Resistensi insulin adalah kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik akibat adanya gangguan dalam merespons insulin. Karena resistensi insulin jarang menunjukkan gejala yang khas, seseorang dapat mengalami kondisi ini selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya.
Tubuh mencerna karbohidrat dalam makanan menjadi glukosa yang kemudian dilepaskan ke dalam darah. Glukosa kemudian diserap oleh tubuh dengan bantuan hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas. Selanjutnya, glukosa yang terserap akan diubah menjadi energi di dalam sel.
Saat seseorang mengalami resistensi insulin, pankreas tetap memproduksi insulin, tetapi sel-sel tubuh tidak menyerap glukosa sebagaimana mestinya. Kondisi ini menyebabkan penumpukan glukosa di dalam darah, sehingga kadar glukosa tubuh berada di atas normal.
Pada kondisi yang lebih parah, resistensi insulin bisa menyebabkan diabetes tipe 2. Ketika kadar glukosa darah berada di atas normal tetapi belum masuk dalam kriteria diabetes tipe 2, kondisi ini disebut prediabetes.
Faktor Risiko Pemicu Resistensi Insulin
Penyebab resistensi insulin belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa hal yang memiliki keterkaitan atau menjadi faktor yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami resistensi insulin, yaitu:
- Kelebihan berat badan atau obesitas
- Gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan jarang berolahraga
- Riwayat diabetes dalam keluarga
- Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat
- Diabetes gestasional
- Kehamilan
- Stres berkepanjangan
- Konsumsi obat kortikosteroid
- Lingkar pinggang lebih dari 90 cm (pria) dan lebih dari 80 cm (wanita)
- Usia lebih dari 40 tahun
- Riwayat sindrom metabolik, yaitu tekanan darah tinggi, kadar kolesterol atau trigliserida tinggi, dan penyakit jantung
- Sindrom polikistik ovarium (PCOS)
Bahaya Resistensi Insulin
Selain lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2, penderita resistensi insulin juga berisiko mengalami gangguan kesehatan berikut ini:
1. Perlemakan hati
Resistensi insulin bisa menyebabkan tubuh penderitanya tidak dapat memecah lemak, sehingga lemak menumpuk di hati dan meningkatkan risiko terjadinya perlemakan hati. Jika tidak diobati, perlemakan hati bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti kerusakan ginjal dan penyakit jantung.
2. Aterosklerosis
Meningkatnya kadar gula darah akibat resistensi insulin dapat merusak pembuluh darah, yang kemudian membuat plak mudah menumpuk di dalamnya. Seiring berjalannya waktu, penumpukan plak tersebut akan membuat pembuluh darah menjadi menebal dan keras. Kondisi ini dikenal dengan aterosklerosis.
3. Gangguan proses penyembuhan luka
Kadar gula darah yang tinggi karena resistensi insulin juga dapat mengganggu proses penyembuhan luka. Hal ini karena ketika kadar gula yang terlalu tinggi bisa mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh dan kelancaran aliran darah yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka.
Sebagian penderita resistensi insulin dapat mengalami kondisi yang disebut akantosis nigrikans, yaitu kondisi ketika kulit di beberapa area lipatan tubuh menjadi lebih gelap. Selain itu, penderita resistensi insulin juga lebih sering mengalami skin tag, yaitu kondisi ketika sel-sel kulit tumbuh dan membentuk bintil-bintil kecil.
4. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Seseorang yang menderita resistensi insulin juga berisiko mengalami PCOS, yaitu gangguan hormonal yang berdampak pada siklus menstruasi wanita. Hal ini karena resistensi insulin dapat mengubah fungsi hipotalamus dan kelenjar pituitari, sehingga meningkatkan produksi hormon androgen, yang berkontribusi terhadap PCOS.
5. Gangguan pertumbuhan
Selain beberapa macam gangguan kesehatan di atas, insulin dalam kadar tinggi dapat mengganggu proses pertumbuhan. Ini karena insulin sendiri adalah hormon yang berperan penting dalam mendukung pertumbuhan.
Cara Mengurangi Risiko Terjadinya Resistensi Insulin
Meski belum diketahui secara pasti apa penyebabnya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena resistensi insulin, yaitu:
- Olahraga selama 30 menit setiap harinya dengan intensitas ringan atau sedang, misalnya jalan cepat. Lakukan aktivitas ini minimal 5 kali dalam seminggu.
- Konsumsi makanan sehat, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, protein, dan biji-bijian utuh.
- Jaga berat badan tetap ideal. Jika Anda kelebihan berat badan, konsultasikan ke dokter untuk menjalani program penurunan berat badan yang sehat.
- Batasi konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi yang dapat meningkatkan kadar gula darah secara cepat, seperti roti putih, gula, serta produk olahan jagung dan kentang.
- Konsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah, seperti makanan kaya serat (nasi merah dan roti gandum utuh) dan sayuran berdaun hijau (wortel dan brokoli).
Karena resistensi insulin tidak menimbulkan gejala khusus, cara terbaik untuk mendeteksi kondisi ini adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan tes darah untuk mengetahui kadar gula darah. Tes HbA1C juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi kadar gula darah dalam 3 bulan terakhir.
Sebagai langkah pencegahan resistensi insulin, sebaiknya periksakan kadar gula darah Anda secara rutin dan konsultasikan ke dokter bila pemeriksaan menunjukkan hasil yang tidak normal.