Gejala putus nikotin kerap dialami oleh sebagian perokok yang berusaha untuk menghentikan kebiasaan tidak sehat ini. Kondisi tersebut ditandai dengan sakit kepala, sulit konsentrasi, hingga rasa frustrasi. Namun, Anda tidak perlu khawatir, karena ada beberapa cara untuk mengatasinya.
Berhenti merokok bukanlah perkara mudah. Pasalnya, kandungan nikotin di dalam rokok dapat memberikan efek adiktif atau kecanduan sehingga sulit untuk menghentikan kebiasaan buruk ini.
Ketika asupan nikotin dihentikan, perokok dapat mengalami gejala putus nikotin, mulai dari sakit kepala, mual, konstipasi, batuk, sulit konsentrasi, susah tidur, sering merasa lapar, mudah marah, dan bahkan merasa stres.
Meminimalkan Gejala Putus Nikotin
Bila Anda sedang berusaha untuk berhenti merokok dan merasa kesulitan atau justru mengalami gejala putus nikotin, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya, yaitu:
1. Menjalani terapi perilaku
Tujuan utama terapi perilaku adalah mengidentifikasi faktor pemicu yang membuat Anda merasa ingin merokok dan sulit untuk menghentikannya. Setelah pemicu ditemukan, psikolog atau konselor akan merencanakan strategi berhenti merokok yang paling sesuai dengan kondisi Anda.
Tak hanya itu, melalui terapi ini Anda juga akan diarahkan untuk mengatasi pikiran negatif dan rasa pesimis yang kerap muncul saat berusaha berhenti merokok.
2. Mencoba terapi pengganti nikotin
Terapi pengganti nikotin (nicotine-replacement therapy) merupakan salah satu cara yang sering digunakan untuk mengatasi rasa frustasi dan gejala putus nikotin yang terjadi saat seseorang berhenti merokok.
Terapi ini dilakukan dengan cara memberikan tubuh asupan nikotin dalam dosis rendah melalui beberapa media, seperti permen karet dan tablet hisap. Dengan demikian, rasa keinginan untuk merokok pun akan berkurang secara perlahan.
Meski dianggap aman dan mampu mengatasi gejala putus nikotin, Anda tetap disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mencoba terapi ini.
3. Menggunakan bantuan obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan, seperti bupropion dan varenicline, juga dapat meredakan gejala putus nikotin.dan membantu Anda berhenti merokok. Namun, obat-obatan ini hanya boleh dikonsumsi sesuai saran dan di bawah pengawasan dokter.
4. Menjalani terapi kombinasi
Untuk meningkatkan keberhasilan, beberapa jenis terapi berhenti merokok dapat dilakukan secara bersamaan.
Sebagai contoh, terapi perilaku yang dipadukan dengan terapi pengganti nikotin atau konsumsi obat-obatan dinilai lebih efektif untuk mengurangi gejala putus nikotin ketika berhenti merokok dibandingkan dengan terapi pengganti nikotin saja atau terapi perilaku saja.
Berhenti merokok merupakan sebuah tantangan yang tak mudah untuk dilakukan, Tak sedikit pula perokok yang gagal berhenti merokok pada upaya pertama akibat gejala putus nikotin yang dialami.
Saat sudah membulatkan tekad namun Anda mengalami gejala putus nikotin, Anda bisa mencoba menerapkan saran seperti yang disebutkan sebelumnya.
Bila keinginan untuk merokok kembali datang, coba alihkan pikiran tersebut dengan hal lain, seperti melakukan aktivitas atau hobi yang disukai, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, serta berolahraga secara rutin.
Selain itu, Anda juga bisa meminta dukungan dan bantuan dari keluarga maupun orang di sekitar Anda, untuk mengingatkan tujuan berhenti merokok yang ingin dicapai.
Namun, jika gejala putus nikotin tak kunjung mereda meski telah mencoba berbagai cara di atas dan Anda masih kesulitan berhenti merokok, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh saran dan penanganan yang tepat dan sesuai kondisi Anda.