Ada banyak efek samping rokok elektrik yang perlu diwaspadai, mulai dari kecanduan hingga kerusakan paru-paru. Meski banyak orang beranggapan bahwa efeknya tidak sebanyak rokok biasa, tetapi itu tidak sepenuhnya benar. Ini karena rokok elektrik juga mengandung zat berbahaya bagi tubuh.
Sebagian rokok elektrik atau vape memiliki bentuk yang serupa dengan rokok biasa, hanya saja cara pemakaiannya berbeda. Rokok biasa harus dibakar langsung untuk menghasilkan asap, sedangkan vape menggunakan sistem pemanasan untuk menguapkan cairan di dalam tangki alat hingga menghasilkan asap.
Beragam Efek Samping Rokok Eletrik
Penggunaan rokok elektrik telah menjadi kontroversi di antara para perokok. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa rokok elektrik dapat menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu, banyak pula klaim yang menyebut rokok eletrik lebih aman dibandingkan rokok biasa.
Benar atau tidaknya klaim tersebut belum dapat dipastikan, karena penelitian yang mengkaji dampak penggunaan rokok elektrik dalam jangka panjang masih belum banyak dilakukan.
Itulah sebabnya Anda perlu berhati-hati bila ingin beralih ke rokok jenis ini sebagai cara untuk berhenti merokok. Ini karena dampak negatif rokok elektrik belum tentu lebih sedikit daripada rokok biasa.
Berikut ini adalah beberapa efek samping dari rokok elektrik yang perlu Anda ketahui:
1. Menyebabkan kecanduan
Efek samping lain yang bisa timbul dari rokok elektrik adalah rasa kecanduan. Saat pengguna ingin berhenti menggunakan rokok elektrik, hal ini bisa memicu stres, mudah marah, gelisah, dan sulit tidur akibat efek kecanduan yang ditimbulkan.
2. Meningkatkan risiko terjadinya kerusakan paru-paru
Aroma lezat yang dihasilkan rokok elektrik berasal dari zat berbahaya yang bernama diasetil. Jika terhirup, zat ini akan menyebabkan peradangan serta kerusakan pada paru-paru dan berisiko mengakibatkan penyakit bronchiolitis obliterans (paru-paru popcorn).
Bronchiolitis obliterans adalah penyakit paru-paru langka ketika bronkiolus atau saluran napas terkecil dalam paru-paru mengalami kerusakan permanen.
3. Meningkatkan risiko terkena penyakit kronis
Sebagian besar cairan yang dipakai untuk rokok elektrik mengandung zat nikotin. Penggunaan nikotin dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit kronis, misalnya naiknya tekanan darah dan denyut jantung serta meningkatnya risiko terkena resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
4. Meningkatkan risiko terkena kanker
Sebagian merek cairan untuk rokok elektrik mengandung formaldehida yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, beberapa bahan dasar cairan ini, seperti propelin glikol dan gliserol, juga bisa berubah menjadi formaldehida jika dipanaskan.
Hal ini membuat penggunaan rokok elektrik dianggap dapat meningkatkan risiko munculnya kanker, salah satunya kanker paru-paru.
5. Menurunkan daya ingat pada anak-anak
Rokok elektrik sangat populer digunakan di kalangan remaja dan dewasa muda. Beberapa penelitian sejauh ini mengungkapkan bahwa kandungan nikotin dalam rokok elektrik bisa membuat anak remaja menjadi lebih aktif.
Namun, bila digunakan dalam jangka panjang, kandungan nikotin ini dapat mengganggu daya ingat dan konsentrasi, terutama bila pengguna rokok elektrik juga menggunakan rokok biasa atau mengonsumsi minuman beralkohol.
Selain itu, ada beberapa laporan yang menyatakan bahwa alat di dalam rokok elektrik dapat terbakar atau bahkan meledak bila baterainya terlalu panas.
Jika dibandingkan asap rokok biasa, asap rokok elektrik memang dianggap lebih aman bagi perokok pasif, karena kadar zat beracun dan bahan iritan di dalamnya lebih rendah. Meski begitu, asap rokok elektrik tetap bisa menyebabkan iritasi mata, batuk pilek, sesak napas, dan pusing, bila terhirup orang-orang di sekitarnya.
Efek samping rokok elektrik sejauh ini masih belum diketahui secara pasti, sehingga tetap perlu diwaspadai karena mungkin saja lebih buruk daripada rokok biasa. Tetap saja, tidak merokok sama sekali tentu lebih baik. Jika Anda mengalami kesulitan untuk berhenti merokok, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter.