Sindrom nefrotik bukanlah penyakit, melainkan sekelompok gejala yang menunjukkan bahwa ginjal tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini terjadi akibat rusaknya fungsi penyaringan ginjal dan biasanya dikenali dari pembengkakan di kaki.
Sindrom nefrotik dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Pada orang dewasa, lebih dari 50% kasus sindrom nefrotik terjadi akibat komplikasi dari kondisi tertentu, seperti nefropati diabetik atau lupus.
Penyebab Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik terjadi akibat rusaknya pembuluh darah kecil pada ginjal yang bertugas menyaring darah dan zat sisa, serta menghasilkan urine.
Dalam kondisi normal, protein seharusnya tetap berada di dalam darah. Namun, pada penderita sindrom nefrotik, protein lolos dari penyaringan dan dikeluarkan bersamaan dengan urine.
Selain itu, ada beberapa penyakit lain yang menyebabkan kerusakan pada ginjal dan memicu terjadinya sindrom netrofik, seperti:
- Menderita diabetes
- Menderita lupus
- Menderita amiloidosis
- Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Gejala Sindrom Nefrotik
Gejala utama sindrom nefrotik adalah kaki bengkak akibat rendahnya kadar protein di dalam darah. Kadar protein yang rendah membuat lebih banyak cairan tertahan di darah, sehingga terjadi pembengkakan. Kondisi ini lebih mudah terlihat di kaki karena pengaruh gaya gravitasi.
Selain pembengkakan, sindrom nefrotik juga menyebabkan beberapa gejala berikut ini:
- Urine berbusa
- Kenaikan berat badan
- Lelah terus menerus
- Tidak nafsu makan
- Hipoalbuminemia
- Kadar kolestrol tinggi
Pada anak-anak, sindrom nefrotik dapat menyebabkan pembengkakan di wajah yang berlanjut ke seluruh tubuh.
Pengobatan Sindrom Nefrotik
Pengobatan sindrom nefrotik tergantung pada penyebabnya. Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah kerusakan ginjal menjadi makin parah.
Sebelum memberikan penanganan, dokter akan terlebih dahulu menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang, seperti tes urine, tes darah, bahkan biopsi ginjal jika diperlukan.
Setelah dipastikan keluhan disebabkan oleh sindrom nefrotik, dokter akan memberikan obat-obatan untuk membantu mengontrol gejala sindrom nefrotik, maupun mencegah komplikasi akibat sindrom nefrotik. Berikut ini adalah obat-obatan yang diberikan oleh dokter:
1. Obat tekanan darah
Obat ini berfungsi untuk mengurangi tekanan darah dengan cara merelaksasi pembuluh darah. Contoh obat tekanan darah antara lain adalah lisinopril, perindopril, dan enalapril.
2. Obat diuretik
Obat diuretik berfungsi untuk meningkatkan produksi urine, sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi pembengkakan. Furosemide merupakan contoh obat diuretik yang diresepkan oleh dokter.
3. Obat pengencer darah
Antikoagulan atau obat pengencer darah berfungsi untuk mengurangi risiko terjadinya pembekuan darah. Kondisi tersebut merupakan komplikasi dari sindrom nefrotik. Dokter bisa meresepkan heparin sebagai salah satu pengencer darah untuk mengatasi sindrom nefrotik.
4. Obat penekan sistem kekebalan tubuh
Bila sindrom nefrotik disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh, dokter akan meresepkan obat penekan sistem kekebalan tubuh. Peresepan obat ini bertujuan agar sistem kekebalan tubuh tidak makin merusak ginjal. Contoh obat dari golongan ini adalah rituximab.
Selain mengonsumsi obat, penderita sindrom nefrotik juga harus mengubah pola makan dengan cara memperbanyak konsumsi protein nabati, mengurangi konsumsi makanan yang asin, menghindari makanan berlemak dan makanan yang tinggi kolestrol. Dengan begitu, proses penyembuhan bisa menjadi lebih cepat.
Jika Anda mengalami gejala sindrom nefrotik, seperti pembengkakan yang diikuti dengan urine berbusa, terlebih bila Anda memiliki riwayat penyakit diabetes dan lupus, sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang sesuai. Penanganan segera yang tepat sangat bermanfaat dalam mencegah komplikasi akibat sindrom nefrotik, termasuk terjadinya gagal ginjal.