Thiamycin adalah obat yang bermanfaat untuk mengatasi berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti meningitis, gonore, infeksi saluran pernapasan, atau infeksi saluran pencernaan. Obat ini mengandung bahan aktif thiamphenicol.

Thiamycin termasuk ke dalam kelompok obat antibiotik. Obat ini mengandung bahan aktif thiamphenicol yang bekerja dengan membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Thiamycin masih termasuk satu golongan antibiotik yang sama dengan chloramphenicol.

Thiamycin - Alodokter

Perlu diketahui bahwa obat ini tidak bisa digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu.

Produk Thiamycin

Terdapat empat varian produk Thiamycin yang dijual di Indonesia, yaitu:

1. Thiamycin 500

Thiamycin 500 memiliki sediaan kapsul dengan kandungan 500 mg thiamphenicol.

2. Thiamycin 1000

Thiamycin 1000 tersedia dalam bentuk kaplet yang mengandung 1000 mg thiamphenicol.

3. Thiamycin

Thiamycin tersedia dalam bentuk sirup kering. Setiap 5 ml Thiamycin mengandung 125 mg thiamphenicol. Varian ini digunakan untuk anak-anak.

4. Thiamycin Forte

Thiamycin tersedia dalam bentuk sirup kering. Setiap 5 ml Thiamycin mengandung 250 mg thiamphenicol. Varian ini ditujukan bagi anak-anak.

Apa Itu Thiamycin

Golongan Obat resep
Kategori Antibiotik
Manfaat Mengobati infeksi bakteri
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Thiamycin untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C: Belum ada cukup bukti dari studi pada binatang percobaan maupun manusia yang menjelaskan keamanan obat terhadap ibu hamil maupun janin.
Obat ini sebaiknya tidak dikonsumsi oleh ibu hamil, kecuali jika disarankan oleh dokter.
Kandungan thiamphenicol di dalam Thiamycin dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Bentuk obat Kaplet, kapsul, sirop kering

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Thiamycin

Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengonsumsi Thiamycin, yaitu:

  • Jangan mengonsumsi Thiamycin jika Anda alergi terhadap obat ini atau thiamphenicol.
  • Jangan minum Thiamycin jika Anda memiliki gangguan sumsum tulang atau kelainan darah.
  • Beri tahu dokter jika Anda atau anak Anda akan melakukan vaksinasi dengan vaksin bakteri hidup, seperti BCG, selama menjalani pengobatan dengan Thiamycin.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita defisiensi G6PD, gangguan ginjal, atau penyakit hati.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi efek interaksi obat.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah mengonsumsi Thiamycin.

Dosis dan Aturan Pakai Thiamycin

Berikut ini adalah dosis umum penggunaan Thiamycin berdasarkan kondisi dan usia pasien:

Kondisi: Infeksi bakteri dan infeksi menular seksual

  • Dewasa: 1.500 mg per hari yang dibagi dalam beberapa jadwal konsumsi. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 3.000 mg per hari untuk infeksi yang parah.
  • Anak-anak: 30–100 mg/kgBB per hari.

Kondisi: Gonore

  • Dewasa: 2.500 mg per hari selama 1–2 hari. Dosis alternatif 2.500 mg pada hari pertama, dilanjutkan 2.000 mg per hari selama 4 hari setelahnya.

Cara Mengonsumsi Thiamycin dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada label kemasan obat sebelum mengonsumsi Thiamycin. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa anjuran dokter.

Thiamycin sebaiknya diminum saat perut kosong. Dianjurkan untuk mengonsumsi Thiamycin 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.

Untuk Thiamycin sirup kering, campurkan serbuk obat dengan air putih hingga batas yang tertera pada petunjuk penggunaan. Kocok botol sebelum obat dikonsumsi. Gunakan sendok atau gelas takar dalam kemasan agar dosisnya tepat.

Jika Anda lupa mengonsumsi Thiamycin, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, bila jeda dengan waktu konsumsi berikutnya sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.

Pastikan Anda tetap mengonsumsi Thiamycin hingga batas waktu yang ditentukan oleh dokter meski sudah merasa lebih baik. Hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik yang bisa membuat penyakit kambuh dan lebih sulit ditangani.

Selama menggunakan obat ini, Anda perlu menjalani tes darah secara rutin untuk memantau respons tubuh terhadap obat.

Simpan Thiamycin di tempat yang sejuk, kering, dan tidak terkena paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak. Untuk sediaan sirup kering, obat hanya bisa bertahan hingga sekitar 2 minggu.

Interaksi Thiamycin dengan Obat Lain

Beberapa interaksi antarobat yang bisa terjadi jika kandungan thiamphenicol di dalam Thiamycin digunakan bersama obat lain adalah:

  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping fatal jika digunakan dengan obat yang menghambat fungsi sumsum tulang, seperti obat kemoterapi dan chloramphenicol
  • Peningkatan risiko terjadinya memar dan perdarahan jika digunakan dengan warfarin
  • Penurunan efektivitas thiamphenicol jika digunakan bersama phenobarbital

Untuk mencegah terjadinya interaksi di atas, selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi Thiamycin bersama dengan obat lain.

Efek Samping dan Bahaya Thiamycin

Berikut ini adalah efek samping yang mungkin muncul setelah mengonsumsi Thiamycin:

Beri tahu dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda atau memberat. Segera cari pertolongan medis jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Depresi
  • Gangguan pendengaran, yang bisa ditandai dengan telinga berdenging, kehilangan pendengaran, pusing, atau gangguan keseimbangan
  • Neuritis optik, yang bisa menimbulkan gejala nyeri ketika mata digerakkan, penglihatan buram pada salah satu mata, ruang pandang menyempit, kesulitan melihat warna dengan jelas, atau tampak kilatan cahaya saat mata digerakkan
  • Neuropati perifer, dengan gejala berupa mati rasa atau kesemutan di tangan dan kaki, nyeri seperti tertusuk, kedutan, atau kram otot
  • Grey baby syndrome pada bayi usia 0–2 tahun, yang gejalanya berupa kulit dan kuku berubah warna menjadi keabu-abuan, bibir membiru, muntah, diare, rewel, atau tidak nafsu makan