Terapi stem cell adalah salah satu prosedur untuk mengobati berbagai jenis kanker darah, seperti leukemia, limfoma, dan multiple myeloma. Terapi ini menggunakan sel punca yang mampu memperbaiki jaringan dan menggantikan sel darah yang rusak akibat penyakit maupun pengobatan seperti kemoterapi.
Kanker darah adalah salah satu penyakit yang sulit ditangani dengan pengobatan biasa. Terapi stem cell muncul sebagai alternatif yang efektif, terutama untuk pasien yang tidak merespons pengobatan standar. Namun, prosedur ini membutuhkan persiapan matang dan evaluasi mendalam untuk memastikan keberhasilannya.
Apa Itu Stem Cell?
Sel yang biasa disebut sebagai sel punca ini merupakan sel yang belum memiliki fungsi khusus, sehingga dapat menyesuaikan diri dan menggantikan fungsi sel yang rusak. Stem cell dapat berubah menjadi berbagai jenis sel, seperti sel darah, sel otak, sel otot, sel tulang, dan berbagai jenis sel lainnya.
Stem cell yang hendak digunakan untuk transplantasi bisa berasal dari tubuh sendiri atau donor dan dapat diperoleh melalui beberapa sumber berikut:
- Stem cell embrio, yakni sel yang berasal dari embrio yang berusia 4–5 hari. Pada tahap ini, sel-sel dalam embrio masih berjumlah ±150 sel dan belum memiliki fungsi khusus, sehingga dapat berkembang menjadi sel apa saja.
- Stem cell perinatal, yaitu sel yang berasal dari tali pusar janin atau air ketuban saat proses persalinan. Sel ini dapat disimpan dan nantinya dapat digunakan untuk transplantasi.
- Stem cell orang dewasa, yakni sel yang berasal dari sebagian kecil jaringan tubuh orang dewasa, seperti lemak atau sumsum tulang belakang. Dibandingkan dengan sumber sel lainnya, stem cell dari sumber ini memiliki kemampuan yang lebih terbatas.
- Stem cell orang dewasa yang telah direkayasa, yaitu sel yang unsur genetiknya telah dimodifikasi dan dibentuk ulang sehingga menyerupai sel yang berasal dari embrio.
Indikasi Terapi Stem Cell
Umumnya, transplantasi stem cell dilakukan untuk pengobatan kanker darah, seperti leukemia, limfoma, dan multiple myeloma. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kerusakan sumsum tulang belakang yang sudah tidak mampu memproduksi sel darah yang sehat.
Selain itu, transplantasi stem cell juga dapat dilakukan untuk pengobatan kelainan darah lainnya, seperti:
- Anemia aplastik berat
- Anemia sel sabit,
- Sindrom mielodisplasia
- Thalasemia
- Gangguan metabolisme dan sistem kekebalan tubuh lainnya
Peringatan Terapi Stem Cell
Tidak semua orang dapat menjalani transplantasi stem cell. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan terapi ini tidak dapat dilakukan, yaitu:
- Berusia di atas 50 tahun
- Menderita penyakit infeksi aktif, seperti TBC atau hepatitis
- Memiliki gangguan jantung atau paru-paru parah
- Memiliki gangguan psikologis, seperti depresi, halusinasi, atau delusi
Sebelum Terapi Stem Cell
Sebelum melakukan terapi stem cell, dokter akan menjelaskan seputar manfaat dan risiko serta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Selanjutnya, dokter akan melakukan evaluasi kesehatan untuk memastikan apakah tubuh pasien siap dan mampu menjalani prosedur ini. Pemeriksaan tersebut meliputi:
Prosedur kemoterapi atau radioterapi awal juga dilakukan untuk membersihkan sumsum tulang dari sel kanker sebelum menerima stem cell.
Setelah pemeriksaan selesai, dokter akan memasangkan kateter vena sentral (CVC) pada tubuh pasien, dan prosedur transplantasi stem cell pun siap untuk dilakukan.
Prosedur Terapi Stem Cell
Transplantasi stem cell bisa menghabiskan waktu 3–4 bulan hingga seluruh prosedurnya selesai. Berikut ini adalah langkah-langkahnya:
Tahap I: pengumpulan sel induk
Dokter akan mengambil sel induk yang dapat diambil dari pasien sendiri (autologous) atau donor (allogeneic). Proses ini dilakukan melalui pengambilan darah dari pembuluh darah perifer atau langsung dari sumsum tulang.
Tahap II: persiapan pasien
Pasien menjalani kemoterapi atau radioterapi intensif untuk menghancurkan sel kanker. Terapi ini akan berjalan selama 1–2 minggu, kemudian pasien akan diberikan waktu beberapa hari untuk istirahat.
Tahap III: transplantasi sel induk
Sel induk yang sehat ditransplantasikan melalui infus ke tubuh pasien. Prosedur ini mirip seperti transfusi darah dan bisa memakan waktu 1–5 jam hingga seluruh stem cell masuk ke dalam tubuh pasien.
Tahap IV: proses engraftment
Sel induk mulai berkembang dan menghasilkan sel darah baru dalam 2-4 minggu setelah transplantasi. Selama proses transplantasi, dokter akan memantau gejala yang muncul pada pasien secara berkala. Gejala yang muncul bisa berupa demam, menggigil, dan efek samping lainnya.
Setelah Terapi Stem Cell
Transplantasi stem cell dianggap berhasil apabila stem cell dapat menggantikan fungsi sel yang rusak. Biasanya, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah sel darah dalam tubuh. Oleh karena itu, dokter akan memantau jumlah sel darah pasien secara rutin.
Selain itu, karena pasien telah menjalani kemoterapi atau radioterapi sebelum transplantasi, hal ini dapat mempengaruhi sistem imun tubuh. Oleh karena itu, pasien harus berada di ruangan isolasi dengan kebersihan yang sangat terjaga dan membatasi kontak dengan orang luar guna menghindari risiko terkena penyakit.
Dokter juga dapat melakukan beberapa perawatan tambahan sesuai kondisi pasien, seperti:
- Pemberian obat untuk mengatasi mual, muntah, atau diare
- Pemberian obat imunosupresan untuk meminimalkan risiko penolakan tubuh terhadap stem cell yang berasal dari pendonor
- Transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah dan mendukung proses pemulihan pasca transplantasi bila diperlukan
Setelah seluruh prosedur tersebut rampung dan kadar darah pasien sudah normal, sistem imun tubuh akan membutuhkan waktu beberapa bulan hingga 2 tahun untuk pulih sepenuhnya, tergantung jenis transplantasi yang dilakukan. Selama masa pemulihan, pasien perlu menjalani pemeriksaan rutin untuk memastikan kondisinya.
Komplikasi Terapi Stem Cell
Transplantasi stem cell dapat menyebabkan beberapa efek samping dan komplikasi sebagai berikut:
- Perdarahan
- Infeksi
- Mual dan muntah
- Kehilangan nafsu makan
- Sariawan
- Rambut rontok
- Tulang dan otot terasa lemah
- Kemandulan
- Katarak
- Timbul kanker baru
- Kerusakan hati, ginjal, paru-paru, atau jantung