Sunk cost fallacy adalah istilah untuk menggambarkan orang yang bertahan pada hubungan toksik karena merasa sudah mengorbankan banyak waktu, emosi, atau usaha di dalam hubungan tersebut. Berada dalam situasi ini bisa berdampak buruk bagi kehidupan sehari-hari dan kesehatan mental pelakunya.
Sunk cost fallacy merupakan istilah yang awalnya digunakan dalam dunia bisnis untuk menggambarkan situasi di mana seseorang melanjutkan investasi agar menghindari kerugian, meskipun investasi tersebut sudah tidak lagi menguntungkan. Namun, kini istilah ini juga sering digunakan dalam konteks hubungan romantis.
Tanda dan Penyebab Sunk Cost Fallacy
Tanda-tanda seseorang berada pada situasi sunk cost fallacy dalam hubungan bisa dikenali dari beberapa perilaku berikut:
- Memikirkan berapa banyak waktu, energi, dan usaha yang telah dihabiskan untuk hubungan
- Merasa tidak puas atau tidak bahagia dalam hubungan, tetapi terus bertahan karena merasa sudah terlalu jauh untuk mundur
- Mengharapkan pasangan akan berubah, meskipun tidak ada tanda-tanda bahwa perubahan tersebut akan terjadi
- Mengabaikan dengan kebutuhan diri dan merendahkan diri sendiri
- Membenarkan ketidakbahagiaan dengan alasan bahwa semua hubungan butuh pengorbanan
Sunk cost fallacy membuat seseorang merasa sulit untuk melepaskan diri karena ia tidak ingin merasa bahwa semua yang telah mereka korbankan menjadi sia-sia, walaupun hubungan tersebut sebenarnya lebih merugikan daripada membawa kebahagiaan.
Orang yang bertahan pada hubungan toxic ini mungkin juga karena takut sendirian, takut memulai hubungan yang baru, merasa terikat oleh komitmen, dan takut dianggap gagal dalam menjalin hubungan. Selain itu, pasangan yang manipulatif, perilaku love bombing, dan trauma masa kecil juga bisa menjadi penyebab seseorang mengalami sunk cost fallacy.
Dampak dan Cara Mengatasi Sunk Cost Fallacy
Sunk cost fallacy menghalangi seseorang untuk mendapatkan hubungan yang lebih baik di masa depan. Rasa percaya diri dan harga diri pun dapat menurun akibat situasi ini. Dalam kehidupan sosial, sunk cost fallacy bisa membuat seseorang merasa diasingkan, bahkan memengaruhi kinerjanya di tempat kerja.
Selain itu, hubungan toxic juga bisa menyebabkan stres berkepanjangan. Apabila tidak diatasi, sunk cost fallacy berisiko menyebabkan seseorang mengalami PTSD dan depresi.
Untuk mencegah dampak buruk akibat sunk cost fallacy, Anda perlu menyadari dan mengakui bahwa Anda sudah terjebak di dalam hubungan yang tidak sehat. Setelah itu, Anda bisa mengikuti tips berikut ini untuk keluar dari sunk cost fallacy:
- Alihkan perhatian dari apa yang sudah dikorbankan di masa lalu dan pikirkan apa yang paling bermanfaat untuk di masa depan.
- Tentukan batasan yang jelas untuk diri sendiri dalam hubungan dan pertimbangkan apakah situasi tersebut benar-benar sejalan dengan kebutuhan, nilai, dan tujuan hidup Anda saat ini.
- Pelajari bagaimana hubungan sehat dan tanda green flag pada pasangan.
- Lakukan afirmasi positif atau positive self-talk untuk meningkatkan percaya diri.
- Curhat kepada orang yang Anda percaya, seperti sahabat atau keluarga, untuk mendapatkan dukungan dan pandangan baru yang bisa membantu Anda melihat situasi dari perspektif yang berbeda.
Itulah hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang sunk cost fallacy. Pastikan untuk melakukan tips di atas untuk mencegah dampak buruknya. Satu hal lagi yang perlu Anda yakini bahwa Anda sangat berharga dan pantas untuk mendapatkan pasangan yang baik serta bisa membawa kebahagian.
Apabila Anda merasa mengalami sunk cost fallacy, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog secara online melalui chat. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan saran yang sesuai untuk mengatasi kondisi ini. Tidak perlu khawatir, kerahasiaan chat ini dijamin sehingga Anda dapat berbicara dengan nyaman tentang masalah yang Anda hadapi.