningkat jika prosedur kuret dilakukan lebih dari 3 kali atau terlambat dilakukan.
Selain prosedur kuret, sindrom Asherman juga dapat terjadi pada wanita dengan kondisi di bawah ini:
- Pernah menjalani persalinan dengan operasi Caesar atau penjahitan rahim untuk menghentikan perdarahan
- Menjalani terapi radiasi atau radioterapi pada daerah panggul
- Menderita infeksi organ reproduksi
- Menderita tuberkulosis atau skistosomiasis
- Menderita endometriosis
- Pernah menjalani operasi pengangkatan miom atau polip
Gejala Sindrom Asherman
Jika jaringan parut yang terbentuk sedikit, penderita sindrom Asherman bisa saja tidak mengalami gejala sama sekali dan menstruasinya masih berjalan normal. Namun, jika jaringan parut luas dan terjadi perlengketan rahim, sindrom Asherman dapat menyebabkan gejala:
- Menstruasi yang hanya keluar sedikit atau hipomenore
- Amenorea atau tidak mengalami menstruasi sama sekali
- Kram perut parah atau nyeri panggul
- Sulit hamil
- Menstruasi retrogade, yaitu kondisi ketika aliran darah haid tidak mengalir ke luar tubuh, tetapi ke saluran tuba
- Risiko keguguran jika kehamilan masih bisa terjadi
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan yang telah disebutkan di atas. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi akibat gangguan kesehatan lain. Oleh karena itu, pemeriksaan sejak dini diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat.
Diagnosis Sindrom Asherman
Untuk mendiagnosis sindrom Asherman, dokter akan mengawali dengan menanyakan hal-hal berikut:
- Gejala yang dialami pasien
- Prosedur persalinan atau kuret yang pernah dijalani
- Riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan
Setelah itu, dokter akan melakukan tes fisik dan pemeriksaan penunjang lain, seperti:
- USG transvaginal, untuk melihat seberapa tebal sisi bagian dalam rahim dengan memasukkan alat USG melalui vagina
- Histeroskopi, untuk melihat kondisi bagian dalam rahim secara lebih detail, dengan memasukkan selang kecil berkamera (histeroskop)
- Histerosalpingogram (HSG), untuk mendeteksi masalah di dalam rahim dengan foto X-ray dan bantuan zat pewarna khusus yang dimasukkan ke dalam rahim
- Histerosonografi, untuk melihat kondisi rahim dengan USG dan bantuan larutan saline (garam) yang dimasukkan ke dalam rahim
- Tes darah, untuk memeriksa adakah kondisi lain dengan gejala yang sama
Pengobatan Sindrom Asherman
Pengobatan sindrom Asherman dilakukan dengan operasi yang tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan parut di dalam rahim. Operasi dilakukan dengan bantuan histeroskopi. Operasi ini diutamakan pada pasien sindrom Asherman yang mengalami nyeri dan ingin hamil.
Pada saat operasi, dokter akan memberikan bius total agar pasien tidak merasakan nyeri. Setelah itu, dokter akan mengangkat jaringan parut dan membebaskan perlengketan dalam rahim dengan menggunakan alat operasi kecil yang dipasang pada ujung histeroskop.
Setelah jaringan parut diangkat, dokter akan menempatkan balon kecil di dalam rahim selama beberapa hari. Hal ini untuk memastikan rongga rahim tetap dalam keadaan terbuka selama masa penyembuhan dan perlengketan tidak kembali terjadi.
Untuk mencegah infeksi akibat operasi, dokter dapat meresepkan obat antibiotik. Dokter juga dapat memberikan hormon estrogen untuk membantu dinding rahim pulih kembali. Dengan begitu, pasien sindrom Asherman bisa mengalami menstruasi yang normal.
Setelah beberapa hari, dokter dapat melakukan histeroskopi ulang untuk melihat apakah operasi sebelumnya berhasil dan tidak ada lagi perlengketan dalam rahim. Hal ini karena usai tindakan masih ada kemungkinan perlengketan terjadi kembali. Oleh sebab itu, dokter akan menyarankan pasien untuk menunggu 1 tahun sebelum memulai program hamil.
Komplikasi Sindrom Asherman
Komplikasi dapat terjadi pada wanita yang hamil setelah menjalani pengobatan sindrom Asherman. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
- Kelahiran prematur
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Bayi lahir dalam keadaan meninggal
- Kelainan bentuk rahim
- Plasenta akreta
Meski jarang terjadi, sejumlah komplikasi di bawah ini juga dapat terjadi akibat prosedur histeroskopi:
- Perdarahan
- Perforasi rahim, yaitu luka tembus yang terjadi pada dinding rahim
- Infeksi dan radang panggul
Pencegahan Sindrom Asherman
Sindrom Asherman sulit dicegah. Akan tetapi, risiko terjadinya kondisi ini dapat dikurangi jika kuretase dilakukan secara hati-hati dan dibantu dengan USG. Selain itu, pemberian terapi hormon pada wanita yang telah menjalani operasi rahim juga diduga dapat menurunkan risiko terjadinya sindrom Asherman.