Slow living menjadi gaya hidup yang tengah menjadi perbincangan. Di tengah kehidupan yang serba cepat, slow living bisa menjadi solusi bagi orang-orang yang mendambakan kedamaian dan ketenangan hidup.
Slow living sering kali digambarkan sebagai cara menjalani hidup dengan santai. Namun, jangan salah kaprah. Slow living bukan berarti Anda menjalani hidup dengan bermalas-malasan. Sebaliknya, penganut slow living bisa dikatakan sebagai orang yang tekun.
Memang benar bahwa slow living merupakan sebuah seni untuk menjalani kehidupan dengan kecepatan yang sedikit lambat. Selain itu, gaya hidup ini juga mengedepankan mindfulness atau melakukan semua yang terjadi pada suatu waktu dengan penuh perhatian.
Slow Living versus Hustle Culture
Slow living berbanding terbalik dengan hustle culture yang memicu stres kelelahan, dan burnout. Bahkan, hustle culture juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti sakit kepala, gangguan tidur, gangguan kecemasan, hingga depresi.
Sementara itu, gaya hidup slow living yang lebih lambat justru dinilai baik untuk kesehatan mental, bahkan bisa meredakan stres. Meskipun lebih lambat daripada hustle culture, penganut slow living pun tetap bisa mencapai kesuksesan, tetapi tanpa dibarengi dengan stres berlebih.
Cara Memulai Slow Living
Slow living sering kali dianggap sebagai gaya hidup yang hanya dapat dimiliki oleh orang yang sudah mapan. Padahal, siapa saja bisa menganut gaya hidup ini, bahkan mungkin tanpa disadari sebenarnya Anda telah menerapkannya.
Tidak perlu langsung memulai dengan hal-hal besar, slow living bisa dimulai dengan menerapkan hal-hal kecil berikut ini:
1. Fokus pada kegiatan yang sedang dijalani
Untuk memulai slow living, latih diri Anda untuk fokus sepenuhnya pada aktivitas yang sedang dikerjakan. Anda bisa memulainya dengan melakukan hal kecil, seperti tidak menonton televisi atau bermain handphone ketika makan.
Perhatikanlah setiap makanan yang masuk ke mulut Anda, kenalilah rasa makanan yang Anda makan, dan nikmatilah makanan Anda tanpa distraksi. Dengan begitu, Anda akan menemukan makna dari kegiatan yang dijalani dan hidup pun akan terasa lebih damai.
2. Kurangi memikirkan hal di luar kendali
Ketika hidup terasa sangat sibuk, mungkin sebenarnya otak Anda yang terlalu sibuk memikirkan berbagai hal yang berada di luar kendali. Salah satunya adalah dengan memiliki pikiran negatif tentang masa depan.
Daripada memikirkan masa depan yang belum terjadi, penganut slow living lebih memilih untuk fokus memperhatikan dan memberikan yang terbaik pada kegiatan masa kini yang sedang dijalaninya. Cara ini terbukti dapat membantu Anda menjalani hidup dengan lebih bermakna dan minim stres.
3. Istirahat sejenak
Mengambil waktu istirahat sejenak di tengah kehidupan yang serba cepat ini bukanlah hal yang salah. Cara menerapkan slow living yang selanjutnya adalah dengan beristirahat sejenak di tengah kegiatan yang padat.
Tak perlu merasa takut ketinggalan dari orang lain saat Anda sedang beristirahat. Sebaliknya, cara ini membantu Anda lebih memaknai kehidupan dan slow living itu sendiri.
4. Jangan takut untuk berkata “tidak”
Anda tidak harus menuruti semua permintaan orang lain, lho. Tak apa untuk menolak permintaan orang lain apabila terasa membebani Anda. Jangan pula merasa takut akan tanggapan orang tersebut. Justru inilah saatnya Anda belajar untuk tidak memikirkan hal-hal di luar kendali, salah satunya tanggapan orang lain.
Setelah mengetahui cara menjalani gaya hidup slow living, Anda bisa mulai mempertimbangkan untuk menerapkannya. Selain baik bagi kesehatan mental, gaya hidup slow living juga tidak menghalangi Anda untuk berkarya dan meraih kesuksesan.
Gaya hidup slow living juga sangat sesuai untuk Anda yang mengalami burnout maupun merasa penat dengan kegiatan sehari-hari yang padat. Namun, jika kepenatan telah mengganggu produktivitas dan hubungan dengan orang di sekita Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog guna mendapatkan saran yang sesuai.