Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur. Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa mengantuk setelah tidur lama.
Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10 detik sebanyak ratusan kali selama tidur.
Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita, kondisi ini terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.
Penyebab Sleep Apnea
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep apnea menurut penyebabnya:
- Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas, misalnya karena lidah tertelan. - Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu. - Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan central sleep apnea.
Faktor risiko sleep apnea
Apnea tidur dapat terjadi pada siapa saja, bahkan pada anak-anak. Namun, seseorang akan lebih berisiko terserang sleep apnea jika memiliki beberapa faktor risiko di bawah ini:
- Berjenis kelamin laki-laki
- Berusia 40 tahun ke atas
- Memiliki amandel dan lidah yang besar atau rahang yang kecil
- Terdapat hambatan di hidung akibat tulang hidung yang bengkok
- Memiliki penyakit alergi atau gangguan sinus
- Mengonsumsi minuman beralkohol atau kecanduan alkohol
- Mengonsumsi obat tidur
- Merokok
Gejala Sleep Apnea
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan penderita.
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur adalah:
- Mengorok dengan keras
- Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
- Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang tidur
- Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari
- Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:
- Terbangun dengan mulut yang terasa kering
- Sakit kepala ketika baru bangun tidur
- Merasa sangat mengantuk di siang hari
- Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
- Mengalami perubahan mood dan mudah marah
- Mengalami penurunan libido
Kapan harus ke dokter
Konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas atau apabila orang lain mengatakan bahwa Anda mengalami hal tersebut. Periksakan diri juga ke dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas setelah bangun dari tidur atau merasa kualitas hari Anda menurun.
Diagnosis Sleep Apnea
Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan gejala yang dialami oleh pasien, baik pada pasien sendiri maupun kepada keluarganya, terutama yang tidur bersama pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti menimbang berat badan, serta memeriksa kondisi hidung dan tenggorokan.
Setelah itu, dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan pola tidur yang disebut sleep study. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memantau pola pernapasan dan fungsi tubuh pasien ketika sedang tidur, baik di rumah maupun di klinik khusus di rumah sakit.
Tes-tes yang dilakukan untuk mendeteksi sleep apnea adalah:
- Tes tidur di rumah
Pada pemeriksaan ini, pasien akan membawa pulang alat khusus yang dapat merekam dan mengukur detak jantung, kadar oksigen dalam darah, aliran napas, dan pola napas ketika tidur. - Polisomnografi (nocturnal polysomnography)
Pada pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan peralatan yang memonitor aktivitas jantung, paru-paru, dan otak, pola pernapasan, gerakan lengan dan kaki, serta kadar oksigen dalam darah saat pasien tidur.
Jika hasil tes menunjukkan bahwa pasien menderita obstructive sleep apnea, dokter akan merujuk pasien ke dokter THT untuk menghilangkan sumbatan di hidung dan tenggorokan. Sementara itu, pada pasien yang menderita central sleep apnea, dokter akan memberi rujukan ke dokter spesialis saraf.
Pengobatan Sleep Apnea
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani secara mandiri, misalnya dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengubah posisi tidur menjadi menyamping atau tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan penanganan medis, antara lain dengan:
Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau jika gejala yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk menjalani terapi dengan alat-alat berikut:
- CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan melalui masker yang menutupi hidung dan mulut penderita sleep apnea saat tidur. Tujuan terapi CPAP adalah untuk mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mengorok. - BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat pasien mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar jumlah oksigen dalam tubuh pasien tercukupi. - MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak dianjurkan bagi penderita apnea tidur yang parah.
Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak berhasil memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya yang dapat dipertimbangkan adalah operasi.
Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab utama apnea tidur pada pasien, meliputi:
- Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat amandel dan kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat tidur. - Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian belakang mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan menggunakan gelombang energi khusus. - Operasi reposisi rahang
Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih maju daripada tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas ruang di belakang lidah dan langit-langit. - Implan alat stimulasi saraf
Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk menstimulasi saraf yang mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat ini akan bekerja seirama dengan napas penderita sehingga lidah akan bergerak maju dan membuka jalan napas ketika penderita menarik napas. - Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru pada kondisi apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat sayatan di leher pasien, kemudian memasukkan tabung metal atau plastik ke dalamnya.
Komplikasi Sleep Apnea
Jika tidak segera ditangani, sleep apnea dapat meningkatkan risiko penderitanya mengalami komplikasi, berupa:
- Sakit kepala berkepanjangan
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Diabetes tipe 2
- Penyakit jantung
- Sindrom metabolik
- Gangguan fungsi organ hati
- Depresi
Selain komplikasi di atas, sleep apnea juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya dan menurunkan performa dalam bekerja atau belajar. Sleep apnea juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan saat berkendara akibat rasa kantuk dan penurunan kewaspadaan. Efek gangguan tidur ini tentu tidak baik bagi kesehatan.
Pencegahan Sleep Apnea
Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor risikonya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila Anda sulit berhenti merokok atau menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan terapi.
Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah dengan dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar risiko terkena sleep apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola makan yang sesuai dengan kondisi Anda dan menetapkan target penurunan berat badan yang aman.