Sinestesia merupakan kondisi ketika seseorang bisa mendengar suara atau nada saat ia melihat warna atau tulisan maupun ketika mencium aroma atau bau tertentu. Orang yang memiliki kondisi ini sering kali dianggap memiliki indra keenam. Padahal, hal tersebut tidaklah benar.
Pancaindra bekerja secara spesifik dalam menangkap stimulus atau rangsangan yang diterima tubuh. Sebagai contoh, indra pendengaran di telinga hanya bisa menangkap rangsang suara, sedangkan indra pengecap pada lidah hanya bisa mendeteksi rasa dan aroma dari makanan dan minuman.
Namun, pada orang yang memiliki sinestesia, sistem pancaindra bekerja secara unik. Orang yang memiliki keluhan sensorik ini bisa merasakan rangsangan pada salah satu pancaindra, padahal stimulus yang diterima bukan ditujukan pada indra tersebut.
Contohnya, orang yang memiliki sinestesia bisa mendengar suara atau nada tertentu ketika melihat warna atau tulisan, padahal tidak ada rangsang suara di sekitarnya.
Pada kasus lain, ada juga orang dengan sinestesia yang bisa mencium aroma tertentu ketika ia mengonsumsi minuman atau makanan yang terasa manis atau asin, padahal tidak ada sumber bau di sekitarnya.
Penyebab Seseorang Mengalami Sinestesia
Diperkirakan sekitar 3–5% dari populasi di seluruh dunia mengalami sinestesia. Oleh sebagian orang, kemampuan sinestesia masih sering dianggap sebagai indra keenam, padahal hal tersebut tidaklah benar. Sinestesia juga bukan merupakan penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi kesehatan fisik maupun mental.
Hingga saat ini, penyebab seseorang mengalami sinestesia belum diketahui secara pasti. Sinestesia diduga terjadi karena adanya faktor biologis dan genetik. Orang yang memiliki sinestesia kemungkinan memiliki orang tua atau keluarga lain yang memiliki kemampuan serupa.
Selain itu, ada juga teori yang menyebutkan bahwa sinestesia mungkin terjadi karena ada bagian otak tertentu yang terlalu sensitif, sehingga lebih tanggap terhadap rangsangan tertentu dari pancaindra.
Apa pun kemungkinan penyebabnya, sinestesia bukanlah penyakit atau kelainan yang perlu diwaspadai, melainkan kemampuan saraf otak yang unik dalam menerima dan memproses rangsangan di pancaindra.
Pada kasus tertentu, sinestesia juga bisa muncul akibat gangguan tertentu, seperti epilepsi. Sinestesia juga bisa muncul pada orang yang menggunakan obat-obatan tertentu, seperti narkoba dan psikedelik.
Mengenal Ciri-Ciri Sinestesia
Orang yang memiliki sinestesia bisa merasakan gejalanya sejak masih anak-anak dan semakin terasa seiring bertambahnya usia. Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala sinestesia:
- Melihat huruf, angka, atau warna ketika mendengar suara atau mencium aroma tertentu
- Mencium aroma tertentu atau muncul rasa tertentu di lidah, misalnya asin dan manis, ketika melihat warna atau tulisan
- Merasakan sensasi di kulit, seperti sentuhan atau geli, ketika mendengar suara atau mencicip rasa makanan atau minuman tertentu
- Merasa sulit atau tidak bisa menjelaskan respons unik dari pancaindra mereka kepada orang lain
Tanda dan gejala sinestesia, baik dalam bentuk warna, suara, atau rasa, yang dialami penderitanya akan tetap sama dari waktu ke waktu. Misalnya, jika ia melihat huruf “A” sebagai warna hijau, hal tersebut akan sama dengan apa yang dilihatnya beberapa tahun kemudian.
Selain itu, beberapa riset menyebutkan bahwa orang yang memiliki sinestesia umumnya memiliki kreativitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan kemampuan mereka dalam mengolah stimulus pancaindra secara unik.
Banyak seniman terkenal dunia yang diketahui memiliki kondisi ini. Contohnya adalah pelukis legendaris dari Belanda, Vincent van Gogh.
Pengobatan untuk Sinestesia
Sinestesia bukanlah gangguan medis atau psikologis yang perlu diobati. Namun, kondisi ini terkadang bisa menyerupai gejala gangguan medis tertentu, seperti epilepsi, halusinasi, atau psikosis.
Ketiga kondisi tersebut bisa dibedakan dari gejala yang muncul. Sinestesia hanya muncul ketika seseorang merasakan rangsangan tertentu pada salah satu pancaindra, sedangkan halusinasi dan epilepsi dapat muncul meski tidak ada rangsangan sama sekali.
Selain itu, orang yang memiliki halusinasi juga sering kali akan memiliki pola pikir yang aneh atau waham, misalnya paranoid, serta gelisah atau cemas. Sementara itu, orang yang menderita epilepsi juga bisa mengalami kejang atau sakit kepala.
Jika gejala yang Anda alami mengarah ke halusinasi, kondisi ini perlu segera ditangani oleh psikolog atau psikiater.
Sinestesia bukanlah gangguan medis atau penyakit yang perlu dikhawatirkan, melainkan kemampuan unik seseorang dalam menerima dan mengolah stimulus pada pancaindranya.
Jika Anda mengalami gejala sinestesia dan ingin memastikan apakah hal tersebut normal atau disebabkan oleh halusinasi, berkonsultasilah ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.