Tenggelam adalah kondisi tubuh yang terbenam ke dalam air sehingga orang yang mengalaminya tidak bisa bernapas. Jika tidak segera mendapatkan pertolongan, orang yang tenggelam bisa mengalami kematian, terutama bayi dan anak-anak.
Tenggelam sering kali terjadi akibat bencana banjir, berenang di sungai atau laut, dan kecelakaan moda transportasi air. Berdasarkan data WHO, tenggelam paling sering dialami oleh bayi dan anak usia 1−14 tahun.
Tenggelam pada bayi sering terjadi akibat kelalaian pengasuh saat memandikannya, sedangkan kejadian tenggelam pada anak di kolam renang biasanya akibat minimnya pengawasan.
Penyebab Tenggelam
Dalam kondisi tenggelam, air masuk ke saluran pernapasan dan mengisi paru-paru sehingga pasokan oksigen ke seluruh tubuh terhenti (hipoksemia). Akibatnya, terjadi kerusakan pada fungsi organ, seperti jantung dan otak.
Tenggelam dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi berikut:
- Tidak bisa berenang
- Mengalami serangan panik saat berada di dalam air
- Terjatuh atau terpeleset ke dalam tempat penampungan air atau pembuangan yang terisi air
- Menderita penyakit yang bisa kambuh ketika berendam atau berenang, seperti serangan jantung atau epilepsi
- Mengalami cedera ketika melompat ke dalam air, seperti patah tulang leher
- Mengalami bencana alam, seperti banjir atau tsunami
- Menjadi korban pembunuhan
- Melakukan tindakan bunuh diri
Pada anak-anak, tenggelam terjadi akibat kurangnya pengawasan dan penjagaan ketika di bak mandi, kolam ikan, atau kolam renang. Tenggelamnya anak-anak juga bisa terjadi pada saat mereka bermain di sungai, laut, atau di danau tanpa pemantauan orang dewasa.
Faktor risiko tenggelam
Tenggelam lebih berisiko terjadi pada orang dengan kondisi berikut:
- Berusia 1–14 tahun
- Menderita kondisi tertentu, seperti epilepsi, gangguan jantung, atau autisme
- Bekerja di air, seperti nelayan atau pelaut
- Bepergian melalui jalur air, misalnya naik sampan atau perahu
- Tidak mengenakan jaket keselamatan atau pelampung ketika beraktivitas di air
- Mengonsumsi minuman beralkohol atau menggunakan obat psikotropika sebelum berenang atau berlayar
Gejala Tenggelam
Perlu diketahui bahwa orang tenggelam umumnya tidak dapat berteriak minta tolong. Hal ini bisa karena saluran pernapasan dan mulut kemasukan air sehingga mereka tidak bisa bersuara.
Orang tenggelam biasanya akan melakukan gerakan seperti hendak meraih sesuatu dan berusaha memosisikan kepalanya untuk menengadah sambil membuka mulut. Makin lama berada di dalam air, orang yang tenggelam akan kelelahan dan linglung sampai akhirnya kekurangan oksigen karena tidak bisa bernapas.
Pada korban tenggelam yang masih tertolong, gejala yang nampak adalah:
- Cemas
- Linglung
- Batuk-batuk
- Muntah
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Bengkak di sekitar perut
- Kulit dingin dan membiru
- Tidak sadar
Kapan harus ke dokter
Segera bawa korban tenggelam ke IGD rumah sakit terdekat atau hubungi ambulans agar mendapat pertolongan dan penanganan dari dokter.
Sembari menunggu pertolongan medis, berikan pertolongan pertama dengan cara-cara berikut:
- Bantu korban untuk keluar dari air dan pindah ke daratan. Jika Anda tidak bisa berenang, mintalah pertolongan kepada orang yang bisa berenang, seperti tim penjaga pantai atau kolam renang. Bila tidak ada, hubungi pusat bantuan gawat darurat.
