Tardive dyskinesia adalah gerakan tidak terkendali pada wajah dan bagian tubuh lain. Kondisi ini disebabkan oleh efek samping obat antipsikotik yang digunakan untuk mengatasi gangguan mental dan saraf.
Tardive dyskinesia dapat sangat mengganggu aktivitas penderitanya. Penanganan yang dilakukan bisa dengan menghentikan atau mengganti jenis obat yang menjadi pemicu gejala, dan pemberian obat untuk meredakan gejala.
Penyebab Tardive Dyskinesia
Tardive dyskinesia disebabkan oleh efek samping penggunaan obat antipsikotik dalam jangka panjang. Pengobatan jangka panjang tersebut diduga mengubah zat kimia di dalam otak sehingga otak menjadi lebih sensitif terhadap dopamin.
Dopamin sendiri merupakan hormon yang mengatur saraf dan pergerakan. Peningkatan sensitivitas terhadap dopamin menyebabkan gerakan yang tidak terkendali pada salah satu bagian tubuh.
Obat antipsikotik yang bisa menyebabkan tardive dyskinesia adalah:
- Haloperidol
- Fluphenazine
- Chlorpromazine
- Thioridazine
- Olanzapine
- Risperidone
Selain antipsikotik, tardive dyskinesia juga bisa dipicu oleh penggunaan obat-obatan berikut ini:
- Antimuntah, seperti metoclopramide dan prochlorperazine
- Antidepresan, seperti amitriptyline, fluoxetine, dan sertraline
- Antikejang, seperti phenobarbital dan phenytoin
- Antiparkinson, seperti levodopa
Tardive dyskinesia merupakan salah satu bentuk gejala sindrom ekstrapiramidal.
Faktor risiko tardive dyskinesia
Tardive dyskinesia dapat terjadi pada siapa pun yang menggunakan obat antipsikotik dalam jangka panjang. Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tardive dyskinesia adalah:
- Berusia lebih dari 55 tahun
- Berjenis kelamin wanita
- Mengalami menopause
- Mengalami kecanduan alkohol atau penyalahgunaan narkoba
- Menderita diabetes
- Mengalami cedera otak
- Menderita HIV/AIDS
- Menderita gangguan belajar
Gejala Tardive Dyskinesia
Gejala tardive dyskinesia umumnya berkembang secara bertahap. Keluhan yang paling sering dialami penderita adalah munculnya gerakan tidak terkendali di bagian mulut, mata, lidah dan bagian tubuh lain.
Beberapa gerakan tidak sadar dan tidak terkendali yang bisa muncul pada penderita tardive dyskinesia adalah:
- Menjulurkan lidah
- Mengedipkan mata
- Mengecapkan bibir
- Mengunyah atau mengisap
- Menyeringai atau meringis
- Mengetukkan jari tangan seperti gerakan bermain piano
- Menggoyangkan bahu
- Memutarkan leher
- Menggerakkan panggul
Gejala di atas bisa menghilang saat penderita tidur dan memburuk bila mengalami stres. Pada tardive dyskinesia berat, penderita dapat mengalami kesulitan bicara, makan, dan menelan.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas setelah mengonsumsi obat antipsikotik. Dokter dapat menyarankan Anda untuk mengurangi dosis, menghentikan penggunaan obat, memberi obat pengganti, atau menjalani terapi untuk meredakan gejala.
Anda juga disarankan untuk kontrol secara rutin jika memiliki riwayat gangguan saraf atau gangguan mental yang mengharuskan Anda mengonsumsi obat neuroleptik atau antipsikotik dalam jangka panjang.
Penderita tardive dyskinesia juga disarankan untuk melakukan kontrol rutin untuk memantau perkembangan terapi dan mencegah penyakit ini menjadi lebih berat.
Diagnosis Tardive Dyskinesia
Untuk mendiagnosis tardive dyskinesia, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami dan obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien. Umumnya, pasien tardive dyskinesia memiliki riwayat konsumsi obat antipsikotik selama beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh dokter adalah melakukan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengukur tingkat keparahan gejala yang dialami pasien berdasarkan penilaian abnormal involuntary movement scale (AIMS).
Gejala tardive dyskinesia mirip dengan gejala penyakit cerebral palsy, penyakit Huntington, dan sindrom Tourette. Untuk memastikan gejala pada pasien tidak disebabkan oleh penyakit lain, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:
- Tes darah, untuk menghitung kadar kalsium serta memeriksa fungsi kelenjar tiroid dan organ hati
- Pemindaian, seperti CT scan, PET scan, atau MRI, untuk memeriksa kondisi otak pasien
Pengobatan Tardive Dyskinesia
Sebagai langkah pertama, dokter akan meminta pasien untuk menghentikan penggunaan obat yang dicurigai menyebabkan tardive dyskinesia. Namun, jika pasien membutuhkan obat tersebut, dokter akan memberikan obat penggantinya.
Pada tardive dyskinesia ringan hingga sedang, dokter dapat meresepkan obat-obatan, seperti tetrabenazine, valbenazine, dan clonazepam. Dokter juga dapat menyuntikkan botox ke wajah untuk mengurangi gejala kedutan dan nyeri.
Sementara pada pasien tardive dyskinesia berat, dokter dapat melakukan deep brain stimulation (DBS). Terapi ini menggunakan alat yang disebut neurostimulator, untuk memberikan sinyal ke bagian otak yang mengatur pergerakan.
Komplikasi Tardive Dyskinesia
Tardive dyskinesia bisa menyebabkan penderitanya merasa kurang percaya diri akibat munculnya gerakan-gerakan yang tak terkendali. Kondisi ini juga dapat membuat penderitanya menarik diri dari lingkungan sosial. Akibatnya, penderita berisiko mengalami depresi atau gangguan kecemasan.
Meski jarang terjadi, tardive dyskinesia yang berat dapat menimbulkan komplikasi, seperti:
- Gangguan pernapasan
- Gangguan pada gigi dan mulut
- Sulit menelan
- Sulit berbicara
- Perubahan struktur wajah, seperti kelopak mata terkulai (ptosis)
Pencegahan Tardive Dyskinesia
Cara utama untuk mencegah tardive dyskinesia adalah dengan berkonsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun, terutama obat yang telah dijelaskan di atas. Dokter akan menyesuaikan jenis dan dosis obat untuk mencegah munculnya efek samping tardive dyskinesia.
Selain itu, berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat antimuntah juga dapat mencegah tardive dyskinesia.