Takikardia supraventrikular adalah kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Pada kasus yang parah, takikardia supraventrikular dapat menyebabkan henti jantung mendadak. Oleh karena itu, kondisi ini penting untuk diobati secara rutin.
Normalnya, jantung berdetak sekitar 60–100 detak/menit. Namun, pada penderita takikardia supraventrikular, detak jantung bisa mencapai 150–220 detak/menit secara tiba-tiba. Kondisi ini dapat terjadi ketika penderitanya sedang berolahraga atau bahkan saat tidak melakukan aktivitas apa pun.
Penyebab Takikardia Supraventrikular
Takikardia supraventrikular terjadi karena adanya gangguan pada sistem pacu listrik jantung. Hal ini membuat jantung berdetak dengan sangat cepat. Akibatnya, waktu yang dibutuhkan oleh jantung agar terisi darah sangat berkurang. Jika jantung tidak cukup terisi darah, aliran darah ke seluruh tubuh pun menjadi berkurang
Takikardia supraventrikular dapat disebabkan oleh:
- Penyakit paru-paru
- Penyakit tiroid, terutama hipertiroidisme
- Penyakit jantung
- Penyakit jantung bawaan
- Sindrom Wolf-Parkinson-White
Selain itu, ada beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami takikardia supraventrikular, yaitu:
- Usia 25–40 tahun
- Kehamilan
- Penyalahgunaan NAPZA, seperti kokain atau amphetamine
- Penggunaan obat-obatan, seperti obat asma, alergi, atau flu
- Konsumsi minuman berkafein dan beralkohol secara berlebihan
- Kebiasaan merokok
- Diabetes
- Sleep apnea
- Stres
- Pernah menjalani operasi jantung
Gejala Takikardia Supraventrikular
Gejala utama takikardia supraventrikular adalah detak jantung yang cepat. Kondisi ini dapat terjadi secara mendadak dan berlangsung dalam hitungan menit atau bahkan hari.
Selain detak jantung yang sangat cepat, penderita takikardia supraventrikular juga mengalami gejala berupa:
- Pusing
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Sakit kepala ringan
- Keringat dingin
- Mudah lelah
- Pingsan
- Gelisah
Sementara itu, gejala takikardia supraventrikular pada bayi umumnya sulit dikenali. Namun, bayi dengan takikardia supraventrikular dapat menunjukkan tanda-tanda berikut:
- Tidak bisa atau sulit menyusu
- Napas cepat
- Kulit pucat
- Rewel
- Mudah berkeringat
Kapan harus ke dokter
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda atau anak Anda merasakan jantung yang berdebar cepat dan disertai dengan gejala di atas, atau jika detak jantung cepat ini berlangsung lebih dari beberapa menit.
Diagnosis Takikardia Supraventrikular
Dokter akan terlebih dahulu bertanya kepada pasien terkait hal-hal berikut:
- Gejala yang dialami
- Penyakit yang pernah atau sedang diderita
- Operasi yang pernah dilakukan
- Obat-obatan yang digunakan
- Gaya hidup yang dijalani
Setelah itu, dokter akan menjalankan pemeriksaan fisik, terutama mengecek jantung dan paru-paru menggunakan stetoskop.
Selanjutnya, untuk memastikan gejala, dokter dapat merekomendasikan beberapa pemeriksaan lanjutan, yaitu:
- Elektrokardiografi, untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung
- Holter monitoring, untuk mendeteksi gangguan irama jantung yang tidak bisa ditemukan saat elektrokardiografi, dipakai selama 1–2 hari
- Ekokardiografi, untuk memeriksa struktur dan gerakan jantung
- Tes darah dan tes urine, untuk mendeteksi penyakit tiroid, kerusakan pada otot jantung, atau penggunaan obat-obatan terlarang
Jika pemeriksaan di atas masih kurang atau dokter ingin memeriksa kondisi jantung lebih lanjut, tes berikut juga bisa dilakukan:
- Stress test, untuk melihat respons jantung saat melakukan aktivitas fisik
- Elektrofisiologi jantung, untuk memetakan lokasi jaringan jantung yang menyebabkan gangguan irama jantung dengan menggunakan kateter
- Tes meja miring (tilt table test), untuk mengetahui respons jantung dan sistem saraf terhadap perubahan posisi tubuh
- Kateterisasi jantung, untuk mendeteksi masalah pada pembuluh darah jantung dan katup jantung.
Pengobatan Takikardia Supraventrikular
Pengobatan takikardia supraventrikular bertujuan untuk memperlambat denyut jantung dan mencegah kondisi yang lebih serius.
Penderita takikardia supraventrikular umumnya tidak memerlukan pengobatan apa pun. Namun, dokter akan menyarankan beberapa tindakan berikut jika kondisi ini terjadi secara terus-menerus dalam jangka panjang:
Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan oleh dokter bertujuan untuk mengontrol detak jantung pasien. Beberapa obat yang digunakan adalah:
- Adenosine, untuk memperlambat atau menghambat impuls listrik yang menyebabkan jantung berdetak cepat. Obat ini hanya diberikan di rumah sakit untuk mengatasi takikardia supraventrikular yang tidak kunjung berhenti.
- Obat penghambat beta, seperti bisoprolol, untuk memperlambat detak jantung. Dokter dapat memberikan obat ini untuk dikonsumsi secara rutin di rumah. Ikuti dosis dan aturan pakai obat yang diberikan dokter.
Kardioversi
Kardioversi dilakukan dengan memberikan efek kejut listrik ke jantung sehingga detak jantung kembali normal. Tindakan ini dilakukan di rumah sakit atau di IGD.
Ablasi jantung
Ablasi jantung dilakukan dengan memasukkan selang tipis melalui pembuluh darah ke jantung. Setelah itu, dokter akan mematikan jaringan jantung yang menghasilkan gangguan irama jantung dan aliran listrik yang tidak normal. Tindakan ini dilakukan setelah elektrofisiologi jantung.
Alat pacu jantung
Alat pacu jantung ditanam di bawah kulit dekat tulang selangka. Tujuan pemasangan alat ini adalah untuk menormalkan detak jantung. Alat pacu jantung biasanya digunakan jika penanganan yang diberikan sebelumnya tidak bisa mengendalikan takikardia supraventrikular.
Komplikasi Takikardia Supraventrikular
Takikardia supraventrikular yang tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi, terutama jika pasien memiliki kondisi medis lain. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:
- Sering pingsan
- Syok kardiogenik
- Gagal jantung
- Henti jantung
Pencegahan Takikardia Supraventrikular
Takikardia supraventrikular dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti:
- Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan berkafein secara berlebihan
- Berhenti merokok
- Menghindari penggunaan NAPZA, terutama kokain dan amphetamine
- Beristirahat dan tidur yang cukup
- Mengelola stres dengan baik
- Selalu mematuhi dosis dan aturan pakai saat mengonsumsi obat apa pun
- Mengonsumsi makanan sehat bergizi lengkap dan seimbang
- Membatasi asupan garam dan lemak jenuh
- Berolahraga rutin, minimal 30 menit setiap hari