- Jika korban masih sadar, lemparkan benda yang dapat mengapung ke titik yang mampu dijangkau oleh korban, seperti jaket pelampung, ban renang, atau tali. Namun, bila korban sudah tidak sadar, penyelamatan sebaiknya hanya dilakukan oleh tim penyelamat.
- Setelah korban berhasil dibawa ke darat, periksa denyut nadi di leher korban selama 10 detik. Jika denyut nadi tidak terasa, lakukan teknik resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary rescucitation (CPR).
- Berhati-hatilah dalam memosisikan kepala dan leher korban ketika hendak memberikan CPR. Tahan kepala dan leher korban pada posisi yang stabil. Jangan menggerakkan atau memiringkan leher atau kepala korban untuk mencegah cedera bertambah parah.
- Jika korban tenggelam di air dingin, segera keringkan dan ganti pakaiannya, serta berikan selimut hangat agar korban tidak mengalami hipotermia.
Diagnosis Tenggelam
Korban tenggelam perlu ditangani secepatnya. Jika korban tiba di rumah sakit dalam kondisi gawat darurat, seperti pingsan atau mengalami henti napas, dokter akan memberikan pertolongan terlebih dahulu untuk menstabilkan kondisi korban.
Bila kondisi korban telah stabil, dokter akan melakukan tanya jawab seputar penyebab pasien tenggelam dan keluhan yang dialaminya, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.
Selanjutnya, dokter akan menegakkan diagnosis dengan melakukan tes penunjang berikut:
- Rekam jantung atau elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi detak jantung dan gangguan irama jantung
- Tes darah, untuk menilai kondisi darah dan kadar elektrolit
- Foto Rontgen dada, untuk melihat kondisi paru-paru
- CT scan, untuk mendeteksi apakah terjadi cedera pada otak atau paru-paru
Pengobatan Tenggelam
Dokter akan segera menstabilkan kondisi pasien tenggelam setelah tiba di rumah sakit. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:
- Melakukan RJP bila diperlukan
- Memasang alat bantu napas (intubasi) dan oksigen melalui ventilator
- Menghangatkan tubuh pasien
- Memasang selang sonde (NGT) untuk mengeluarkan air
- Merawat korban di ruang rawat intensif (ICU)
Pasien tenggelam perlu dirawat inap beberapa hari agar dokter dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi.
Komplikasi Tenggelam
Tergantung pada seberapa lama korban tidak mendapatkan oksigen, tenggelam dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berikut:
- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
- Hancurnya sel-sel darah merah (hemolisis)
- Edema paru
- Pneumonia
- Acute respiratory distress syndrome
- Perubahan tingkat asam-basa darah, misalnya asidosis
- Gagal jantung
- Stroke
- Kerusakan otak atau retardasi mental pada anak-anak
Pencegahan Tenggelam
Meski bisa berenang, tenggelam sulit untuk dicegah, terutama jika terjebak bencana banjir. Namun, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya tenggelam, yaitu:
- Menghindari berkendara di jalan yang terjadi banjir
- Tidak berlarian di tepi kolam renang, danau, atau sungai
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol sebelum berenang, memancing, berlayar, atau melaut
- Memberi tahu dokter jika sedang mengonsumsi obat-obat penenang ketika harus bekerja atau beraktivitas di lokasi yang dapat menyebabkan tenggelam
- Mengenakan perangkat keselamatan, seperti jaket pelampung, saat berlayar atau melakukan aktivitas lain di air
Sementara untuk mencegah anak-anak tenggelam, upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua antara lain:
- Menutup rapat akses ke tempat yang berisi air, seperti kolam renang dan bak mandi, bisa dengan mengunci pintu atau memasang pagar yang tidak mudah dilewati oleh anak-anak
- Memandikan bayi atau anak-anak secara hati-hati
- Mengawasi anak-anak dengan ketat ketika berada di lokasi yang rawan terjadi kasus tenggelam, seperti kolam renang, danau, sungai, atau laut