Stenosis pilorus adalah kondisi langka berupa penyempitan pada pilorus. Pilorus sendiri adalah bagian yang menghubungkan lambung dengan usus dua belas jari (duodenum). Kondisi ini umumnya dialami oleh bayi yang berusia 2–8 minggu.
Penyempitan pilorus terjadi secara bertahap dan terus memburuk hingga membuat makanan dan minuman dari lambung tidak bisa memasuki duodenum. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi mengalami muntah yang menyembur, dehidrasi, penurunan berat badan, dan selalu rewel.
Stenosis pilorus tergolong penyakit yang jarang terjadi. Kondisi ini hanya terjadi pada 3 dari 1.000 kelahiran. Stenosis pilorus dapat mengganggu pertumbuhan bayi sehingga perlu segera ditangani.
Penyebab Stenosis Pilorus
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan penyempitan pilorus. Namun, ada dugaan kondisi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami stenosis pilorus:
-
Kelahiran prematur
Stenosis pilorus lebih sering terjadi pada bayi yang terlahir prematur. -
Riwayat stenosis pilorus dalam keluarga
Stenosis pilorus banyak dialami oleh bayi yang terlahir dari orang tua dengan riwayat kondisi serupa. -
Penggunaan antibiotik
Pemberian antibiotik pada bayi pada usia awal kelahiran, misalnya untuk mengatasi penyakit batuk rejan, bisa membuat bayi berisiko mengalami stenosis pilorus. Konsumsi antibiotik pada ibu pada akhir kehamilan juga dapat membuat bayi berisiko mengalami stenosis pilorus. -
Kebiasaan merokok di masa kehamilan
Ibu yang merokok selama masa kehamilan dapat meningkatkan risiko stenosis pilorus pada bayi yang dilahirkannya. -
Pemberian susu dengan botol terlalu dini
Pemberian susu formula dalam botol yang terlalu dini dapat meningkatkan risiko terjadinya stenosis pilorus. Namun, belum dapat dipastikan apakah kondisi ini terjadi akibat cara pemberian susu melalui botol atau karena susu formula yang diberikan itu sendiri.
Gejala Stenosis Pilorus
Pilorus berfungsi sebagai gerbang pembatas yang membantu lambung untuk menahan makanan, asam lambung, cairan, dan isi lain dari lambung, sebelum menuju duodenum untuk dicerna dan diserap.
Saat pilorus mengalami penyempitan, makanan dan isi lain dari lambung tidak dapat masuk ke dalam duodenum. Akibatnya, bayi dapat mengalami gejala berupa:
-
Muntah setiap selesai diberi makan
Awalnya, bayi mungkin terlihat muntah biasa. Namun, apabila pilorus makin menyempit, muntahnya dapat menyembur dengan kuat, bahkan terkadang muntah tersebut bercampur dengan darah. -
Selalu merasa lapar
Setelah muntah, bayi akan merasa lapar kembali sehingga menjadi rewel. -
Dehidrasi
Bayi yang mengalami dehidrasi dapat diketahui dari tanda-tandanya, seperti menangis tanpa air mata, kulit kering, mata dan ubun-ubun cekung, serta frekuensi buang air kecil berkurang. -
Masalah berat badan
Stenosis pilorus menyebabkan berat badan bayi sulit bertambah, bahkan malah menurun. -
Perubahan pola buang air besar
Terhalangnya makanan ke usus bisa menyebabkan penurunan frekuensi buang air besar, perubahan bentuk feses, atau bahkan sembelit atau konstipasi. -
Kontraksi lambung
Kontraksi lambung dapat dikenali dengan gerakan bergelombang (gerakan peristaltik) di perut bagian atas setelah bayi minum susu sebelum muntah. Gerakan ini terjadi karena otot lambung mencoba mendorong makanan melalui pilorus yang menyempit.
