Sindrom mielodisplasia adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh kerusakan pada sel darah. Kondisi ini terjadi ketika sel darah yang dihasilkan oleh sumsum tulang tidak terbentuk dengan baik.
Di dalam tubuh, sumsum tulang bertugas memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan sel keping darah (trombosit). Sel-sel darah ini berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh, melawan infeksi, dan membantu proses pembekuan darah.
Pada penderita sindrom mielodisplasia, sumsum tulang memproduksi sel-sel darah yang tidak normal. Sel-sel abnormal ini tidak berkembang sepenuhnya dan akan mati ketika masih berada di dalam sumsum tulang atau saat memasuki aliran darah.
Seiring waktu, jumlah sel darah abnormal akan makin banyak dan melebihi jumlah sel darah yang sehat atau “matang”. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gejala sindrom mielodisplasia.
Sindrom mielodisplasia tergolong dalam jenis kanker darah. Sindrom ini paling sering menyerang orang usia 60 tahun ke atas.
Jenis Sindrom Mielodisplasia
Sindrom mielodisplasia terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
- Myelodysplastic syndrome with unilineage dysplasia, yaitu ketika salah satu jenis sel darah (sel darah merah, sel darah putih, atau sel keping darah) berjumlah rendah dan terlihat tidak normal di bawah mikroskop
- Myelodysplastic syndrome with multilineage dysplasia, yaitu ketika dua atau tiga jenis sel darah terlihat tidak normal
- Myelodysplastic syndrome with ring sideroblasts, yaitu ketika lebih dari satu jenis sel darah berjumlah rendah dengan karakteristik sel darah merah yang memiliki cincin zat besi (ring sideroblasts)
- Myelodysplastic syndrome associated with isolated del chromosome abnormality, yaitu ketika sel darah merah berjumlah sedikit dan disertai dengan mutasi pada DNA di sel tersebut
- Myelodysplastic syndrome with excess blasts (tipe 1 dan 2), yaitu ketika salah satu jenis sel darah berjumlah sedikit dan terlihat tidak normal, disertai adanya sel darah yang tidak “matang” di dalam darah dan sumsum tulang
- Myelodysplastic syndrome, unclassifiable, yaitu ketika salah satu jenis sel darah yang “matang” berjumlah rendah, disertai sel darah putih dan sel keping darah yang tampak tidak normal
Penyebab Sindrom Mielodisplasia
Sindrom mielodisplasia terjadi ketika DNA pada sel-sel punca (stem cell) di sumsum tulang mengalami kerusakan. Akibatnya, sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel-sel darah yang sehat.
Belum diketahui apa yang menyebabkan kondisi tersebut, tetapi ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang sindrom mielodisplasia, yaitu:
- Berusia lebih dari 60 tahun
- Pernah menjalani kemoterapi atau radioterapi
- Terpapar bahan kimia, seperti asap rokok, pestisida, dan benzena
- Terpapar logam berat, seperti timah dan merkuri
Sindrom mielodisplasia juga merupakan salah satu bentuk komplikasi dari sindrom Kostmann.
Gejala Sindrom Mielodisplasia
Pada tahap awal, sindrom mielodisplasia jarang memperlihatkan tanda atau gejala. Namun, seiring berkembangnya penyakit, penderita dapat mengalami gejala berupa:
- Pusing
- Sesak napas
- Tubuh mudah lelah
- Timbul bintik merah di bawah kulit akibat perdarahan
- Pucat, akibat kurangnya sel darah merah (anemia)
- Infeksi berulang, akibat kekurangan sel darah putih
- Mudah memar atau berdarah, akibat rendahnya jumlah trombosit
Selain itu, penderita sindrom mielodisplasia juga dapat mengalami beberapa gejala lain, seperti demam, hilang nafsu makan, berat badan menurun, hingga nyeri tulang.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas, terutama jika Anda memiliki faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena sindrom mielodisplasia. Jika ditangani dengan cepat, Anda bisa terhindar dari komplikasi serius akibat penyakit ini.
Diagnosis Sindrom Mielodisplasia
Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut untuk memastikan diagnosis:
-
Tes darah lengkap
Tes darah lengkap dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan sel keping darah. Pada sindrom ini, bisa terjadi penurunan jumlah seluruh jenis sel darah (pansitopenia). Tes darah juga bertujuan untuk memeriksa apakah ada perubahan pada ukuran dan bentuk sel-sel darah. -
Aspirasi sumsum tulang
Penyedotan sampel cairan sumsum tulang (aspirasi sumsum tulang) yang diikuti pengambilan sampel jaringan (biopsi) sumsum tulang bertujuan untuk mengetahui kondisi sel darah secara keseluruhan. -
Tes genetik
Tes genetik dilakukan dengan menggunakan sampel jaringan sumsum tulang. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya perubahan atau kelainan genetik, termasuk pada kromosom.
Pengobatan Sindrom Mielodisplasia
Pengobatan sindrom mielodisplasia bertujuan untuk menghambat perkembangan penyakit, meredakan gejala, serta mencegah perdarahan dan infeksi. Beberapa metode yang dapat dilakukan dokter adalah:
Transfusi darah
Transfusi darah bertujuan untuk mengganti sel-sel darah yang rusak dengan sel darah yang sehat. Transfusi darah bisa disertai dengan terapi khelasi (chelation therapy), untuk mengurangi kadar zat besi dalam darah akibat terlalu sering menjalani transfusi darah.
Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan produksi sel darah, mengatasi infeksi, menekan sistem kekebalan tubuh, atau merangsang pematangan sel darah. Obat-obatan tersebut antara lain:
- Epoetin
- Darbepoetin alfa
- Filgrastim
- Antibiotik
- Lenalidomide
- Azacytidine
- Decitabine
Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang atau transplantasi sel punca bertujuan mengganti sumsum tulang pasien dengan sumsum tulang sehat dari pendonor. Terapi ini didahului dengan pemberian obat kemoterapi dosis tinggi untuk menghancurkan sel-sel punca yang rusak.
Komplikasi Sindrom Mielodisplasia
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat sindrom mielodisplasia meliputi:
- Anemia akibat kekurangan sel darah merah
- Leukemia mieloblastik akut
- Perdarahan yang sulit berhenti akibat rendahnya kadar trombosit (trombositopenia)
- Sering mengalami infeksi akibat rendahnya jumlah sel darah putih
Pencegahan Sindrom Mielodisplasia
Belum diketahui secara pasti bagaimana cara mencegah sindrom mielodisplasia. Namun, Anda disarankan untuk berhenti merokok dan menghindari paparan zat kimia yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.
Jika Anda menderita sindrom mielodisplasia, Anda bisa sering terkena infeksi akibat rendahnya jumlah sel darah putih yang sehat. Untuk mencegahnya, lakukan upaya-upaya berikut:
- Cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan.
- Cuci bersih dan kupas sayuran atau buah-buahan sebelum mengolah dan mengonsumsinya.
- Masak bahan makanan hingga matang sebelum mengonsumsinya.
- Hindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit.