Suntik hormon testosteron bermanfaat untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan, seperti kadar testosteron rendah dan disfungsi ereksi. Meski memiliki beberapa manfaat, prosedur ini juga memiliki sejumlah risiko yang perlu diketahui.

Dalam tubuh pria, hormon testosteron diproduksi oleh testis (buah zakar). Hormon ini berpengaruh terhadap kepadatan tulang, massa dan kekuatan otot, pertumbuhan rambut, produksi sel darah merah, distribusi lemak, gairah seks, sampai produksi sperma.

Suntik Hormon Testosteron, Inilah Manfaat dan Risikonya - Alodokter

Ada beberapa kondisi medis yang dapat membuat tingkat hormon testosteron menjadi rendah, sehingga diperlukan terapi suntik hormon testosteron untuk mengatasinya.

Berbagai Manfaat Suntik Hormon Testosteron

Tingkat hormon testosteron yang normal pada pria adalah 300–1.000 ng/dL. Produksi hormon ini akan menurun secara alami setelah pria memasuki usia 30 tahun. 

Beberapa gejala rendahnya kadar testosteron antara lain adalah penurunan gairah seks dan produksi sperma, kenaikan berat badan, serta hot flushes (rasa panas, berkeringat, jantung berdebar dan kulit tampak kemerahan).

Terapi suntik hormon testosteron merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kondisi tersebut. Selain suntik, hormon ini juga dapat diberikan dalam bentuk gel atau koyo, serta pelet atau implan yang langsung dimasukkan ke dalam tubuh oleh dokter. 

Sebelum suntikan testosteron diberikan, pasien harus menjalani pemeriksaan kesehatan lengkap dan kadar testosteron dalam darah. Dokter juga mungkin menyarankan pemeriksaan darah lengkap guna memastikan terapi hormon testosteron tidak akan meningkatkan jumlah sel darah merah terlalu tinggi.

Suntik hormon testosteron umumnya dilakukan secara teratur setiap 7–14 hari, atau dengan jeda yang lebih lama, tergantung kepada kondisi kesehatan pasien. Penyuntikan biasanya dilakukan di area otot gluteal bokong, perut, dan paha sesuai anjuran dokter atau di bawah pengawasan tenaga ahli. 

Sekitar 2–3 hari setelah penyuntikan, produksi hormon testosteron menjadi sangat tinggi. Namun, produksi hormon ini akan menurun kembali sampai penyuntikan berikutnya. 

Pada kebanyakan pria, gejala rendah testosteron akan membaik setelah 6 minggu terapi. Peningkatan massa otot juga bisa dirasakan setelah 3–6 bulan.

Risiko Suntik Hormon Testosteron

Meski suntik hormon testosteron dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan, prosedur ini tetap memiliki sejumlah risiko, misalnya timbul ruam, gatal, atau iritasi, terutama pada lokasi suntikan.

Terapi testosteron juga dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti jerawat, infertilitas, pembesaran ukuran payudara pada pria (ginekomastia), dan peningkatan jumlah sel darah merah. 

Suntik hormon testosteron tidak dianjurkan bagi pria yang menderita pembesaran prostat jinak, kanker prostat, gangguan pembekuan darah, apnea tidur, dan gagal jantung. Pasalnya, terapi ini bisa berisiko memperberat penyakit-penyakit tersebut. 

Selain itu, pria yang memiliki kadar sel darah merah tinggi dan yang berusia lanjut juga dianjurkan untuk menghindari suntik hormon testosteron. Hal ini karena terapi testosteron dapat meningkatkan risiko terjadinya sakit jantung dan stroke. 

Pada penderita kanker prostat, terapi hormon testosteron dapat meningkatkan risiko penyebaran kanker (metastasis) jika dilakukan dalam jangka panjang. 

Bila Anda ingin melakukan suntik hormon testosteron tetapi memiliki alergi terhadap obat atau sedang mengalami kondisi kesehatan tertentu, seperti menderita penyakit jantung, hati, ginjal, atau prostat, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter.

Konsultasi dapat dilakukan secara cepat dan mudah melalui Chat Bersama Dokter. Dengan begitu, dokter dapat memberikan saran terkait dosis dan jenis suntik hormon testosteron yang tepat sesuai kondisi Anda. Bahkan, dokter bisa saja menyarankan metode lain untuk meningkatkan hormon testosteron Anda.