Suntik tetanus adalah vaksin untuk mencegah infeksi tetanus. Suntik ini tersedia dalam beragam jenis dengan pemberian dosis yang disesuaikan dengan usia penerimanya. Sama seperti vaksin lainnya, suntik tetanus juga bisa menyebabkan efek samping.
Suntik tetanus bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi. Antibodi inilah yang nantinya berfungsi untuk melawan bakteri penyebab tetanus.
Namun, perlindungan dari vaksin tetanus tidak berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan booster suntik tetanus setiap 10 tahun. Suntikan booster juga bisa diberikan lebih awal jika seseorang terpapar atau dicurigai terpapar tetanus, misalnya setelah menginjak paku berkarat.
Jenis Suntik Tetanus dan Manfaatnya
Suntik tetanus biasanya dikombinasikan dengan vaksin lainnya. Berikut ini adalah beragam jenis suntik tetanus:
1. Suntik DT
Jenis suntik tetanus yang pertama adalah suntik DT. Vaksin ini merupakan gabungan dari vaksin difteri dan vaksin tetanus. Suntik DT diberikan secara rutin kepada bayi dan anak-anak yang berusia kurang dari 7 tahun dengan dosis 5 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan 5–7 tahun.
Suntikan ini diberikan pada bayi dan anak-anak yang memiliki reaksi buruk terhadap vaksin pertusis atau batuk rejan.
2. Suntik DTaP
DTaP berfungsi untuk melindungi tubuh dari difteri, tetanus, dan batuk rejan (pertusis). Suntik tetanus ini juga diberikan secara rutin untuk bayi dan anak-anak yang berusia kurang dari 7 tahun.
Sama seperti suntik DT, suntik DTaP biasanya diberikan kepada anak-anak dengan dosis 5 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan 5–7 tahun.
3. Suntik Td
Suntik tetanus ini diberikan kepada anak-anak yang berusia lebih dari 7 tahun, remaja, dan orang dewasa. Suntik Td dapat melindungi tubuh dari tetanus dan difteri. Namun, suntikan ini tidak melindungi tubuh dari pertusis.
Suntik Td digunakan sebagai booster yang menguatkan dosis sebelumnya. Suntik tetanus ini dilakukan setiap 10 tahun sekali.
4. Suntik TdaP
Suntik TdaP bermanfaat untuk melindungi dari tetanus, difteri, dan pertusis. Vaksin ini diberikan kepada remaja yang berusia lebih dari 11 tahun hingga orang dewasa yang berusia 64 tahun. Suntik TdaP juga sering digunakan sebagai booster karena dapat meningkatkan kekebalan vaksin yang berkurang, yaitu vaksin yang diberikan ketika usia 4–6 tahun.
Selain itu, vaksin TdaP juga direkomendasikan untuk diberikan kepada ibu hamil di trimester ketiga kehamilan guna melindungi janin atau bayi dari infeksi tetanus.
Efek Samping Suntik Tetanus
Meskipun bermanfaat, suntik tetanus juga bisa menimbulkan beberapa efek samping yang biasanya cukup ringan, seperti:
- Bengkak, nyeri, dan kemerahan di lokasi sekitar suntikan
- Badan pegal-pegal dan nyeri otot
- Menggigil
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Tidak napsu makan
- Mual, muntah, atau diare
- Rewel (pada bayi)
- Demam antara 38–39oC
Meskipun jarang, ada pula reaksi alergi serius yang mungkin terjadi, seperti anafilaksis. Oleh karena itu, Anda disarankan untuk tetap berada di tempat vaksinasi setidaknya selama 15 menit setelah mendapatkan suntik tetanus. Hal ini dilakukan guna memantau kondisi yang memerlukan perawatan. Jika Anda mengalami reaksi yang parah dan menetap setelah mendapatkan suntik tetanus, segera hubungi dokter.
Sementara itu, jika Anda belum mendapatkan suntik tetanus, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan menyarankan jadwal suntik tetanus yang sesuai dengan kondisi Anda.