Kapan harus ke dokter
Stenosis pilorus merupakan kondisi yang serius sehingga perlu ditangani secepat mungkin. Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika bayi Anda mengalami gejala-gejala di atas, disertai dengan beberapa gejala lainnya, yaitu:
- Muntah yang menyembur setiap setelah makan
- Terlihat kurang aktif dari biasanya
- Mudah menangis
- Mudah mengantuk
- Jarang buang air kecil
- Buang air besar dalam jumlah yang sangat sedikit
- Berat badan tidak bertambah atau malah menurun
Diagnosis Stenosis Pilorus
Dokter akan mengawali diagnosis dengan bertanya kepada orang tua mengenai pola makan dan gejala yang dialami oleh bayi. Setelah itu, pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk mengetahui berat badan dan tumbuh kembang, serta tanda dehidrasi pada bayi.
Dokter juga akan memeriksa apakah ada benjolan sebesar buah zaitun pada perut bayi yang dapat menjadi tanda penebalan otot pilorus.
Agar hasil diagnosis lebih akurat, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu:
- USG perut, untuk melihat kondisi organ dan jaringan pada perut bayi
- Foto Rontgen kerongkongan, lambung, dan duodenum, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas pada pilorus dengan menggunakan zat pewarna barium (kontras)
- Tes darah, untuk mendeteksi gangguan elektrolit pada bayi
Pengobatan Stenosis Pilorus
Stenosis pilorus tidak bisa sembuh dengan sendirinya sehingga perlu mendapatkan penanganan medis. Penanganan ini perlu dilakukan sedini mungkin guna mencegah kondisi memburuk. Adapun metode pengobatannya tergantung pada gejala yang dialami, serta usia dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Dehidrasi, terutama pada bayi, dapat menyebabkan komplikasi serius. Oleh karena itu, dokter akan memberikan cairan dan nutrisi melalui infus.
Dokter juga dapat melakukan operasi pyloromyotomy untuk memotong lapisan luar otot pilorus yang menebal. Hal ini memungkinkan lapisan dalam otot pilorus menonjol keluar sehingga isi lambung dapat melewati pilorus dan masuk ke usus dua belas jari.
Pyloromyotomy biasanya dilakukan dengan teknik laparoskopi. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada perut bayi. Teknik ini memungkinkan pemulihan pascaoperasi bisa lebih cepat.
Operasi stenosis pilorus umumnya berlangsung kurang dari 1 jam, tetapi bayi perlu melewati proses pemulihan di rumah sakit selama 1–2 hari sebelum diizinkan untuk pulang. Selama beberapa jam setelah operasi, cairan nutrisi akan diberikan melalui infus (parenteral) sampai bayi bisa menyusu kembali.
Perlu diingat bahwa bayi mungkin masih sedikit muntah hingga beberapa hari setelah operasi. Namun, kondisi tersebut akan membaik dengan sendirinya seiring lambung kembali normal. Dokter juga akan memberikan obat untuk meredakan rasa sakit yang biasa muncul setelah operasi.
Stenosis pilorus sangat jarang kambuh. Bayi yang telah menjalani operasi umumnya dapat sembuh dan tidak mengalami efek jangka panjang dari kondisi ini.
Komplikasi Stenosis Pilorus
Jika tidak segera ditangani, stenosis pilorus dapat menimbulkan komplikasi berupa gagal tumbuh kembang dan iritasi lambung. Pada kasus tertentu, stenosis pilorus juga dapat menyebabkan penyakit kuning (jaundice), yaitu kondisi akibat penumpukan zat bilirubin yang dihasilkan oleh liver.
Selain itu, komplikasi juga dapat muncul dari dehidrasi yang tidak segera ditangani. Komplikasi tersebut dapat berupa:
- Kejang
- Gangguan pada ginjal atau saluran kemih
- Syok hipovolemik
Pencegahan Stenosis Pilorus
Mengingat penyebab stenosis pilorus belum diketahui secara pasti, maka belum ada upaya untuk mencegah kondisi ini. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, seperti:
- Berhenti merokok, terutama selama masa kehamilan
- Tidak mengonsumsi obat selama hamil tanpa berkonsultasi dengan dokter
- Tidak memberikan antibiotik terlalu dini kepada bayi
- Memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan
- Melakukan kontrol kehamilan secara rutin