Orang tua yang dianggap sebagai sosok panutan bagi anak ternyata bisa juga melakukan bully, lho. Mirisnya, perilaku ini kerap kali tidak disadari oleh orang tua. Nah, supaya Bunda dan Ayah tahu tanda prilaku dan sikap yang bisa mengarah kepada perundungan, simak penjelasannya di artikel berikut.
Bully adalah bentuk penindasan, kekerasan, atau intimidasi yang dilakukan secara verbal maupun nonverbal kepada orang lain. Pada anak-anak, bully biasanya didapatkan dari teman sebayanya di lingkungan sekolah, rumah, maupun secara daring (cyberbullying).
Namun, sayangnya ada juga anak-anak yang mendapatkan perilaku bully dari orang tuanya, lho. Yang lebih parah, tanda dan sikap orang tua yang mengarah ke perundungan sering kali terabaikan.
Tanda Bully yang Dilakukan Orang Tua
Beberapa tanda perundungan yang bisa dilakukan oleh orang tua kepada anaknya adalah sebagai berikut:
1. Memanggil dengan nama julukan
Memberi anak nama panggilan yang menggambarkan kondisi fisik atau konotasi negatif, misalnya Ndut, Pesek, Ompong, Kriting, atau Tompel, mungkin dilakukan dengan niat seru-seruan dan hanya bercanda saja. Namun, tidak semua anak bisa membedakan mana momen yang sifatnya lelucon dan kritik.
Nah, hal ini bisa membuat anak menganggap nama panggilan yang diberikan orang tuanya itu menyindir kekurangan yang ada pada dirinya.
2. Mengomentari penampilan fisik
Dek, itu perut apa karung beras? Guyonan seperti ini merupakan perilaku body shaming yang termasuk dalam bullying. Niat orang tua berguyon seperti itu mungkin khawatir akan kesehatan anaknya dan ingin sang anak mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat.
Namun hati-hati, mengomentari bentuk fisik dan penampilan anak justru bisa menyinggung dan menurunkan rasa percaya dirinya.
3. Mengancam dan memaksa
Bunda atau Ayah pernah nggak tanpa sadar mengancam Si Kecil saat tidak mengikuti keinginan kalian? Atau memaksanya melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman? Pola asuh ini termasuk verbal bullying, lho!
Mengancam juga sering kali dijadikan senjata untuk menyalahkan dan memanipulasi salah satu anak dalam perselisihan. Misalnya, “Pasti Kakak nih yang ganggu Adik terus sampe Adik nggak mau berhenti menangis.”
4. Mendiamkan saat kesal
Diam sejenak saat sedang marah untuk menenangkan diri memang tidak salah. Namun, bukan berarti saat Si Kecil berbuat salah Bunda dan Ayah boleh melakukan silent treatment sampai tidak memberikan perhatian, ya. Soalnya, sikap ini sudah termasuk bullying.
5. Membanding-bandingkan dengan anak lain
Mungkin niatnya ingin memotivasi, tetapi membanding-bandingkan Si Kecil dengan anak lainnya bisa membuatnya menjadi rendah diri. Si Kecil bisa makin malu kalau perilaku ini dilakukan di depan teman atau anggota keluarga lain.
6. Melukai fisik
Melibatkan kekerasan fisik bukanlah hal yang baik, apalagi pada anak-anak. Menendang, memukul, mencubit, atau mendorong merupakan bentuk bully yang paling mudah dikenali. Dampaknya bisa terlihat jelas pada fisik anak dan bisa membahayakan kesehatannya.
Bunda dan Ayah bisa bayangkan nggak gimana perasaan anak ketika orang yang ia cintai justru membullynya? Hal ini dapat membuat anak merasa rendah diri, tidak berdaya, marah, malu, terisolasi, frustasi, dan stres.
Sikap ini juga membuat anak bisa tumbuh menjadi seseorang yang sering menyalahkan dan menyakiti diri sendiri, bolos sekolah, kecanduan minuman keras dan narkoba, hingga menjadi pelaku bullying. Kalau dilakukan dalam waktu yang lama, anak rentan mengalami depresi, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri.
Bunda dan Ayah tentu tidak ingin Si Kecil mengalami hal-hal demikian, kan? Jadi, yuk mulai berkaca dan evaluasi diri. Pelajarilah pola pengasuhan untuk anak yang sesuai dengan karakter dan tipe kepribadiannya. Bila mengalami kesulitan, Bunda dan Ayah bisa berkonsultasi dengan psikolog, ya.