Tic adalah gerakan atau ucapan yang terjadi tiba-tiba, cepat, berulang, dan di luar kendali. Contohnya termasuk mengedipkan mata, menggeleng kepala, mendesis, atau mengumpat berulang kali tanpa disengaja dan tanpa alasan apa pun. Tic yang terjadi dalam waktu lama bisa menjadi tanda dari kondisi medis tertentu.
Tic dapat berupa gerak tubuh atau suara, tetapi tidak terjadi ketika penderitanya sedang tidur. Pada beberapa kasus, penderita dapat menahan munculnya tic, tetapi biasanya hanya sebentar karena tic sangat sulit dikendalikan.
Meskipun dapat muncul ketika dewasa, tic umumnya dimulai pada masa kanak-kanak dengan rentang usia 5–12 tahun. Kondisi ini biasanya hanya terjadi sementara dan bisa hilang sepenuhnya dalam 3–12 bulan. Jika berlangsung lebih dari 1 tahun, tic bisa menjadi tanda dari sindrom Tourette.
Penyebab Tic
Tic diduga terjadi akibat gangguan di bagian otak yang mengatur gerak anggota tubuh dan kelainan pada zat kimia otak (neurotransmitter) yang disebut dopamine. Tic lebih banyak terjadi pada penderita kondisi berikut:
- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
- Obsessive compulsive disorder (OCD)
- Gangguan dalam proses belajar (disleksia)
- Autisme
- Cerebral palsy
- Penyakit Huntington
- Penyalahgunaan narkoba jenis kokain atau amfetamin
Faktor risiko tic
Tic dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, risiko terjadinya tic lebih tinggi pada orang yang memiliki kondisi berikut:
- Berusia 5–12 tahun
- Berjenis kelamin pria
- Memiliki keluarga yang juga menderita tic
Gejala Tic
Gejala utama tic adalah gerakan atau ucapan yang terjadi secara mendadak dan berulang tanpa bisa dikendalikan. Berdasarkan gejala tersebut, tic dapat terbagi dalam dua kategori, yaitu:
Motor tics
Motor tics terjadi dalam bentuk gerakan berulang yang di luar kendali. Gerakannya dapat melibatkan satu kelompok otot (simple motor tics) atau beberapa kelompok otot (complex motor tics).
Berikut ini adalah beberapa gerakan yang termasuk dalam simple motor tics:
- Menggigit bibir
- Mengerutkan atau mengedutkan hidung
- Mengedipkan mata
- Mengangguk atau menggelengkan kepala
- Menggerakkan bibir
- Mengangkat bahu
Sementara itu, beberapa gerakan yang tergolong complex motor tics adalah:
- Melompat-lompat
- Memukul, melempar, atau menendang objek tertentu
- Meniru gerakan orang lain
- Menyentuh atau mencium benda tertentu
- Menekuk atau memutar badan
- Membuat isyarat atau gestur yang cabul, misalnya menyelipkan ibu jari di antara telunjuk dan jari tengah
Vocal tics
Vocal tics dapat berupa ucapan atau suara yang berulang dan di luar kendali. Simple vocal tics hanya menimbulkan satu suara, sedangkan complex vocal tics menimbulkan suara yang lebih jelas, seperti suatu kata atau frasa.
Berikut ini beberapa contoh dari simple vocal tics:
- Mendengkur
- Mengendus
- Mendengus
- Mengeluarkan suara seperti sedang menahan batuk (berdeham)
- Mengeluarkan suara binatang, seperti menggonggong atau mendesis
Sementara itu, beberapa contoh complex vocal tics adalah:
- Mengulang perkataan sendiri
- Mengulang ucapan orang lain
- Mengumpat dengan kata-kata kasar atau tidak senonoh
Tic dapat hilang dan timbul. Umumnya, tic timbul ketika penderitanya terpicu oleh beberapa hal berikut ini:
- Kelelahan
- Cemas
- Stres
- Terlalu senang atau bersemangat
Perlu diketahui bahwa gejala tic dapat berbeda-beda pada tiap penderita. Penderita bisa mengalami salah satu dari motor tics atau vocal tics, tetapi bisa juga keduanya. Selain itu, penderita dapat merasakan gatal atau kesemutan yang tidak tertahankan sebelum munculnya tic. Sensasi tidak nyaman tersebut akan hilang setelah tic terjadi.
Berdasarkan lamanya gejala, tic dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
-
Provisional tic atau transient tic disorder
Provisional tic merupakan jenis tic yang paling sering terjadi. Provisional tic umumnya berlangsung kurang dari 1 tahun. Gejalanya dapat berupa gerakan (motor tics) dan ucapan (vocal tics). -
Tic jangka panjang (kronis)
Tic kronis merupakan tic yang terjadi selama lebih dari 1 tahun. Pada jenis ini, tic muncul dalam bentuk gerakan atau ucapan, tetapi keduanya tidak terjadi secara bersamaan. -
Sindrom Tourette
Seperti yang telah dijelaskan, tic dalam sindrom Tourette terjadi selama lebih dari 1 tahun. Gejala tic yang timbul adalah complex motor dan vocal tic.
