Menerapkan manajemen laktasi sejak masa kehamilan penting untuk dilakukan. Tujuannya agar Bunda dapat memenuhi kebutuhan air susu ibu (ASI) yang dibutuhkan Si Kecil dengan baik.
Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui. Manajemen laktasi sebaiknya sudah dilakukan sejak awal kehamilan hingga selama masa menyusui.
Persiapan Menyusui Sejak Masa Kehamilan
Secara alami, manajemen laktasi sudah dimulai sejak awal kehamilan. Hal ini ditandai dengan payudara yang mulai membesar, areola yang terlihat lebih gelap, serta puting yang menjadi tegak.
Selain perubahan fisik pada payudara, perubahan hormon sebagai rangkaian persiapan menyusui juga akan terjadi. Kadar hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan dalam mempersiapkan laktasi akan mengalami peningkatan semasa kehamilan.
Peningkatan kadar hormon prolaktin bermanfaat dalam menunjang produksi air susu. Sementara hormon oksitosin, bertanggung jawab terhadap keluarnya air susu. Efek kedua hormon ini juga membuat ibu tetap tenang, santai, serta siap mengurus dan menyusui bayi.
Nah, selain perubahan hormon, pada bulan ke empat kehamilan, kolostrum juga sudah mulai diproduksi. Produksi air susu dan keluarnya air susu ini telah diatur secara alami hingga saat persalinan tiba.
Saat-Saat Mulai Menyusui
Tahap berikutnya dalam manajemen laktasi adalah tahap menyusui. Proses menyusui sudah dapat langsung dilakukan sejak beberapa menit setelah bayi dilahirkan.
Air susu yang pertama kali keluar merupakan kolostrum. Kolostrum mengandung gizi terbaik bagi bayi baru lahir sehingga penting untuk diberikan.
Pada awal menyusu, bayi secara naluri sudah bisa mengisap puting ibu. Namun, penting untuk melatih bayi untuk bisa menyusu dengan posisi perlekatan yang baik agar proses menyusui dapat berjalan lancar.
Melatih bayi menyusu memang bukan hal yang mudah. Agar prosesnya berjalan lancar, ciptakan suasana yang lebih santai dan pastikan Bunda berada pada posisi yang nyaman.
Setelah itu, letakkan Si Kecil di antara payudara sampai kulitnya menempel pada kulit Bunda. Ketika ia merasa nyaman, maka proses pemberian ASI pertama kali sudah bisa dimulai.
Dalam proses manajemen laktasi ini, biarkan bayi yang berinisiatif untuk menyusu pada payudara. Jika bayi tidak lapar, dengan sendirinya ia akan tetap tidur di dada Bunda.
Namun, jika bayi merasa lapar, ia akan mulai menggerak-gerakkan kepalanya. Apabila mata bayi mulai terbuka dan ia menaruh kepalan tangannya ke mulut, ini waktu yang tepat untuk bayi menyusu.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan saat Menyusui
Setelah bayi sudah mampu menyusu, beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan agar manajemen laktasi dapat terus berjalan dengan lancar:
1. Frekuensi pemberian ASI
Disarankan untuk memerhatikan frekuensi pemberian ASI, yaitu sekitar 8–12 kali dalam 24 jam. Tujuannya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, tetapi juga membantu menjaga produksi ASI agar terus bertambah banyak.
Beberapa hari setelah dilahirkan, umumnya bayi akan menyusu setiap 1–2 jam di siang hari dan beberapa kali di malam hari. Rata-rata durasi menyusu adalah 15–20 menit untuk tiap payudara.
2. Tanda kecukupan ASI yang diberikan
Pahami juga tanda-tanda bayi sudah cukup ASI atau belum. Jika asupan air susu memadai, air seni bayi akan berwarna kuning jernih. Setelah bayi menyusu dengan cukup dan kenyang, payudara ibu akan terasa lebih lunak, dan bayi akan terlihat puas.
Selain tanda-tanda tersebut, perhatikan juga kenaikan berat badan Si Kecil. Berat badan bayi yang sehat cenderung bertambah sekitar 18–28 gram setiap hari selama tiga bulan pertama usianya.
3. Asupan makanan yang dikonsumsi ibu
Beberapa jenis makanan dianggap dapat memicu reaksi alergi pada sebagian bayi, contohnya susu sapi, cokelat, bumbu rempah, jeruk, kubis, bunga kol, dan brokoli. Namun, tidak semua bayi memiliki reaksi yang sama.
Meski begitu, ibu menyusui dianjurkan untuk membatasi konsumsi makanan atau pun minuman berkafein dan beralkohol.
4. Masalah saat menyusui
Waspadai beragam masalah yang sering timbul saat menyusui, seperti nyeri payudara, luka pada puting, penyumbatan air susu, mastitis, dan abses payudara.
Bunda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan secara berkala agar masalah ini dapat dicegah dan ditangani sejak dini.
5. Kondisi kesehatan Ibu
Agar proses laktasi berjalan lancar, Bunda perlu menjaga kesehatan dengan baik. Caranya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, beristirahat dan minum air putih yang cukup, serta mengelola stres.
Jika Bunda sakit, proses menyusui sebenarnya tetap bisa dilakukan. Namun, bila Bunda terkena penyakit menular, seperti flu, hindari berada di dekat Si Kecil untuk sementara waktu agar ia tidak tertular. Setidaknya, gunakan masker penutup hidung dan mulut, serta selalu cuci tangan sebelum menyusui Si Kecil.
Pada ibu menyusui yang perlu menjalani pengobatan khusus, terutama pengobatan jangka panjang, misalnya dengan kemoterapi, radioterapi, obat antiansietas, atau obat antimigrain, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui efek sampingnya terhadap bayi.
Beberapa cara di atas merupakan cara manajemen laktasi yang bisa dimulai sejak awal kehamilan. Bunda yang memiliki masalah dalam manajemen laktasi dapat berkonsultasi dengan konsultan laktasi atau dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.