Sindrom Asperger merupakan gangguan tumbuh kembang yang tergolong dalam gangguan spektrum autisme. Kondisi ini dapat memengaruhi perilaku, cara berkomunikasi, dan kemampuan penderitanya dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial. Penanganan sindrom ini dimaksudkan untuk membantu penderita dalam berinteraksi soial dan menjalani aktivitas sehari-hari.
Penderita sindrom Asperger cenderung memiliki caranya sendiri dalam berbicara, berperilaku, atau beraktivitas, sehingga membuatnya unik dan berbeda dibandingkan orang lain. Berbeda dengan penderita gangguan spektrum autisme lainnya, penderita sindrom Asperger biasanya memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang cukup tinggi dan mahir dalam berbahasa.
Penyebab sindrom Asperger hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang untuk menderita sindrom Asperger, seperti faktor genetik, kelainan di otak, paparan bahan kimia, dan infeksi saat berada di dalam kandungan.
Gejala Sindrom Asperger
Tanda dan gejala sindrom Asperger biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak, tepatnya saat penderita berusia sekitar 3–7 tahun. Gejala tersebut dapat bertahan hingga penderita dewasa.
Gejala sindrom Asperger bisa bervariasi pada setiap penderita, tergantung dengan tingkat keparahannya. Beberapa penderita sindrom Asperger bahkan mungkin menunjukkan lebih dari satu gejala. Berikut ini adalah beberapa gejala sindrom Asperger:
1. Gangguan sosial
Salah satu tantangan terbesar yang kerap dihadapi oleh penderita sindrom Asperger adalah sulit melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Gangguan ini bisa berupa kesulitan menjalin pertemanan, memahami bahasa tubuh orang lain, mengekspresikan diri, hingga menghindari kontak mata dengan lawan bicara.
2. Gangguan mengekspresikan diri
Berbeda dengan penderita gangguan autisme yang lebih berat, penderita sindrom Asperger umumnya memiliki kosakata yang maju dan keterampilan tata bahasa yang baik. Namun, penderita sindrom Asperger sering kali kesulitan untuk menuangkan emosi dan pikirannya, serta kerap kesulitan untuk berkomunikasi.
Bagi orang lain, pola bicara penderita sindrom Asperger mungkin akan terdengar aneh. Hal ini karena penderita sindrom Asperger biasanya akan berbicara dengan nada dan ekspresi datar atau berbicara dengan suara keras dan dengan bahasa yang kaku atau formal, bahkan bisa terkesan mirip robot.
Ini merupakan salah satu ciri khas sindrom Asperger dalam aspek kemampuan berkomunikasi.
3. Gangguan perilaku
Penderita sindrom ini biasanya sering mengulangi suatu tindakan atau perilaku yang tidak wajar secara berkali-kali, seperti mengedipkan mata maupun mengulang kata atau suara yang didengar atau diucapkan orang lain.
Selain itu, penderita sindrom Asperger juga tidak menyukai perubahan dalam rutinitas sehari-hari, terobsesi pada hal yang disukainya, dan terkadang bisa merasa kesulitan dalam mengelola emosinya.
4. Gangguan fisik
Penderita sindrom Asperger juga bisa mengalami gangguan keterampilan motorik dan koordinasi tubuh, sehingga kesulitan dalam melakukan beberapa aktivitas sederhana, seperti menulis atau berjalan. Namun, tidak semua penderita Asperger mengalami gangguan ini.
Pengobatan Sindrom Asperger
Sindrom Asperger bisa dikenali dan dideteksi sejak dini dengan pemeriksaan tumbuh kembang sejak masa anak-anak dan konsultasi psikologi anak. Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh dokter anak atau psikiater.
Untuk mendiagnosis sindrom Asperger, dokter biasanya akan melakukan sesi tanya jawab seputar gejala sindrom Asperger yang dialami penderita, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
Selain itu, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti tes genetik, MRI, elektroensefalografi (EEG), dan tes pendengaran untuk membantu memastikan kondisi dan menyingkirkan kemungkinan sindrom atau gangguan autisme lainnya, misalnya gangguan pendengaran.
Setelah pasien dipastikan menderita sindrom Asperger, dokter akan memberikan beberapa pengobatan untuk mengatasi kondisi sindrom Asperger. Berikut ini adalah beberapa penanganan sindrom Asperger:
1. Terapi perilaku kognitif
Salah satu pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi sindrom Asperger adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini dilakukan dengan mengubah pola pikir dan perilaku penderita sindrom Asperger menjadi lebih positif melalui sesi konseling dengan terapis.
Dengan melakukan terapi perilaku kognitif, penderita sindrom Asperger dapat mengontrol emosi dan perilaku berulang yang dialaminya dengan lebih baik.
2. Terapi wicara dan sosialisasi
Sindrom Asperger biasanya ditandai dengan kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi. Jika hal ini terjadi, dokter dapat merekomendasikan terapi wicara dan terapi sosialisasi untuk meningkatkan kemampuan bicara dan melatih keterampilan sosial penderita saat berinteraksi dengan orang lain.
Penderita sindrom Asperger akan dilatih untuk berkomunikasi mengenai berbagai topik secara bergiliran dengan penderita lainnya, baik dalam sebuah kelompok besar atau satu lawan satu. Dengan begitu, penderita akan merasa punya teman bicara dan terbiasa untuk membangun hubungan sosial dengan orang lain serta lebih bisa mengekspresikan diri.
Tak hanya itu, penderita juga dilatih cara menggunakan intonasi yang tepat dalam sebuah percakapan, sehingga tidak berbicara dengan nada datar dan monoton seperti robot.
3. Fisioterapi
Beberapa penderita sindrom Asperger dapat mengalami gangguan motorik dan koordinasi. Hal ini karena terdapat kelainan pada zat kimia di otak (neurotransmitter) yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal antarsel saraf, sehingga menyebabkan terganggunya komunikasi antara otak dengan otot anggota gerak.
Untuk mengatasinya, dokter biasanya akan merekomendasikan fisioterapi atau terapi fisik. Terapi ini dilakukan dengan cara melakukan beberapa latihan gerak untuk meningkatkan kemampuan gerak dan menguatkan bagian tubuh tertentu.
Dengan begitu, penderita bisa melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan, berlari, atau mengayuh sepeda, secara normal.
4. Obat-obatan
Obat-obatan memang biasanya tidak digunakan untuk mengobati sindrom Asperger. Namun, beberapa obat dapat diberikan untuk meringankan gangguan suasana hati, kesulitan mengontrol emosi, dan masalah perilaku pada penderita sindrom Asperger.
Beberapa obat yang mungkin dokter resepkan untuk penderita sindrom Asperger, antara lain:
- Obat antidepresan, untuk mengurangi gejala depresi dan keinginan untuk melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang
- Obat anticemas, seperti benzodiazepine, untuk mengurangi gejala cemas ketika berinteraksi dengan orang lain dan gangguan kecemasan lainnya.
- Obat antipsikotik, seperti risperidone dan aripiprazole, untuk mengurangi ledakan emosi, serta perilaku agresif dan hiperaktif
Karena sindrom Asperger dimulai sejak masa kanak-kanak, penting bagi orang tua untuk segera memeriksakan anak ke dokter jika mencurigainya memiliki salah satu atau beberapa gejala sindrom Asperger di atas. Dengan begitu, Si Kecil bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan kondisi sindrom Asperger pun dapat cepat teratasi.