Kapan harus ke dokter
Semua bentuk gerakan yang di luar kendali perlu diperiksakan ke dokter, terutama jika tidak membaik selama berbulan-bulan dan terdapat faktor-faktor berikut:
- Disertai dengan perubahan perilaku, depresi, atau keinginan untuk menyakiti diri sendiri
- Menimbulkan gangguan emosional, seperti rasa tidak percaya diri; atau gangguan dalam kehidupan sosial, seperti sering mengalami perundungan
- Sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah
- Terjadi setelah cedera kepala atau stroke
- Terdapat gangguan saraf seperti lumpuh
Tic tidak selalu menandakan seseorang terkena sindrom Tourette. Konsultasikan dengan dokter secara langsung atau melalui chat jika terdapat keluhan dengan faktor-faktor yang disebutkan di atas. Dengan begitu, dokter dapat mencari tahu penyebabnya dan memberikan pengobatan yang sesuai.
Diagnosis Tic
Untuk mengawali diagnosis, dokter akan terlebih dahulu melakukan tanya jawab dengan pasien seputar gejala yang dialami. Sejumlah pertanyaan yang diajukan meliputi:
- Pada usia berapa tic mulai muncul
- Sudah berapa lama tic terjadi
- Seberapa parah dan seberapa sering tic terjadi
- Apakah tic mengganggu aktivitas sehari-hari
- Riwayat tic dalam keluarga kandung
- Penyakit yang pernah atau sedang dialami
- Pengobatan yang sedang dijalani
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk pemeriksaan mata dan pemeriksaan saraf.
Dokter juga bisa melakukan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
- Tes kemampuan berpikir, mengingat, atau memecahkan suatu masalah
- Tes darah, untuk mendeteksi kondisi yang menyebabkan terjadinya tic, seperti Huntington’s disease
- CT scan kepala, elektroensefalografi (EEG), atau MRI otak, untuk mendeteksi kerusakan atau kelainan pada otak
Pengobatan Tic
Pengobatan tic tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Umumnya, provisonal tic yang ringan dapat hilang dengan sendirinya.
Sedangkan pada tic yang lebih parah atau jenis lain, dokter dapat menyarankan metode berikut untuk membantu mengurangi gejala dan memperbaiki kualitas hidup pasien:
Terapi perilaku (behavioural therapy)
Terapi perilaku kognitif merupakan pengobatan utama yang dapat dilakukan kepada pasien tic. Pada terapi ini, dokter akan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
- Menjelaskan kondisi pasien
- Melatih pasien dalam menyadari kapan tic dirasa akan muncul
- Melatih pasien dalam merespons tic, misalnya melemaskan dan meregangkan otot bahu jika tic yang terjadi berupa mengangkat bahu secara berulang
Obat-obatan
Ada beberapa obat-obatan yang dapat diberikan dokter kepada penderita tic, yaitu:
- Obat antipsikotik, seperti haloperidol, pimozide, risperidone, olanzapine, atau aripiprazole, untuk mengurangi keparahan tic dengan menyeimbangkan zat kimia otak yang mengendalikan gerak tubuh
- Clonidine, untuk meredakan tic pada penderita ADHD
- Obat antikonvulsan, seperti topiramate, levetiracetam, atau clonazepam, untuk untuk meredakan tic pada penderita sindrom Tourette
- Obat muscle relaxant, seperti baclofen, untuk mengendurkan otot yang tegang
- Botox, untuk meredakan simple vocal tic
Operasi deep brain stimulation
Operasi ini ditujukan bagi penderita tic parah akibat sindrom Tourette yang tidak berhasil ditangani dengan metode pengobatan lain.
Operasi ini dilakukan dengan cara menempatkan elektrode di dalam bagian otak yang diduga memicu tic. Elektroda ini terhubung dengan alat serupa alat pacu jantung, yang ditanamkan di bawah kulit dada. Alat ini akan membantu mengatur sinyal di dalam otak untuk mengontrol tic.
Perawatan mandiri
Untuk mempercepat proses penyembuhan, penderita tic dapat melakukan beberapa hal berikut ini secara mandiri:
- Mengelola stres dan menghindari rasa cemas dengan teknik relaksasi
- Beristirahat dan tidur yang cukup
- Tidak menahan tic, karena hal itu hanya membuat tic lebih parah
- Tidak menghiraukan tic
Komplikasi Tic
Jika dibiarkan, tic dapat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya. Penderitanya juga dapat merasa kurang percaya diri akibat munculnya tic.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tic adalah:
- Masalah psikologis, seperti malu, kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, atau enggan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
- Gangguan perilaku, seperti tidak bisa mengendalikan emosi dan berperilaku impulsif
- Gangguan tidur, seperti insomnia
- Gangguan dalam mengikuti pelajaran di sekolah
- Gangguan dalam pekerjaan
- Rentan mengalami perundungan
- Stres atau depresi
Pencegahan Tic
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya tic, yaitu:
- Menghindari stres dengan cara yang tepat, misalnya dengan melakukan meditasi atau hobi yang disukai
- Menjalani pola hidup sehat, misalnya dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, minum air putih setidaknya 6–8 gelas setiap hari, dan berolahraga secara rutin
- Beristirahat yang cukup, tidur setidaknya 7–9 jam setiap malamnya dan bangun di jam yang sama setiap harinya
- Mengenakan alat pengaman diri ketika berkendara untuk menghindari cedera kepala atau kecelakaan
- Tidak menggunakan NAPZA
- Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika memiliki riwayat penyakit tertentu, termasuk ADHD atau cerebral palsy