Skorbut atau scurvy adalah penyakit langka yang terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin C. Vitamin C atau asam askorbat tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Oleh sebab itu, manusia memerlukan asupan vitamin C yang cukup dari makanan.
Vitamin C berperan penting dalam pembuatan kolagen. Kolagen sendiri merupakan protein yang terdapat di berbagai jaringan tubuh, seperti kulit, tulang, dan pembuluh darah. Jika tubuh kekurangan asupan vitamin C, proses pembuatan kolagen akan terganggu. Dampaknya, jaringan tubuh akan lebih mudah mengalami kerusakan.
Penyebab Skorbut
Skorbut disebabkan oleh kekurangan asupan vitamin C dalam jangka panjang. Kondisi ini jarang terjadi, karena vitamin C cukup mudah ditemui pada berbagai jenis makanan, terutama buah dan sayur.
Skorbut dapat terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami skorbut, yaitu:
- Menerapkan pola makan atau diet yang sangat minim asupan vitamin C
- Menderita gangguan makan, seperti anoreksia nervosa
- Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi, seperti diare kronis, kolitis ulseratif, atau penyakit Crohn
- Menjalani pengobatan yang dapat menimbulkan mual dan tidak nafsu makan, misalnya kemoterapi
- Sedang hamil atau menyusui sehingga membutuhkan asupan vitamin C lebih banyak
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dalam jangka panjang
- Memiliki kebiasaan merokok, karena rokok dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam menyerap vitamin C
- Berusia lanjut, karena pada lansia sering terjadi penurunan asupan sehingga berisiko kekurangan vitamin C
Gejala Skorbut
Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan gejala yang bervariasi. Kondisi ini mulanya tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Namun, apabila kekurangan vitamin C sudah terjadi setidaknya selama 4 minggu, baru akan muncul gejala skorbut.
Beberapa gejala skorbut pada orang dewasa adalah:
- Lelah dan lemah sepanjang waktu
- Hilang nafsu makan
- Lebih mudah tersinggung dan uring-uringan
- Nyeri di kaki
Jika berlanjut, skorbut akan menimbulkan gejala lain, seperti:
- Pembengkakan dan perdarahan di gusi
- Bintik kebiruan dan kemerahan di kulit
- Memar
- Nyeri dan pembengkakan di sendi
- Sesak napas
- Sulitnya luka untuk sembuh
Pada anak-anak, gejala skorbut yang dapat muncul meliputi:
- Demam
- Berat badan sulit bertambah
- Diare
- Lebih rewel
- Tidak nafsu makan
Anak-anak yang mengalami skorbut juga lebih rentan mengalami pergeseran tulang (dislokasi) dan patah tulang.
Kapan harus ke dokter
Gejala skorbut muncul jika kekurangan vitamin C sudah terjadi dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, segera ke dokter jika mengalami gejala skorbut seperti yang telah disebutkan di atas. Selain itu, jika Anda memiliki kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya skorbut, lakukan pemeriksaan ke dokter.
Diagnosis Skorbut
Untuk mendiagnosis skorbut, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, termasuk riwayat kesehatan, pengobatan, serta pola makan sehari-hari. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar vitamin C di dalam darah. Penderita skorbut umumnya memiliki kadar vitamin C dalam darah kurang dari 0,2 mg/dL (11 mikromol/L). Sementara itu, kadar normal vitamin C dalam darah adalah 0,4−2 mg/dL (23−114 mikromol/L).
Pengobatan Skorbut
Skorbut dapat diatasi dengan mencukupi kebutuhan vitamin C melalui makanan dan pemberian suplemen vitamin C oleh dokter. Pemberian suplemen tersebut bertujuan untuk meredakan gejala skorbut.
Jika kekurangan vitamin C teratasi, pasien dapat sembuh dalam waktu sekitar 2 minggu. Namun, setelah sembuh, pasien harus selalu menjaga pola makan agar asupan vitamin C tetap terjaga.
Pasien juga mungkin membutuhkan penanganan lanjutan untuk mengatasi kondisi yang memicu terjadinya skorbut. Misalnya, pada skorbut yang dipicu oleh gangguan makan seperti anorexia, mungkin diperlukan konsultasi gizi atau konseling dengan psikolog.
Sebagai panduan dalam memenuhi kebutuhan vitamin C, berikut ini adalah angka kecukupan vitamin C yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
1. Bayi
- Usia 0–5 bulan: 40 mg
- Usia 6–11 bulan: 50 mg
2. Anak-anak
- Usia 1–3 tahun: 40 mg
- Usia 4–6 tahun: 45 mg
- Usia 7–9 tahun: 45 mg
3. Laki-laki
- Usia 10–12 tahun: 50 mg
- Usia 13–15 tahun: 75 mg
- Usia 16–80 tahun: 90 mg
4. Perempuan
- Usia 10–12 tahun: 50 mg
- Usia 13–15 tahun: 65 mg
- Usia 16–80 tahun: 75 mg
5. Ibu hamil
- Usia 13–15 tahun: 75 mg
- Usia di atas 15 tahun: 85 mg
6. Ibu menyusui
- Usia 13–15 tahun: 110 mg
- Usia di atas 15 tahun: 120 mg
Pada pasien anak-anak, dokter akan memberikan vitamin C bentuk suntik sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis 100 mg selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, dokter akan memberikan vitamin C dengan dosis 100 mg sebanyak 1 kali sehari hingga gejala yang dialami pasien membaik.
Komplikasi Skorbut
Skorbut yang tidak mendapat penanganan dapat menimbulkan komplikasi pada penderitanya, meliputi:
- Sakit kuning (jaundice) yang parah
- Anemia
- Gigi tanggal
- Perdarahan organ dalam
- Kejang
- Mati rasa di kaki dan tangan
- Koma
Pencegahan Skorbut
Cara terbaik untuk mencegah skorbut adalah dengan menjaga asupan vitamin C sesuai angka kecukupan yang disarankan. Beberapa jenis makanan yang kaya akan vitamin C adalah jeruk, lemon, stroberi, namnam, nanas, paprika, dan brokoli.
Penting untuk diingat, dianjurkan untuk mengonsumsi buah yang masih segar. Hal ini karena kandungan vitamin C pada buah yang masih segar tetap terjaga.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah skorbut adalah:
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
- Tidak merokok
- Mengonsumsi suplemen vitamin C sesuai anjuran dokter pada saat hamil atau menyusui
- Berkonsultasi dengan dokter jika ingin menerapkan diet atau pola makan tertentu