Sindrom Munchausen merupakan gangguan mental langka yang membuat penderitanya bersikap seolah-olah memiliki penyakit tertentu. Kondisi ini perlu mendapatkan penanganan dokter karena penderitanya akan berusaha untuk membuat dirinya mengalami gejala suatu penyakit dengan sengaja.
Sebagian orang tentu pernah pura-pura sakit agar tidak masuk sekolah atau bekerja. Tindakan tersebut sebenarnya normal terjadi bila dilakukan hanya sesekali. Namun, bila telalu sering dilakukan, hal ini bisa saja mengarah ke sindrom Munchausen.
Orang dengan sindrom Munchausen kerap pura-pura sakit, tetapi bukan untuk keuntungan pribadi. Penderitanya melakukan ini hanya untuk mendapatkan perhatian dan simpati dari orang sekitarnya.
Apa Penyebab Sindrom Munchausen?
Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab sindrom Munchausen. Akan tetapi, beberapa penelitan menyatakan bahwa sindrom ini terjadi akibat penderita ingin lebih diterima di lingkungan sosialnya.
Beberapa penelitian juga menujukkan bahwa risiko terjadinya sindrom Munchausen dapat meningkat karena beberapa kondisi berikut ini:
Trauma masa kecil
Salah satu penyebab sindrom Munchausen adalah trauma yang terjadi pada masa kecil, misalnya pengabaian dari orang tua. Anak dapat merasakan kurangnya perhatian dari orang tua dan akhirnya berpura-pura sakit guna mendapatkan perhatian tersebut.
Penyakit pada masa kecil
Adanya riwayat penyakit tertentu saat kecil juga bisa menyebabkan anak mengalami sindrom Munchausen yang terbawa hingga dewasa. Ini karena selama menjalani perawatan, ia terbiasa mendapatkan perhatian lebih sehingga berharap hal tersebut terjadi lagi meski dirinya sudah sembuh.
Gangguan kepribadian
Pada beberapa kasus, sindrom Munchausen juga dapat terjadi akibat adanya gangguan kepribadian pada penderita, misalnya kepribadian narsisistik. Gangguan kepribadian ini bisa membuat penderita merasa dirinya sangat spesial dan takut tidak berharga.
Untuk terus mendapatkan perhatian, penderita akan terus berusaha melakukan berbagai cara, salah satunya dengan berpura-pura sakit.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami sindrom Munchausen, seperti berusia 20–40 tahun dan berjenis kelamin wanita.
Apa Saja Tanda-Tanda Sindrom Munchausen?
Berikut ini adalah beberapa tanda yang dapat terlihat pada penderita sindrom Munchausen:
- Tidak mampu menjelaskan gejala yang dialami secara pasti
- Mengalami gejala baru atau makin buruk setelah mendapatkan pengobatan
- Merasa gejalanya hanya muncul saat sedang bersama orang lain
- Memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit yang berbeda-beda untuk menjalani tes berulang
- Tidak mengizinkan keluarga atau orang terdekat ikut menemani saat melakukan pemeriksaan ke dokter
- Memiliki masalah identitas atau kepercayaan diri
- Merasa sedih dan tertekan, sehingga sering berpikiran untuk bunuh diri
- Memiliki kebiasaan berbohong atau mengarang cerita
- Tidak menjalani pengobatan dengan benar
- emiliki beberapa luka bekas operasi
Untuk meyakinkan orang lain bahwa dirinya sedang sakit, penderita bahkan bisa berpura-pura mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter tetapi tidak menelannya.
Tidak hanya itu, untuk mendapatkan penanganan medis pun penderita sindrom Munchausen rela menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan pengakuan dari dokter bahwa dirinya sedang menderita suatu penyakit.
Bagaimana Cara Mengatasi Sindrom Munchausen?
Meski sering kali ingin mendapatkan pengobatan untuk berbagai kondisi penyakit yang sebenarnya tidak ada, penderita sindrom Munchausen tidak mau atau bahkan tidak menyadari bahwa sindrom yang dialami yang seharusnya mendapatkan penanganan dari dokter.
Oleh karena itu, sebelum menjalani pengobatan susungguhnya, penderita harus sadar bahwa kebiasaan yang mereka lakukan itu salah. Penderita sindrom Munchausen bisa menjalankan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, guna mengubah pola pikir yang mereka yakini.
Setelah itu, pengobatan bisa dilakukan dengan tujuan mengatasi penyebab yang menjadi pemicu penderita mengalami sindrom Munchausen. Perlu diingat bahwa tidak ada obat yang dapat mengatasi sindrom Munchausen ini.
Dokter akan memberikan obat-obatan antidepresan hanya pada penderita sindrom Munchausen yang disertai dengan penyakit kejiwaan lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Bila Anda menyadari adanya tanda-tanda sindrom Munchausen pada orang terdekat, sebaiknya ajaklah berkonsultasi dengan dokter atau psikolog agar ia bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai dengan penyebabnya.